Para Pedagang yang Rindu Upacara Bendera sampai Lomba-Lomba Meriahkan HUT RI

Other

by nurdhania

Hari Ulang Tahun ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia jatuh pada hari ini, Sabtu (17/8/2019). Momen ini tentu saja jadi kebahagiaan bersama. Upacara digelar di berbagai tempat, di kantoran, di sekolahan, tak terkecuali Istana Negara.

Bagi pedagang sayur di Depok, peringatan HUT RI itu punya cerita sendiri. Ada di antara mereka yang justru sedih. Sebab, mereka juga ternyata rindu upacara bendera untuk rayakan HUT RI itu.

Seperti salah satu pedagang yang saya temui di pasar, Jumat (16/8/2019) pagi. Ketika itu saya berbincang dengannya saat membeli sayuran untuk dimasak.

“Bang, besok 17an (17 Agustus) jualan ga?,” tanya saya sambil bayar sayuran yang saya beli di pasar basah.

“Jualan lah!,” jawab si pedagang itu.

“Upacara ga Bang? Atau abis upacara buka tokonya?,” tanya saya lagi.

Si Abang hanya senyum-senyum saja.

Saat di pasar, saya menemani ibu berbelanja. Saya memikirkan sesuatu perihal hari kemerdekaan ini. Kira-kira, mereka, para pedagang itu, bisa ngerasain hal yang sama gak sih dengan kita?

Ternyata ada pula dari mereka yang sedih. Peringatan HUT Kemerdekaan RI punya cerita nostalgia sendiri bagi mereka. Salah satunya bagi pedagang ketoprak di dekat rumah.

" Aa' besok kan 17an, gimana nih perasaannya?," tanya saya.

“Ada bahagia ada sedih, Teh! Sedihnya, karena nggak bisa ngerayain 17an. Harus jualan kaan. Padahal pengen banget bisa ikut meriahkan. Dulu di kampung ikut lomba panjat pinang, makan kerupuk dan kelereng, tapi (kelereng) nggak dimakan ya Teh!,” katanya sambil tertawa.

Saya tertawa mendengarnya.

“Terakhir ikut upacara kapan?,” tanya saya lagi.

“Karena kan baru lulus sekolah, jadinya tahun kemarin terakhir upacara,” jawabnya.

Ada pula pedagang ketoprak lainnya yang saya temui, berbagi cerita. Meski sedih tak bisa ikut berbagai lomba sebab harus bekerja, beliau ini ikut nyumbang Rp50ribu ke RT tempat usahanya berdiri.

"Kalau ada acara, nggak pernah nggak ngasih. Palingan juga nanti nonton doang. Karena kalau lagi usaha begini, gak fokus. Ohya, kalau ada dangdutan ntar ikutan joget," tambahnya.

Saat itu, si Abang bercerita sambil ngulek bumbu kacang untuk ketoprak pesanan saya. Beliau melanjutkan kembali, mengungkapkan perasannya soal merdeka.

“Seneng banget lah udah merdeka. Dulu waktu belum merdeka mana bisa jualan!,” tambahnya.

Pesanan sudah jadi, saya makan ketoprak bikinan si Abang. Setelah itu saya pulang. Di tengah jalan, berpapasan dengan abang tukang jualan bubur kacang hijau.

Dari fisiknya, terlihat beliau ini sudah cukup berumur. Beliau berjualan dengan gerobak, ketika itu nangkring di depan masjid sambil tunggu waktu Salat Jumat.

"Saya beli ketan hitam, Pak," kata saya.

Saya langsung bertanya saja ke beliau yang ketika itu sedang menuangkan bubur kacang hijau dan ketan hitam ke plastik.

“Bapak, besok ikut upacara nggak?,” tanya saya.

Bapak penjual bubur kacang hijau itu menjawabnya terbata-bata.

“Ya...enggaklah...terakhir upacara pas sekolah dulu. Saya dagangnya ini kan gerobak keliling. Kalau penjual mah jarang ikut begituan (upacara),” jawabnya.

Mendengar jawaban dari para pedagaang tentang kemerdekaan, membuat saya berpikir lagi. Ternyata, nggak semua bisa merasakan meriahnya pesta HUT RI ya!

Walaupun tak ikut bisa ikut upacara atau kemeriahan lain sambut HUT RI, para pedagang itu tetap semangat. Mereka terus bekerja, karena keadaan memaksanya demikian, demi menghidupi keluarga.

Merdeka punya makna tersendiri bagi mereka. Bukan tak cinta tanah air, tapi mereka punya cara tersendiri untuk memaknainya.

Nah, jadi Sobat Ngobrol! Jangan sia-siakan waktu pesta kemerdekaan atau perlombaan di komplek kalian lah. Jangan malas, ah gitu-gitu doang lombanya, mending nongkrong banyak promo di restoran atau kafe-kafe.

Ya nggak salah sih. Tapi di luar sana, ada yang berharap bisa di posisi kalian loh, bisa punya kesempatan ikut serta di kemeriahan HUT RI.

Dirgahayu ke-74 Republik Indonesia!

 

FOTO RUANGOBROL.ID/NURDHANIA

 

 

Komentar

Tulis Komentar