Di Mata Netizen, Returnees ISIS Dilarang Balik!

Other

by Rizka Nurul

Beberapa hari terakhir, kita dihebohkan dengan isu kepulangan 600 returnees ISIS alias WNI simpatisan ISIS. Netizen pun ribut di berbagai platform media sosial atas kabar yang dihembuskan oleh Menteri Agama tersebut.

Meskipun Pak Menteri sudah meralatnya, netizen belum puas. Tentu jadi bahan berita basah buat media. Media pun bahas regulasi pemulangan, penolakan masyarakat, undang pakar hukum di televisi. Isu digoreng terus hingga sukses bikin netizen jadi pakar hukum di media sosial.

Tentu kalau rame-rame begini enggak lengkap rasanya tanpa baku hantam. Sepanjang twitwar yang saya lakukan (maaf, saya netizen haus keributan), mereka khawatir akan kelakuan ISISer yang nantinya akan melakukan aksi di negara damai gemah ripah loh jinawi ini. Pengen jelasin panjang lebar, nanti malah jadi kuliah umum. Pengen diabaikan, kok jempol ini memberontak! Alhasil, saya lanjutkan twitwar.

Pembahasan awal berkutat pada setuju dan tidak setujunya 600 returnees ISIS pulang. Beberapa netizen mengatakan bahwa simpatisan ISIS telah membuang atau membakar paspor, menjadi kombatan ISIS, menyatakan baiat kepada Abu Bakar Al Baghdadi dan lain-lain.

Bantahan dimulai dari mayoritas returnees ISIS saat ini adalah perempuan dan anak. Sehingga mereka bukan kombatan. Eh dasar netizen, tahu aja celahnya! Mereka kirim itu video tentang anak yang mengaku diajarin angkat senjata. Ini anak disebut sebagai Ancaman Bangsa. Sungguh antisipasi yang detail!

Selanjutnya bantahan tentang paspor, pindah negara dan perjanjian internasional tentang warga negara. Kalau seandainya cinta WNI simpatisan ini ditolak, apakah negara ini melanggar aturan Geneva? Yaudahlah ya, pemerintah ini yang dihukum bukan warganya. Eh tapi memangnya ISIS itu negara?

Entah ke mana twitwar ini berujung. Netizen bilang, WNI Simpatisan ISIS adalah sampah! Kalau alasannya ini, ya solusinya jangan dibawa ke Jakarta. Tebang pohon di Monas aja, Jakarta banjir apalagi bawa 600 sampah.

Ada lagi yang bilang, kalau lebih baik reformasi doktrin agamanya. Lah ini saya disuruh jadi nabi! Kurang sakti apa ini netizen. Belum lagi Jamaah Islamiyah, ISIS, Mujahidin Indonesia Timur, HTI bahkan FPI, disamain semua blas blas. Radikal semua! Teroris semua! Lalu di mana titik keberagaman yang mereka junjung?

Kegalauan saya semakin bertambah karena semakin ingin menjelaskan perbedaan organisasi itu. Belum lagi metode 3H ala Noor Huda Ismail dan kekuatan disengagement yang perlu diketahui khalayak netizen yang mahapintar.

Kalau saya bisa menerka-nerka pikiran netizen tuh maunya begini: anak umur 10 tahun yang dipaksa pergi ke Suriah, itu anak harusnya protes. Kalau enggak, jadi gelandangan aja sekalian. Istri yang diajak suami ikut ISIS karena ekonomi ya harusnya minta cerai juga.

Netizen enggak peduli para perempuan dan anak returnees ISIS itu posisinya lemah, yang jelas kalian teroris!

 

Sumber foto: (Ivor Prickett/The New York Times)

Komentar

Tulis Komentar