11 September Jadi Konspirasi dan Inspirasi Terorisme

Analisa

by Rizka Nurul

Tanggal 11 September 2001 menjadi catatan penting sejarah dunia. Menara kembar World Trade Center yang menjadi kebanggaan warga New York diserang oleh kelompok Al Qaida. Seketika menara 417 meter tersebut ambruk dan  menewaskan lebih dari 3000 orang termasuk 400 petugas penyelamat.

Kejadian ini bukan hanya jadi kejadian terorisme terbesar dalam sejarah, namun juga mengubah banyak hal di dunia. Setidaknya perubahan tersebut dilatar belakangi oleh dua hal yaitu tentang istilah terorisme dan aksi terorisme itu sendiri.

Istilah terorisme populer tentu karena kiprah George W. Bush yang menyatakan "War on terror". Sejak saat itu, pemberantasan terorisme di dunia baik dalam proses kontra terorisme maupun pencegahan terus dilakukan. Bahkan ebberapa negara melakukan intensif pencegahan dan pemeriksaan terhdadap suspect teroris selama beberapa tahun awal.

Namun, upaya ini malah berujung kepada identitas politik dan disktriminasi terhadap SARA. Pelaku-pelaku yang merupakan muslim dari Afganistan dan Irak serta muslim lokal menjadikan muslim seluruh dunia terkena dampaknya.  Kehadiran muslim bahkan nama yang berbau bahasa arab sering kali mendapat penolakan masuk di berbagai negara (hingga saat ini). Gejala Islamophobia terjadi sejak saat itu.

Muslim juga menggaungkan hal yang sama dimana solidaritas muslim justru membuat ide konspirasi baru. 9/11 dianggap akal-akalan negara barat dalam melakukan diskriminasi terhadap muslim. Hal itu didorong oleh kesalahpahaman atas agresi militer AS di Irak maupun di Afganistan yang memang akal-akalan atas modus ekonomi.

Adapun secara aksi, terorisme setelah 9/11 sangat berpengaruh bagi afiliasinya. Bagaimana aksi Bom Bali misalnya terinspirasi atas penyerangan Al Qaeda terhadap WTC. Tentu para pelaku akan sakit hati jika Bom Bali masih juga dianggap konspirasi. Pasalnya, aksi ini memang direncanakan secara matang begitu pula dengan aksi-aksi selanjutnya.

Ika Puspitasari (39), mantan pekerja migran Indonesia di Hongkong mengaku tertarik dengan Al Qaida karena aksi 11 September. Menurutnya, Al Qaida cukup berani melawan AS. Sejak saat itu, Ika mengikuti aksi-aksi terorisme termasuk pengeboman Gereja Kepunton Solo yang paling menginspirasinya menjadi calon pelaku bom bunuh diri pada 2016.

Atas nama solidaritas muslim pula atas agresi AS dan islamophobia, berbagai teror menjalar ke seluruh dunia. Bahkan negara islam dan negara mayoritas muslim seperti Indonesia masih memiliki PR panjang dalam terorisme ini. Pasalnya, ancaman terorisme bukan hanya menghantui pihak barat tapi juga masyarakat yang justru jadi korban terbanyak.

Hingga kapan terorisme ini masih dianggap konspirasi? Padahal banyak pelaku teror terinspirasi dari aksi teror lainnya. Percaya akan konspirasi di balik teror adalah bagian dari mengabaikan fakta. Upaya pencegahan terorisme agar islamophobia tidak semakin parah adalah hal yang paling terbaik bisa dilakukan sebagai upaya solidaritas. Sedangkan pencegahan terbaik dimulai dengan peduli terhadap sekitarmu.

Komentar

Tulis Komentar