Covid-19 Bikin Banyak Orang Nosocomephobia

Analisa

by Rizka Nurul

Pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama 10 bulan terakhir di Indonesia. Jika negara lain sudah memasuki gelombang kedua, Indonesia bahkan belum menyelesaikan gelombang pertama. Padahal perubahan telah banyak terjadi di masyarakat dalam berbagai sektor.

Salah satu tempat yang mengalami perubahan besar adalah Rumah Sakit. Dokter dan perawat kini perlu berjaga lebih hati-hati karena virus ada di sekitar mereka. Mereka juga perlu menggunakan APD (alat pelindung diri) mengantisipasi segala kemungkinan penanganan pasien. Harus kerja dalam kondisi panas pake APD itu lhoooo.

Dampak kehati-hatian itu, rumah sakit juga jadi lebih sepi dari biasanya. Hal ini untuk mengurangi resiko penyebaran virus lebih besar. Bahkan tempat makan dan parkiran RS yang biasanya diramaikan penunggu pasien, kini tampak sepi. Selain itu, Pemerintah menghimbau agar tidak pergi ke RS kecuali dalam keadaan mendesak.

Bahkan dalam keadaan mendesak pun, banyak orang kini tidak ingin pergi ke RS. Mereka memilih untuk mengontak dokter melalui pesan pribadi atau aplikasi kesehatan yang ada. Hal ini yang kemudian disebut sebagai nosocomephobia atau ketakutan terhadap rumah sakit.

Penyebab Nosocomephobia setidaknya bisa dikategorikan dalam beberapa hal yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Keuangan

Berdasarkan prosedur kesehatan selama pandemi, mereka yang memiliki ciri-ciri Covid-19 diwajibkan untuk melakukan test swab. Harga test ini tidaklah murah jika menggunakan biaya pribadi. Bahkan beberapa RS menerapkan biaya yang sangat mahal berdasarkan waktu mendapatkan hasil, semakin cepat, semakin mahal. Oleh karena itu, mereka yang cenderung memiliki biaya yang minim, akan lebih memilih menahan diri ke RS meskipun mendesak.


2. Stigma Negatif

Banyak masyarakat yang masih takut jika hasil test swab mereka positif. Hal ini karena stigma negatif terhadap mereka yang terkena covid-19 masih terjadi di berbagai daerah. Hal ini karena pasien Covid-19 harus diisolasi dari lingkungannya. Sedangkan masyarakat Indonesia sendiri merupakan masyarakat yang komunal dan cenderung berkumpul. Bagaimana pun tidak semua pasien bisa memahami bahwa ketika sekitarnya menjauh karena isolasi bukan berarti benar-benar menjauhkan diri.


Perkembangan Hoax

Hoax juga sangat berpengaruh terhadap meningkatnya nosocomephobia di Indonesia. Salah satu hoax-nya adalah bahwa RS akan mendapatkan insentif apabila merawat pasien Covid-19 sehingga banyak RS membuat pasien dengan salah satu tanda Covid-19 menjadi positif covid-19. Ini jelas merupakan kabar bohon karena faktanya, banyak RS bahkan tenaga medis yang hingga saat ini tidak menerima insetif apapun.

Tiga hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa RS cenderung sepi. Banyak orang lebih memilih untuk datang ke dokter praktik atau klinik sederhana ketika sakit. Padahal resiko tersebut bisa jadi lebih rentan karena bisa jadi pasien covid-19 justru tidak terdeteksi sejak dini. Semoga kita selalu diberi kesehatan ya!

Komentar

Tulis Komentar