Peran Aktif Masyarakat untuk Bersama Menyelesaikan Terorisme

Other

by Eka Setiawan

Kerja sama untuk melakukan penyelesaian persoalan terorisme di Indonesia perlu dilakukan antara pemerintah dan masyarakat. Peran aktif masyarakat dibutuhkan sebab negara tentu tidak bisa sendirian menyelesaikan persoalan itu.

Hal itu diungkapkan Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Prof. Irfan Idris, ketika memberikan sambutan kegiatan “Monitoring dan Pemberdayaan Kewirausahaan Kepada Mitra Subdit Bina Masyarakat di Provinsi Jawa Tengah”, Kota Semarang Rabu 23 Oktober 2019 pagi.

Peran aktif masyarakat amat penting terutama untuk membantu mereka yang sudah pernah terjerat kasus terorisme alias narapidana terorisme (eks napiter). Ketika masyarakat perhatian, mau menerima mereka, membantu mereka, itu adalah hal bagus agar para mantan itu tidak merasa dikucilkan.

Menurutnya, terorisme terjadi karena ada individu atau kelompok yang mempunyai semangat terlalu tinggi namun tidak diimbangi dengan pemahaman.

“Semangat terlalu tinggi pemahaman rendah ya jadinya semua orang (yang tidak sealiran) dianggap ‘kafir’. Semua orang Indonesia beragama, bersaudara,” katanya.

Indonesia sendiri, sebut Irfan Idris, jadi ‘role model’ penanganan terorisme bagi beberapa negara-negara di dunia, terutama negara-negara di Timur Tengah.

“Kemarin dari Dubai datang. Kami juga pernah pergi ke sana, seperti di Riyadh (Arab Saudi) teroris itu ditangkap begitu saja dimasukkan penjara tanpa pengadilan jadi tidak tahu hukumannya berapa, kapan bebasnya,” lanjutnya.

Kepala Subdit Bina Masyarakat Direktorat Deradikalisasi BNPT Kolonel Sus. Solahudin Nasution, menambahkan untuk menyelesaikan persoalan terorisme diperlukan kerja sama, bukan sama-sama bekerja.

Penyelesaian itu salah satunya menggandeng kelompok masyarakat, yayasan di luar pemerintahan untuk bekerja sama membuat program-program, termasuk program usaha bagi para mantan teroris itu.

Dia menyebut dari pemerintah tentu memberikan perhatian. Seperti pada kesempatan itu ada 21 eks napiter di Jawa Tengah yang mendapat bantuan untuk modal usaha dari Kementerian Sosial.

“Kalau dari Kemensos yang kita kerja samakan sekali seumur hidup (yang dapat bantuan), kalau dari BNPT Insya Allah tiap tahun ada. Yang perlu kita syukuri negara hadir di tengah-tengah kita,” kata dia.

Pihak BNPT sendiri juga terus berusaha menggandeng institusi lain, termasuk Kemendikbud, Kemenristekdikti untuk upaya bea siswa bagi anak-anak mantan napiter itu untuk mendapatkan pendidikan.

 

FOTO RUANGOBROL.ID/EKA SETIAWAN

Komentar

Tulis Komentar