Peran Radio dalam Propaganda Perjuangan Rakyat Indonesia (1)

Other

by Arif Budi Setyawan

Radio sudah lama jadi sarana propaganda perang. Dia digunakan untuk perang tensi, sampai menyebarkan informasi invasi. BBC London pernah menyiarkan ultimatum tentara Sekutu agar Jepang menyerah, itu pada Juli 1945, sebelum akhirnya dua kota di Jepang dijatuhi bom atom. Empat tahun sebelumnya, Jepang juga menggunakan radio untuk psywar Perang Pasifik.


Saat masuk ke Indonesia, pada 1942, Jepang juga menggunakan radio sebagai alat propaganda, yang menyebutkan kedatangannya di Indonesia sebagai saudara penolong. Lewat radio pula, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disebarluaskan. Itu adalah sedikit saja dari sekian banyak sejarah radio yang digunakan sebagai alat propaganda.


Oke Sobat Ngobrol! Kali ini perkenankan saya untuk mengulas sedikit tentang sejarah bangsa Indonesia. Sebagai mantan pegiat media jihadi, secara khusus saya tertarik untuk mengulas tentang sejarah penggunaan media yang ada (radio) dalam rangka propaganda kemerdekaan dan upaya-upaya mempertahankan kemerdekaan.


Di dalam dunia jihadis zaman now, peran media itu disebut setengah dari pertempuran. Bagaimana itu? Untuk menjelaskannya saya ingin memulainya dengan mengulas tentang peran radio di masa awal-awal kemerdekaan bangsa Indonesia.


Sedari dulu sejak kecil sampai hari ini saya sangat menyukai bacaan terkait sejarah. Barangkali jika saya ditawari kuliah saya akan mengambil jurusan sejarah.


Mengapa? Bagi saya, sejarah adalah pelajaran berharga dari pengalaman generasi sebelum kita, sebagaimana kata pepatah dalam bahasa Semarang : “Experience is the best teacher” yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris artinya : Pengalaman adalah guru terbaik”


Di dalam Alquran pun banyak mengabadikan kisah atau sejarah umat terdahulu sebagai pelajaran bagi umat Muhammad SAW. Dan hari ini saya berharap tulisan-tulisan karya saya bisa menjadi bagian dari sejarah di masa depan.


Peran penting radio dalam sejarah awal berdirinya bangsa Indonesia setidaknya -menurut saya- ada dua, yaitu :


Pertama, sebagai sarana menyampaikan pesan ke seluruh dunia tentang kemerdekaan dan eksistensi negara Indonesia sejak diproklamasikannya kemerdekaan RI sampai era agresi militer Belanda yang membonceng kedatangan tentara Sekutu, di mana Belanda sempat kembali ‘menguasai’ Indonesia.


Kedua, sebagai sarana mengobarkan semangat juang para tentara Indonesia yang terus bergerilya di berbagai penjuru pelosok negeri dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.


Kita semua tentu ingat bagaimana Bung Tomo mengobarkan semangat juang arek-arek Suroboyo melalui RRI Surabaya dengan teriakan takbirnya legendaris mampu menggerakkan seluruh rakyat Surabaya untuk bangkit melawan tentara Sekutu.


Bayangkan, betapa hebatnya arek-arek Suroboyo waktu itu. Mereka berani melawan dengan gigih gabungan tentara yang baru saja memenangkan perang dunia. Jika bukan karena kehendak Allah SWT kemudian karena teriakan takbir Bung Tomo yang legendaris melalui RRI Surabaya itu, tentu mereka akan mudah dikalahkan.


Kesamaan dengan Gerakan Jihadis Zaman Now


Kelompok-kelompok jihad yang ada di seluruh dunia saat ini, baik yang berafiliasi dengan Al Qaeda maupun ISIS sama-sama membutuhkan media untuk dua kepentingan propaganda mereka, yaitu menunjukkan eksistensi bahwa mereka ada dan terus berkembang; dan menyemangati atau mengajak umat untuk mengikuti perjuangan mereka. Itulah mengapa tidak berlebihan jika mereka menganggap perjuangan melalui media adalah separuh dari pertempuran.


Kalau para pahlawan kita dulu hanya bisa memanfaatkan radio untuk menyebarkan berita dan propaganda ke seluruh dunia, maka sekarang para jihadis menggunakan internet dan produk turunannya (media sosial, layanan perpesanan, dll) sebagai media dalam menyebarkan propaganda mereka. Sesuatu yang mudah diakses, bisa menyebar ke seluruh dunia, dan tidak membutuhkan biaya yang besar untuk bisa memanfaatkannya dengan optimal.


Semua model perjuangan untuk kepentingan orang banyak membutuhkan media untuk menyebarkan propaganda perjuangan mereka. Karena mereka ingin diakui, dan ingin mendapat dukungan. Tidak ada perjuangan yang bisa dilakukan sendirian dan tidak ada perjuangan yang tidak membutuhkan pengakuan dan dukungan dari orang lain.


Lalu bagaimana kisah peran radio dalam propaganda perjuangan rakyat Indonesia khususnya di awal-awal kemerdakaan RI? Nantikan pada tulisan selanjutnya.


(Bersambung, in sya Allah)


Catatan : Referensi dari serial tulisan ini akan disebutkan di bagian terakhir tulisan.



SUMBER GAMBAR: https://pixabay.com/id/photos/radio-tua-rasa-rindu-retro-musik-1594819/

Komentar

Tulis Komentar