Resensi Buku Satu Islam Ragam Pemahaman: Keberagaman adalah Sebuah Keniscayaan

Other

by Eka Setiawan

Keberagaman dalam ekspresi keislaman adalah sebuah keniscayaan. Sejak zaman Rasul, perbedaan pendapat di kalangan Sahabat sudah lumrah terjadi. Penyelesaiannya pun dilakukan dengan dialog, dengan cara-cara damai.

Sebab perbedaan adalah keniscayaan, tentu adanya perbedaan itu bukan jadi alasan untuk saling bermusuhan.

Pemikiran itu terangkum dalam buku berjudul “Satu Islam Ragam Pemahaman”, karya Robby Karman. Penulis adalah Sekretaris Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, pekerja di Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia sekaligus penulis juga pernah nyantri di Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Garut.

Buku itu tebalnya 184 halaman, akan segera terbit dalam waktu dekat. Proses cetak sudah dimulai.

Pada buku itu, Robby juga mengutarakan idenya sebagai kritik hari ini ketika terorisme terjadi. Dia mengemukakan ketika terjadi aksi teror, kita kerap lupa untuk introspeksi diri.

“Bahwa, ada saudara-saudara kita yang memang memiliki paham seperti itu, ada teman-teman kita yang ekstrim sampai melakukan aksi teror. Saya menyebutnya sebagai denial,” kata Robby melalui sambungan telepon dengan ruangobrol.id, Minggu (22/9/2019) petang.

Robby juga menuliskan berbagai tema lain. Di antaranya; soal emansipasi perempuan, tentang Muhammadiyah ataupun tulisan-tulisan spiritual macam makna Isra Mikraj hingga berpuasa.

Robby yang mulai nyantri pada tahun 2005 itu bercerita, tulisan-tulisan yang dirangkum jadi buku itu juga berangkat dari pengalamannya. Dia mencontohkan; ketika SMA pernah bergabung dengan Jamaah Tabligh hingga menemukan berbagai “hal menarik” di dalamnya.

Misalnya; mengobrol tentang aliran-aliran lain di luar jamaahnya. Ternyata hal itu terus melecut rasa penasarannya. Dia pun terus mencari jawaban atas penasaran itu dengan berbagai cara. Mulai dari searching artikel-artikel hingga bertanya kepada guru-guru.

Pencarian tentang aliran-aliran dalam Islam juga dibimbing ayahnya hingga Ustaz Dadang Syaripudin, kawannya yang sangat pintar. Dia juga membaca tulisan-tulisan Gus Dur hingga Cak Nur, menyelami pemikiran mereka.

Aktivitas itu mengantarkannya menemui minat mengkaji Islam yang lebih dalam dan akademis. Pemikiran-pemikirannya dikristalkan dalam tulisan-tulisan yang dipublish di media sosial maupun media online.

“Jadi tulisan yang saya buat juga sebagai konter narasi tentang keislaman yang keras, bahkan politis. Saya tidak menuliskan dengan bahasa yang akademis, tetapi dalam bahasa-bahasa agama, yang familiar di kalangan mereka,” tutup Robby.

 

SUMBER GAMBAR: DOK. ROBBY KARMAN

Komentar

Tulis Komentar