Selamat Jalan Sutopo, Pejuang Kemanusiaan Kebencanaan

Other

by Eka Setiawan

Menuliskan obituari selalu tidak mengenakkan hati. Sebab, itu adalah rentetan kisah indah tentang orang baik yang telah meninggal dunia.

Adalah tentang seorang pejuang kemanusiaan. Namanya, Sutopo Purwo Nugroho. Beliau meninggal dunia di Guangzhu Cina pada Minggu (7/7/2019) saat dalam proses pengobatan kanker paru yang diidapnya.

Pak Topo demikian beliau akrab dipanggil para wartawan, khususnya yang berkutat dengan berita kebencanaan. Beliau adalah Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Pak Topo selalu tampil di garda depan, menyebarkan informasi berupa rilis media di grup-grup wartawan yang dibuatnya. Informasi yang disampaikan Pak Topo selalu cepat, terus dikembangkan dan sangat detil.

Informasi seperti itu sangat dibutuhkan publik, termasuk wartawan yang kemudian menyebarkannya lewat medianya masing-masing.  Lewat informasi itulah, ketika terjadi bencana maka masyarakat bisa mengetahui cepat untuk selanjutnya melakukan antisipasi.

Rilis yang detil, data akurat yang didapat dari kehumasan sebuah instansi, menurut pandangan saya pribadi, jarang didapati. Tapi beda cerita ketika Pak Topo mengirimkan rilis media.

Bahkan, kalau rilis-rilis lain gampang dilakukan editing, tapi rilis dari Pak Topo adalah sebaliknya. Itu sebabnya selain data akurat, dilengkapi grafis, juga susunan kalimatnya yang sudah rapi. Redaksi tidak perlu susah payang mengoreksinya.

Informasi yang sangat bagus itu ternyata tak sebanding dengan kondisi kesehatannya. Sekira setahun terakhir, Pak Topo divonis mengidap kanker paru stadium 4.

Namun, itu tak mematahkan semangatnya di garda depan penyampai informasi tentang kebencanaan.

Pada kondisi sakit, tubuh yang sangat tidak enak karena digerogoti kanker, pada saat menjalani terapi, Pak Topo tetap mengirimkan informasi-informasi kepada wartawan dengan cepat dan akurat.

Saya bisa menuliskan demikian sebab saya juga jadi wartawan yangang menerima rilis dari Pak Topo. Beliau selalu mengupdate informasi kebencanaan kemudian dikirim ke grup-grup WhatsApp wartawan yang jumlahnya mungkin ribuan orang di Indonesia.

Hingga sekira sebulan terakhir grup informasi bencana yang dibuat Pak Topo memang agak "sunyi". Sebabnya, Pak Topo mengabarkan kalau akan berobat di Cina itu.

Bahkan sebelum berangkat ke Cina, Pak Topo meminta maaf kalau selama terapi akan lebih lambat mengirimkan info bencana.

Itu adalah sebuah semangat, komitmen, untuk menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab. Tak hanya karena instansi, jabatan atau kewajiban kerja, tetapi sebuah tugas dan pengabdian untuk kemanusiaan.

Pada suatu wawancara, Pak Topo membuat pernyataan yang luar biasa. “Bukan tentang berapa lama kita hidup, tapi seberapa bermanfaat kita dalam kehidupan”.

Hingga hari ini, sehari setelah meninggalnya Pak Topo, grup-grup WA yang saya ikuti khususnya tentang kebencanaan, terus ramai ucapan belasungkawa dan doa-doa kepada Pak Topo.

Orang baik terus dikenang, kalau dia pergi pasti akan dirindukan, dan tentunya semangatnya akan pengabdian tak akan dilupakan. Selamat jalan Pak Topo...pejuang kemanusiaan...

 

SUMBER FOTO: GRUP WA Media Komunikasi Bencana BNPB

 

 

Komentar

Tulis Komentar