Koneksi Internet di Wilayah ISIS Suriah

Analisa

by Febri Ramdani

Sejatinya, tahun 2020 ini Indonesia menjadi negara dengan pengguna internet lebih dari 170 juta jiwa. Beberapa medsos papan atas yang banyak di akses warga +62 ini antara lain adalah, YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, Line, dsb. Jaringan internet bisa dengan mudah kita dapatkan di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, hingga Makassar.

Namun tentu saja, tak dapat dipungkiri masih banyak orang yang belum bisa merasakan kemudahan berselancar di dunia maya. Seperti di pelosok-pelosok desa yang ada di nusantara maupun dunia.

Kesulitan jaringan internet pernah saya alami saat berada di sebuah negeri nun jauh disana yang hingga saat ini masih dilanda konflik berkepanjangan. Tak lain dan tak bukan adalah Suriah.

Selama kurang lebih satu tahun, saya merasakan bagaimana susah dan mahalnya jaringan internet selama berada di negeri Suriah. Mulai dari suatu kota (desa lebih tepatnya) di perbatasan antara Suriah dan Turki, kota Idlib yang pernah dikuasai berbagai macam faksi jihadis, hingga ibukota yang pernah dikuasai kelompok teroris terkemuka di dunia yaitu, Raqqah.

Beberapa perbedaan mengenai jaringan internet di kota-kota tersebut akan saya coba paparkan satu persatu mulai dari sebuah desa di perbatasan antara Suriah dan Turki.

Koneksi internet di sebuah desa dekat kota Salqin.

Kuota disana sedikit berbeda dengan yang ada di Indonesia, tidak perlu menggunakan SIM card dan menggunakan mobile data. Tapi dengan sinyal WiFi yang disediakan oleh warnet.

Kita akan diberikan semacam password untuk login ke server warnet tersebut, dengan kuota dan jangka waktu yang bervariasi, mulai dari harian, mingguan hingga bulanan.

Kuota pertama yang pernah saya beli disana adalah 4GB dengan harga 1.000 Syrian Pounds (jika di Rupiah-kan menjadi sekitar 25-26 ribu rupiah).

Tapi, bisa juga dengan menggunakan mobile data, namun untuk membeli SIM card disana harganya cukup mahal karena menggunakan SIM card dari Turki. Harganya sekitar 38-40 USD, sinyalnya pun (jika ada) tidak terlalu kuat.

SIM card yang digunakan juga merupakan hasil recycle dari nomor yang sudah tak digunakan. Jadi saat diaktifkan, kita suka mendapatkan pesan atau WA dari orang tak dikenal.

Koneksi internet di kota Idlib.

Di sini sistemnya masih sama dengan yang ada di kota sebelumnya, namun harga nya menjadi sedikit lebih mahal dan paket kuota yang lebih sedikit. Selama kurang lebih 3 bulan berada disana, saya biasa membeli kuota sebesar 100 MB, dengan harga sekitar 100 Syrian Pounds.

Tapi ada kemudahan yang tidak di dapatkan di kota sebelumnya, yakni kuota-kuota tersebut dijual di berbagai macam tempat, mulai dari toko sayur, toko elektronik, hingga toko plastik.

Koneksi internet di kota Raqqah.

Last but not least, jaringan internet di sebuah kota yang pernah di kuasai oleh kelompok ISIS.

Tarif yang dipatok oleh pihak ISIS untuk kuota internet di setiap warnet sangatlah mahal, bisa dibilang dari tempat-tempat yang pernah saya kunjungi sebelumnya, di wilayah ISIS inilah yang paling mahal. Kita harus membayar 100 Syrian Pounds per-20MB.

Dan jika kuota-nya tidak habis pada hari itu, maka keesokan harinya sudah tidak bisa dipakai lagi. Tapi, kalau 20MB sih dalam beberapa saat juga kemungkinan akan habis ya.

Selain dari razia yang sering dilakukan oleh pihak ISIS dan sedikitnya warnet yang tersedia, maka jika ada kesempatan, saya hanya menggunakan kuota tersebut untuk chatting, mengirimkan pesan kepada pihak pemerintah, dan mencari informasi tentang smuggler.

Jika memungkinkan, sesekali bisa melihat website-website berita tentang apa saja yang terjadi di Indonesia.

* * *

Terkadang saat mengingat hal-hal diatas membuat saya kembali bersyukur karena tentunya bisa kembali ke negeri Indonesia tercinta dengan kehangatan dan kebaikannya yang telah saya dapatkan bertahun-tahun lamanya.

Btw, jangan lupa untuk tetap jaga jarak dan selalu ikuti protokol kesehatan di masa pandemi ini ya guys. Semoga kita semua bisa melewati hari-hari dengan tetap semangat walaupun wabah Covid-19 masih tetap hidup berdampingan dengan kita.

Oh iya, satu lagi. Ruangobrol.id baru rilis mini series terbaru mereka tentang isu-isu terorisme dan radikalisme lho. Kalian bisa coba cek video nya di channel YouTube Ruangobrol.id atau bisa langsung klik link-nya disini (Lahir Jadi Teroris)

Komentar

Tulis Komentar