Seorang Mantan K-Poper Pernah Hijrah ke Suriah

Analisa

by nurdhania

Siapapun, dengan latar belakang sosial dan ekonomi apapun bisa masuk ke lubang ektrimisme. Termasuk seorang K-Poper, yaitu saya. Iya, saya pernah ngefans banget dengan beberapa boyband dan girlband asal Korea. Saya tau profil mereka, saya ikuti cerita dan video-video mereka yang ada di youtube. Bahkan sampai ikuti gerakan tarian mereka, Ckckck. Kalau diingat-ingat jadi bikin geleng-geleng kepala.

Pertama kalinya mengetahui K-Pop sekitar tahun 2009 atau 2010 Dari saudara saya. Masih SD kelas 6, Hehehe. Dia memperlihatkan saya beberapa video, nyanyian, tarian boyband dan girlband seperti Super Junior, Shinee, SNSD, F(x), 2NE1, dan 2PM. Hanya itu yang masih saya ingat. Padahal sudah 10 tahunan yang lalu. Emang ya, sesuatu yang didapatkan sedari kecil masih bisa diingat sampe sekarang. Tapi kalau sekarang, baru belajar atau menghafal satu hal, 5 menit kemudian sudah lupa dengan pelajaran itu. Nah, lanjut. Kalau di Super Junior saya nge-fansnya sama Ryeowook, sedangkan di grup Shinee, saya nge-fans nya sama Key. Pokoknya gak boleh sampe kelewat berita atau video tentang mereka, ckckck.

Ketika sudah memasuki bangku SMP, saya pun menyebarkan “virus” ini ke beberapa teman perempuan di kelas. Hasilnya? Ada beberapa diantara mereka yang juga ikut bergabung. Ikut nge-fans juga. Langsung milih, “Aku suka Leeteuk (member Super Junior), kamu gak boleh suka dia”. Bahkan kami sampai mengikuti tarian boyband korea ini di kelas ketika jam istriahat. Yang parahnya lagi, saat saya di kelas 8. Saya dan sahabat saya nekat menonton video klip Shinee dari HP yang kami sembunyikan di bawah meja, saat guru sedang menerangkan materi pelajaran. Kami mendengarkan video klip ini menggunakan headset yang kami sembunyikan di balik kerudung. Ternyata kabel headsetnya tidak tertutup secara sempurna. Sehingga guru yang sedang mengajar dapat melihatnya. Beliau langsung mendatangi kami dan meminta HP tersebut. Alhasil HP sahabat saya disita oleh sang guru. Duuh..

Gak Cuma nonton dan ikut menari, tapi kami juga pernah mengganti nama kami di facebook dengan campuran nama penyanyi K-Pop dan memasang foto mereka sebagai foto profil . Ada hal lain yang bikin saya sampai kaget, ketika seorang teman saya ikut konser Super Junior di Singapore. Saya aja, yang pertama kali mengenalkan KPop kepadanya belum pernah datang ke konser mereka.

Saat akan lulus SMP, saya mulai tidak tertarik atau menyukai KPop lagi. Tapi, beberapa teman saya masih nge-fans banget dengan mereka. Kalau saya lihat postingan mereka di media sosial, jadi ketawa sendiri campur bingung “Yaampun.. dulu aku yang ngajak mereka, sekarang merekanya keterusan,”.

Mengingat para fans KPop yang sangat aktif, ramai, bahkan kadang berlebihan di media sosial membuat sebagian kita berpikir, bahwa tidak mungkin mereka bisa sampai hijrah ke suriah untuk hidup di bawah naungan khilafah seperti zaman Nabi. Tapi, itulah hidup. Penuh dengan jalanan yang naik-turun. Tidak ada yang tahu, di jalan selanjutnya akan bertemu apa dan menjadi apa.

Seperti video dari media ISIS, ada seorang anak muda asal Kanada yang mengaku dirinya pintar bahkan nilainya cumlaude pun berangkat hijrah dan jihad ke Suriah. Pak Kurnia Widodo lulusan Teknik kimia ITB juga terjerumus ke jurang ekstrimisme kekerasan, dan pernah membuat bom. Satu keluarga di Surabaya melakukan bom bunuh diri di gereja, berasal dari keluarga yang kaya raya. Dari penggalan kisah-kisah ini, kita dapatt mengambil pelajaran bahwa kita tidak bisa menjeneralisir orang-orang yang bergabung ke kelompok ekstrim atau kelompok teroris adalah orang-orang miskin atau kurang mampu, dan tidak berpendidikan. Kita juga perlu mengetahui apa faktor penarik dan faktor pendorong yang menyebabkan mereka melakukan hal tersebut.

Komentar

Tulis Komentar