Selera Musik Para Kiai

Other

by Ahsan Ridhoi 1

Kiai atau tokoh Islam dalam kultur Jawa, punya peran khusus mengajar ilmu keislaman. Mulai dari fikih, akhlak, tata bahasa Arab sampai tasawuf. Namun, sebagai manusia mereka juga punya hobi. Salah satunya mendengarkan dan memainkan musik.

Musik memang masih menjadi perdebatan dalam dunia Islam. Sebagian cendekia muslim menanganggapnya haram, sebagian lain menganggapnya boleh. Cendekia yang menganggap musik boleh didengar dan dimainkan, adalah Imam Ghazali yang memiliki julukan Hujjatul Islam atau empunya ilmu keislaman.

Ghazali menulis pendapatnya tentang musik dalam magnum opusnya, Ihya Ulumiddin. Bahwa tak ada satu pun dalil dalam Alquran yang mengharamkan musik, maka hukum haram gugur dengan sendirinya.

Selain Ghazali, sufi seperti Abu Nawas dan Jalaludin Rumi menganggap musik sebagai cerminan keindahan. Sementara sebuah dalil menyatakan, innallaha jamil yuhibbul jamal yang berarti Allah indah dan menyukai keindahan.

Para kiai yang menyukai musik di antaranya adalah, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Musthofa Bisri (Gus Mus), KH Ahmad Siddiq, Habin Luthfi bin Yahya, KH Ahmad Dahlan, dan yang paling muda adalah KH Muwafiq atau kerap dipanggil Gus Muwafiq.

Gus Dur yang pernah menjadi Presiden ke-4 Indonesia memang suka dengan budaya. Ia pernah menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan banyak menulis esai kebudayaan. Dalam banyak kesempatan Gus Dur mengaku menyukai musik, khususnya klasik.

Komposer musik klasik yang digemari Gus Dur adalah Ludwig van Beethhoven. Gus Dur mengaku sangat suka dengan "Symphony No. 9" karya Beethoven yang digubah dari tahun 1822 sampai 1824. Lagu ini pertama kali ditampilkan ke publik dalam konser di Wina pada 7 Mei 1824.

Simfoni Nomor 9 disebut banyak kritikus musik sebagai pekerjaan hebat dan prestasi tertinggi dalam dunia musik. Simfoni yang dimainkan di akor D Minor ini adalah gubahan pertama karya komposer besar berlirik dan bersuara vokal di bagian chorusnya. Lirik tersebut berasal dari puisi berjudul “Ode to Joy” karya Friedrich Schiller yang ditambahi beberapa bagian lirik oleh Beethoven.

Seperti Gus Dur, Gus Mus dan Habib Luthfi pun menyukai Simfoni Nomor 9. Bedanya, Gus Mus lebih suka dengan Ummu Kultsum, penyanyi Mesir yang menjadi diva Timur Tengah. Sampai-sampai Anwar Sadat pernah berkelakar soal diva ini bahwa, “negara Arab akan selamanya berperang kecuali atas dua hal: mendengar Umi Kultsum dan memerangi Israel.”

Favorit Gus Mus adalah lagu Ummu Kultsum berjudul "Ana fi-ntidzarik" (Aku Menunggumu) dan "Yaarit" (Andai Aku). Dua lagu ini, kata Gus Mus kepada Ulil Abshar Abdallah pada satu kesempatan, bertema cinta dan diciptakan oleh dua lelaki berbeda yang sama-sama mencintai Ummu Kultsum. Namun cinta kedua lelaki itu kandas karena Ummu Kultsum lebih memilih seorang dokter THT.

Sementara Habib Luthfi, selain menyukai Beethoven juga menyukai Mozart, wabilkhusus lagu "Piano Concerto No. 21" di C Mayor. Lagu ini diselesaikan Mozart pada 9 Maret 1785. Lagu ini mengilhami banyak karya para musisi dunia setelahnya, misalnya Neil Diamonds dalam lagunya "Song Sung Blue" (1972).

Habib Luthfi kepada Tempo mengatakan menyukai lagu ini karena membawa ketenangan dan keteguhan batin saat mendengarkannya. Dua hal yang juga diberikan Islam bagi pemeluknya, katanya.

Kiai penyuka musik klasik lain, adalah pendiri Muhammadiyah: KH Ahmad Dahlan. Ia piawai memainkan lagu klasik dengan biola. Bahkan menjadikannya sebagai alat dakwan untuk menunjukkan Islam adalah agama lembut.

Era klasik ada di dalam hati para kiai di atas, sedangkan dia kiai selanjutnya adalah mewakili selera pop masyarakat dunia. KH Ahmad Siddiq adalah penggemar Michael Jackson. Ia mengaku suara Michael Jackson memberi inspirasi untuk berkarya menulis kitab-kitab agama.

KH Ahmad Siddiq adalah ahli fikih dan pernah menjabat Rais Aam NU. Jadi boleh kita katakan kegemarannya pada Michael Jackson sebagai “king of NU love king of Pop”.

Terakhir adalah Gus Muwafiq. Kiai berambut gondrong ini lebih tampak sebagai anak hair metal ketimbang pendakwah. Tapi, ia memang keduanya. Gus Muwafiq pandai berdakwah dan dalam keilmuannya, sekaligus jago memainkan gitar dan sangat menyukai band-band metal seperti Metallica.

Tak cuma itu, Gus Muwafiq sangat suka Iwan Fals, legenda balada Indonesia. Bagi Gus Muwafiq, Iwan Fals adalah representasi masyarakat kecil dan begitulah Islam mengajarkan agar senantiasa membela yang lemah.

Hmmm, kapan nih konser Bang Iwan feat Gus Muwafiq?

Komentar

Tulis Komentar