Banjir Jakarta dan Hikmah di Baliknya

Other

by Rizka Nurul

Musim penghujan kali ini menjadi musim yang paling membuat cemas warga Jabodetabek. Setiap hujan tak berkesudahan selama 6 jam saja, banjir akan mengancam banyak ruas di Jakarta. Sejak tahun baru, sudah 4 kali banjir melanda.

Memang penduduk Jakarta cuma 10 juta orang. Tapi data menunjukkan bahwa ada 18 juta kendaraan bermotor melintas di Jakarta setiap harinya. Selain itu, penumpang commuter line menuju Jakarta dari Tangerang, Depok, Bogor dan Bekasi mencapai 900.000 orang per hari. Artinya, banjir menghantui hampir 30 juta orang.

Sepadat itu aktivitas Jakarta sehingga kota ini dianggap sentral. Jadi pusat-pusat ekonomi dan bisnis serta pemerintahan, membuat kota ini semakin padat. Gangguan sedikit saja bisa jadi malapetaka.

Kecemasan para pencari hidup di Jakarta memang tak selalu dianggap pusing oleh orang Jakarta sendiri. Kapan lagi bisa asik bermain air di jalan raya? Kalau selama ini private pool hanya bisa dirasakan oleh para miliuner, kali ini semua golongan! Belum lagi ada wanaha arum jeram dan surfing gratis. Orang yang punya kolam renang di rumah aja belum tentu punya wahana ini. Fasilitas yang cuma bisa dinikmati Richie Rich ini, kini terasa ke gang sempit bantaran kali di Jakarta.

Belum lagi kita bisa menikmati langit yang lebih biru dan bebas polusi ketika banjir melanda. Hal yang bisa dirasakan setiap hari oleh penduduk Selandia Baru, kini bisa dirasakan orang Jakarta. Jakarta rasa Selandia Baru.

Jakarta juga jadi bebas macet karena banjir. Mobil-mobil banyak yang diam di garasi (kalau punya garasi) karena tak bisa terobos banjir. Ternyata solusi kemacetan di Jakarta adalah banjir.

Dilansir CNN Indonesia, penyebab Jakarta mudah banjir akhir-akhir ini adalah karena drainase yang mampet. Selain itu, pembangunan di beberapa lokasi yang merusak sistem penyerapan air ke dalam tanah juga jadi penyebabnya.

Masalah yang sepele ini ternyata bisa menjadi bencana bagi banyak orang. Tapi secara bersamaan bisa jadi kesenangan sederhana. Namun tentu saja ini tak bisa dibiarkan terus menerus karena dampak keburukannya akan lebih besar seperti gangguan ekonomi dan penyakit menular.

Indonesia memang selalu punya husnuzan di setiap kejadian. Kalau cuma macet dan banjir, itu sih biasa. Virus Corona aja bisa jadi becandaan dan dianggap gak serius. Apa pun masalahnya, husnuzan solusinya.

Komentar

Tulis Komentar