Padamnya Listrik di Jakarta Sampai-Sampai Buat Ulang Tahun Harus diundur

Other

by Eka Setiawan

Matinya listrik di sebagian Pulau Jawa hingga wilayah Jabodetabek pada Minggu 4 Agustus 2019 siang sampai malam hari berdampak ke banyak hal. Bahkan insiden itu menyebabkan sebuah acara ulang tahun harus diundur...ckckck.

Informasi itu saya dengar dari sebuah radio yang dinyalakan di sebuah mobil layanan transportasi online, Senin (5/8/2019) sore di Semarang. Saya menerka itu radio di Jakarta yang sedang disetel si sopir.

Kira-kira begini isinya: “Eh tau nggak, pemadaman listrik di Jakarta kemarin sampai membuat anak kecil balik lagi ke rumahnya loh. Dia mau hadiri acara ulang tahun di sebuah hotel di Kawasan Kemang, tapi sampai sana listriknya mati. Dia pulang terus bicara ke mamahnya, Mah ulang tahunnya diundur, listriknya mati,” begitu percakapannya.

Wah, dalam hati. Kasihan juga si anak kecil itu. Mau senang-senang, potong kue, tiup lilin, ketemu teman-temannya ehhh nggak jadi karena listrik mati. Pasti sedih itu anak.

Padamnya listrik itu tentu menyebalkan. Selain tidak ada nyala lampu, jaringan internet, ATM juga terganggu. Layanan transportasi yang mengandalkan listrik pastinya terganggu juga.

Seorang kawan yang tinggal di Bogor, melalui WA juga mengatakan hari Senin pagi sampai tidak bisa mandi karena tidak ada air. Loh apa hubungannya? Ya karena untuk menghidupkan pompa airnya, dia butuh listrik. Bukan mandi listrik pastinya.

Beberapa jam tidak ada listrik ternyata begitu mengerikan. Kota seakan lumpuh total. Aktivitias jadi terhambat semua, bahkan tentunya itu menyebabkan kerugian materi yang banyak. Salah satunya ya terganggunya aktivitas perbankan.

PLN sendiri melalui Plt Direktur Utama Sripeni Inten Cahyani, melalui siaran pers yang diterima wartawan Senin siang, menyebut pihaknya terus bekerja maksimal berusaha menormalkan aliran listrik ke pelanggan.

Bahkan pihaknya akan memberikan kompensasi sesuai deklarasi Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) dengan Indikator Lama Gangguan.

“Kompensasi akan diberikan sebesar 35% dari biaya beban atau rekening minimum untuk konsumen golongan tarif adjustment, dan sebesar 20% dari biaya beban atau rekening minimum untuk konsumen pada golongan tarif yang tidak dikenakan penyesesuaian tarif tenaga listrik ( Non Adjustment). Penerapan ini diberlakukan untuk rekening bulan berikutnya,” kata Sripeni melalui siaran persnya.

Sementara, khusus untuk prabayar, pengurangan tagihan disetarakan dengan pengurangan tagihan untuk tarif listrik reguler. Pemberian kompensasi akan diberikan pada saat pelanggan memberi token berikutnya (prabayar).

Dia juga menyebutkan perkembangkan terkini hingga Senin siang; pembangkit yang sudah menyala saat ini yakni PLTU Suralaya 3 dan 8, Pembangkit Priok Blok 1-4, PEmbangkit Cilegon, Pembangkit Muara Karang, PLTP Salak, PLTA Saguling, PLTA Cirata, Pembangkit Muara Tawar, Pembangkit Indramayu, Pembangkit Cikarang, PLTA Jatiluhur, PLTP Jabar, serta total 23 Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET) telah beroperasi.

Nah, hanya beberapa jam saja tidak ada listrik, sebegitu dahsyat efeknya. Bahkan ada sampai dibikin beberapa sindiran kocak; “Orang Jakarta lagi dilatih jadi orang kampung, karena ibu kota mau pindah” wkkwwk.

Tapi tentu itu hanya buat lucu-lucuan saja ya. Karena di kampung sekarang pun rata-rata listrik sudah masuk, jadi tidak begitu tertinggal seperti zaman-zaman dulu.

Tak kalah penting, di wilayah yang relatif aman seperti Indonesia ini, ada gangguan listrik sebentar ternyata bisa ‘melumpuhkan’ aktivitas. Apalagi kalau misalnya kita melihat di negara-negara yang terjadi konflik berkepanjangan?

Infrastruktur termasuk saluran listrik rusak akibat bom, akibat perang, akibat senjata-senjata berat yang beradu. Mereka tentu lebih susah hidup di sana, sebab terjadi terus menerus. Bahkan listrik sampai harus dibagi karena sebab minimnya pasokan energi karena perang tak kunjung berhenti.

Apapun itu, meski menyusahkan, kita harus tetap bersyukur listrik kembali menyala.

 

FOTO EKA SETIAWAN

Sebuah tiang listrik tampak terendam air laut di Kawasan Tambakrejo, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Minggu (4/8/2019) petang. Kawasan itu terdampak abrasi parah seperti juga terjadi di beberapa wilayah pesisir di Pulau Jawa. Kerusakan lingkungan tentu mengancam kehidupan jika tak segera dicari solusinya termasuk  pentingnya kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan.

Komentar

Tulis Komentar