Informasi Tak Semuanya Valid Isinya, Berhati-hati Mencernanya

Other

by Eka Setiawan

Minggu-minggu ini ada banyak peristiwa yang jadi perhatian netizen republik ini. Ada kasus mutilasi seorang aparatur sipil negara (ASN) Kementerian Agama yang konon disebabkan motif asmara, ada salamannya Pak Jokowi dan Pak Prabowo yang (memang seharusnya) dilakukan penuh cinta, ada anak-anak masuk sekolah baru.

Semua itu tentu mewarnai kehidupan kita seiring kebutuhan akan informasi yang tiada henti. Nggak percaya? Coba deh, mana ada manusia yang nggak butuh informasi. Repot nanti.

Para netizen ramai berkomentar, membubuhkan jempol tanda like atau sebaliknya dibumbui puja puji sampai caci maki hehe. Memang ada hak mereka, kita, untuk memilih informasi, menyeleksi sampai menindaklanjuti informasi-informasi yang kita terima.

Tentunya informasi itu menjadi penting ketika orang-orang mengalami semacam dahaga berita. Jadi bukan hanya wartawan saja yang butuh informasi untuk dijadikan berita, tapi semuanya. Kita sebagai homo sapiens.

Namun demikian, informasi yang tersebar begitu banyak sekaligus cepat, tentu tak semuanya benar.

Media massa yang Informasinya ditulis wartawan, diedit redaktur, dipilah-pilah, ternyata kadang masih ada yang nggak valid. Masih ada salah-salahnya. Ini betulan loh, bukan mau merobohkan hegemoni media massa atas kebutuhan informasi pembaca setianya.

Kalau media mainstream yang terbilang ketat dan selektif saja bisa kebobolan, apalagi media sosial, yang teknis tayangnya hanya jepret posting, rekam posting atau terima dan sharing ke lainnya model copy paste.

Sebab itulah, perlu semacam kritik sumber, cari opsi informasi dan sumber lain, sampai menguji validitas informasi yang sampai ke layar HP kita lewat berbagai media.

Mudahnya begini, jangan asal percaya saja dengan satu informasi, satu sumber yang kita terima. Bisa-bisa itu adalah informasi yang tak benar isinya. Salah-salah, kita bisa kena celaka.

Tak kalah penting, filter terbaik untuk menyaring berbagai informasi yang masuk adalah akal sehat dan hati nurani. Itu adalah filter paling canggih yang selanjutnya menuntun kita untuk menelaah sekaligus melakukan hal selanjutnya atas informasi itu. Hapus atau bagikan?

 

FOTO EKA SETIAWAN

Komentar

Tulis Komentar