Easter Eggs di Film Cast Away: Hargai Momen Berharga Sebaik Mungkin

Other

by Febri Ramdani

Sebuah kisah epik tentang seorang teknisi sistem di salah satu perusahaan jasa pengiriman barang terkenal, yaitu FedEx.

Namanya Chuck Noland (diperankan oleh Tom Hanks). Dia melakukan perjalanan ke seluruh dunia untuk memecahkan masalah produktivitas di gudang FedEx.

Sebelum pergi bertugas, Chuck sempat melamar tunangannya. Chuck hendak pergi ke Malaysia untuk meninjau salah satu cabang FedEx di sana. Pernikahan mereka terpaksa diundur dan rencananya akan dilaksanakan setelah urusan Chuck selesai.

Namun naas, ketika pesawat kargo yang ia tumpangi terbang melewati badai yang dahsyat, pesawatnya terjatuh di Samudera Pasifik. Para awak pesawat tewas, kecuali ia seorang.

Selama 4 tahun, Chuck terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Dia mencoba bertahan hidup seorang diri dengan peralatan survival ala kadarnya.

Kehidupan normal yang biasa dia jalani, bersosialisasi antarsesama, bekerja, bersenda gurau bersama teman, semuanya hilang.

Di film tersebut, ada satu scene yang cukup menarik perhatian saya, Chuck sempat membuka beberapa paket FedEx yang tersisa dari kecelakaan pesawat.

Di antara banyaknya barang-barang yang tidak berguna, ada salah satu dokumen yang berisi tentang pembagian harta gono gini perceraian.
Yang unik dan menarik adalah, alamat yang di tujukan di dalam surat tersebut berlokasi di Jakarta.

Mr. Michael Streets
JL. KRAMAT RAYA 70
JAKARTA
INDONESIA 10450
Tel. 62 (0121) 310-6754



Karena alamat yang nampak cukup otentik tersebut, akhirnya saya pun coba mendatangi lokasi yang tertera di surat tersebut.

Dengan menggunakan aplikasi Google Maps, saya pun mencoba memasukkan alamat tadi ke dalam aplikasi. Ternyata lokasinya tak terlalu jauh dari kantor tempat saya bekerja, ruangobrol.id.



Sebuah hal unik yang tersembunyi di dalam film biasa disebut dengan Easter Eggs.

Dari kisah film tersebut, saya pun merefleksikannya dalam kehidupan saya.

Saat di mana saya harus tetap survive selama satu tahun lebih di Indonesia. Lebih tepatnya saya memilih untuk bisa survive “seorang diri”.

Banyak anggota keluarga saya yang pergi meninggalkan saya untuk ke negeri Suriah karena termakan oleh janji manis kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).

Depresi, stress, dan hampir putus asa, saya rasakan selama 1 tahun masa perenungan hidup saya di sebuah kamar kost sederhana yang sempat saya tempati.


Photo by : Febri Ramdani

Memang skalanya sangat jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dalam film tersebut, Chuck terdampar seorang diri di sebuah pulau dan terpaksa harus bertahan hidup. Tidak bisa bersosialisasi dengan masyarakat.

Tapi saya, yang mengisolasi diri sendiri dengan seminimal mungkin berinteraksi dengan masyarakat.

Karena adanya ideologi sesat yang sempat bersemayam di dalam kepala saya, saya jadi benar-benar selektif memilih teman atau sahabat.

Apakah ia sepemahaman dengan saya atau tidak? Apakah ia pro terhadap pemerintah yang dalam pemahaman saya dahulu adalah thogut, kafir, dan sebagainya?

Pesan dari semua hal yang saya bahas dalam tulisan sederhana ini adalah; hargai dan pergunakan setiap momen dalam hidup kalian dengan sebaik-baiknya.

Bersama keluarga, saudara, teman, ataupun sahabat. Kita tidak pernah tahu kapan orang di sekitar kita pergi, lama atau sebentar, apakah bisa bertemu lagi atau tidak?

Terkadang karena adanya perspektif yang berbeda, kita menjadi menjauh atau menutup diri dengan orang di sekitar kita.

Padahal, setiap orang boleh memiliki berbagai macam perspektifnya masing-masing. Dan perbedaan tersebut jangan membuat kita memutus tali silaturahmi antar sesama.

Komentar

Tulis Komentar