Alangkah Indahnya Kalau “Idul Fitri” Setiap Hari

Other

by Eka Setiawan

Seorang kawan yang saya kenal dulunya ugal-ugalan, tetiba menulis status WhatsApp begitu adem. Kira-kira begini isinya; “Seminggu yang lalu begitu sangat menyejukkan, semua orang merasa bersalah, kemudian meminta maaf dan saling memaafkan”

Saya yang dulu kenal betul dengan dia, baik saat satu SMP di Kota Tegal mulai tahun 1998, sampai jadi teman ‘kongkow’ saat SMA meski kami tak satu sekolah, jujur kaget benar dengan apa yang ditulisnya.

Rasa-rasanya tak perlulah saya sebutkan namanya. Tapi yang jelas ketika saya kenal dulu, beliau begitu ‘brutal’. Pasti ada saja keonaran yang dilakukannya. Berkelahi juga sudah pasti. Baik dengan teman satu sekolahan atau sekolahan lain.

Tapi, tentu apapun itu, kawan saya itu tetaplah manusia. Sama seperti saya, seperti Anda, seperti kita semua. Sama-sama homo sapiens.

Makhluk yang punya naluri, punya isi hati yang jujur dan tentunya akal budi yang menjaga perbuatan kita agar tetap waras. Dan betul, kalau berkelahi terus-terusan tentunya capek juga akhirnya, kalau terus-terusan berbuat onar mungkin juga akan bosan sendiri. (mungkin dari situ ada istilah “Preman Pensiun” hehehe).

Seminggu yang lalu, memang jadi hari yang indah. Adalah ketika Idul Fitri 1 Syawal 1440 H tiba. Bukan hanya umat Muslim yang bergembira, tapi rasa-rasanya semuanya ikut merasakan.

Orang-orang keluar rumah saling memaafkan, saling mengakui kalau banyak salah, bersalam-salaman atau sekarang karena ada kecanggihan teknologi, permintaan maaf sekaligus maaf-maafan dilakukan pakai handphone.

Orang-orang saling senyum, bahkan saling memberi apa yang dia punya. Berbagi makanan, berbagi keceriaan. Rasa-rasanya Idul Fitri memang menggembirakan bagi semua orang.

Kalau ini terus dirawat, jadi tradisi setiap hari umat manusia, tentunya hidup akan lebih nyaman yaa. Pastinya indah sekali. Di mana setiap orang berendah hati mau mengakui kesalahannya, berlomba meminta maaf dan berbesar hati mau memaafkan dan saling memaafkan.

Hari itu, orang-orang juga “berkunjung” ke pemakaman. Membersihkan makam, mendoakan sanak famili yang sudah meninggal sekaligus aktivitas mengingat mati yang bisa datang kapan saja, dan tentu di sana pula ketika bertemu yang lain pastinya bersalam-salaman juga.

Ah, seminggu lalu yang menyejukkan. Adem rasanya kalau setiap hari bisa ber”Idul Fitri”.

 

FOTO EKA SETIAWAN

Orang-orang di Kota Tegal ramai ke komplek pemakaman Panggung di Kota Tegal saat Hari Raya Idul Fitri 1440 H atau Rabu 5 Juni 2019.

Komentar

Tulis Komentar