Melawan Stigma, Berbaur Saja Tak Cukup

Other

by Eka Setiawan

Seorang eks narapidana terorisme (napiter) bercerita kepada saya di sebuah warung kopi di Kota Semarang. Salah satu nama aliasnya adalah Yosep.

Dia sudah bebas penjara sejak belasan tahun lalu. Perjalanan panjang “hidup barunya” amat berliku. Di antara itu; adalah perihal menghapus stigma.

Tak mudah menghapus stigma. Tak usahlah eks napiter, napi kasus biasa saja, misalnya saja mantan maling ayam, tentu kerap repot dengan stigma ketika dia sudah bebas. Ketika dia ingin kembali ke masyarakat.

Nah, nasihat dari Yosep ketika bercerita sore itu adalah; “Berbaur saja tak cukup, tapi bagaimana kita bisa berbuat sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi orang lain,” kata dia.

Cara itulah yang kini dilakoninya. Maka tak jarang, Yosep kini kerap “berkeliaran” dari penjara ke penjara. Tujuannya, melakukan pendekatan kepada mereka, untuk nantinya “dirangkul” untuk diajak aktif berkegiatan positif.

Aktivitasnya yang lain, selain membuka usaha laundry juga rental mobil, dia kini ingin mendirikan semacam yayasan. Yayasan itu diharapakannya untuk jadi wadah kepada orang-orang yang punya “cerita senada” dengannya.

Dibantu beberapa kawannya, dia kini makin aktif “bersilaturahmi” kepada mereka-mereka yang akan bebas, baru bebas penjara ataupun yang sudah bebas tetapi masih bingung untuk bergabung dengan siapa.

“Ada harapan lain, ya biar teman-teman ini ada pilihan untuk berkegiatan, karena biasanya mereka kalau mau bebas atau baru bebas masih bingung akan ke mana, daripada kembali ke kelompoknya dulu mending saya rangkul,” tandasnya.

ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar