Apalah Arti Sebuah Nama?

Other

by Eka Setiawan

Shakespeare pada salah satu teks dramanya yang terkenal: Romeo dan Juliet, menuliskan “apalah arti sebuah nama”. Pujangga Inggris itu mungkin pula sedang mabuk kepayang ketika menuliskannya, sebab “kalaupun mawar diberi nama lain, dia akan tetap harum”. Ya, apalah arti sebuah nama?

Nah, ngomong-ngomong, nama itu penting nggak sih? Lalu bagaimana ketika kita akan mengirim surat cinta kepada adik kelas kuliah kalau misalnya dia tidak punya nama? Apakah akan menuliskan “Kepada adik kelasku yang naik motor matic, yang selalu tidak pakai helm, yang pakai tas slempang miringnya ke kanan, atau adik kelasku yang punya tinggi badan 160 cm?

Wah ribet sekali bukan kalau tidak punya nama? Malah bisa-bisa salah orang nanti suratnya. Karena meskipun ada nama, bukan keribetan itu menjadi sirna. Sebab, banyak pula orang di dunia ini yang namanya sama.

Dulu, waktu SMA, saya pernah salah ngirim surat cinta titipan teman saya (teman saya itu sekarang sudah almarhum, al fatihah). Sebab, nama gadis yang ditaksir teman saya ternyata ada kembarannya. Harusnya dikirim ke gadis bernama April yang ikut Pramuka, tapi malah saya kirimkan April yang anak OSIS. Saya langsung melarikan diri dari kisah asmara kawan saya yang akhirnya berantakan itu. Salah sendiri tidak detil memberi data hehehe.

Shakespeare mungkin belum pernah dititipi surat sama kawannya, jadi mempertanyakan apalah arti sebuah nama. Mungkin loh! Atau saat dia hidup lebih dari 400 tahun yang lalu, orang belum banyak seperti sekarang. Jadi namanya masih bisalah eksklusif.

Tapi ngomong-ngomong lagi yaa, sebenarnya nama itu bisa jadi perwujudan cinta loh. Misalnya, ada orangtua yang saking cintanya pada sesuatu, anaknya diberi nama yang sama, yang mirip-mirip dengan yang dicintainya.

Ada orangtua memberi nama anaknya D’Azzuri, karena saking cintanya orangtuanya pada tim sepakbola Italia. Ada pula yang dikasih nama mirip alat musik, sebab saking cintanya (ataupun saking terobsesinya) orangtuanya pada alat musik itu. Akhirnya tersebutlah nama anaknya menjadi Violina, Gitara atau mungkin Rebana?

Jadi tidak heran pula kalau ada anak dinamai Armalita (salah satu jenis senjata), Jundul (tentara) ataupun nama-nama lain yang menyiratkan cinta orangtuanya pada seputaran itu. Di beberapa “foreign fighters” di Indonesia, gampang pula ditemukan nama-nama yang menyiratkan seperti itu.

Maka tidak heran pula ada anak diberi nama Jihadi, mungkin juga biar bapaknya ikut-ikutan terlabeli, agar bisa pakai nama kuniyah (kuni) Abu Jihadi atau Abu Jihad.

Itu tidak salah, sah-sah saja. Bebas Bos! Lha wong cinta kok. Nama bisa jadi prestis tersendiri di antara ruang-ruang sosial, termasuk berbagai “labelisasi”.

Orang bisa jadi (merasa) stratanya tinggi kalau sudah pakai nama-nama itu. Pun bisa dimaknai sebagai sebuah identitas eksklusif agar berbeda dengan orang kebanyakan. Sebuah alternatif ataupun diferensiasi.

Itu juga bisa dimaknai banyak sekali. Bisa jadi itu sebuah harapan? Sebuah pencapaian atau mungkin malah mimpi-mimpi yang tak kesampaian?

Ah, sebuah nama memang kadang meribetkan yaa...jangan-jangan Shakespeare di alam sana lagi ketawa-ketiwi melihat orang-orang di dunia pada bingung apalah arti sebuah nama...

 

SUMBER ILUSTRASI: Pixabay.com

 

Komentar

Tulis Komentar