Mengapa Perempuan yang Terlibat Terorisme Terkesan Lebih Radikal dari Para Laki-laki ? (Opening)
Titik Awal dan Titik Masuk
|
Push Factor
|
-
Kesepian, jenuh dgn kehidupannya saat ini, merasa tidak berguna, ingin berarti/diakui, ingin belajar agama, mengikuti suami, dst
|
Pull Factor
|
-
Kemudahan internet dan pesona media sosial
-
Narasi dan propaganda masif dari kelompok ISIS/takfiri
-
Ingin masuk surga dengan jalan pintas
|
Titik Masuk
|
- Merasa mendapat pencerahan di kelompok ISIS/takfiri
- Merasa tidak sendiri/banyak kawan seperti dirinya
- Merasa lebih berguna, lebih berarti, dan lebih diakui di kelompok ISIS
|
Studi Kasus
|
Dian Yulia Novi (calon pelaku Bom Istana Negara)
|
Latar belakang :
-
Buruh Migran Indonesia di luar negri yang galau dan jenuh dgn kehidupannya dan mencoba mencari solusi/pencerahan melalui internet.
-
Ketemu dgn kelompok ISIS yang pintar merayu dan punya hubungan dgn tokoh jihadis asal Indonesia yg ada di Suriah (Bahrun Naim)
Mengapa mereka dipilih untuk jadi pelaku ?
-
Doktrinasi dan propaganda narasi yang dilakukan oleh para jihadis laki-laki terhadap mereka. Misalnya : semakin langkanya para lelaki yang mau berjihad (melakukan amaliyah) dan betapa penting peran mereka dalam membangkitkan semangat jihad kaum muslimin jika bersedia melakukan amaliyah.
-
Sebagai sebuah strategi. Karena perempuan bisa menjadi senjata rahasia yang ideal untuk kelompok teroris karena tidak mudah dicurigai.
Mengapa mereka mau melakukannya ?
-
Doktrinasi yang telah mengakar kuat
-
Merasa signifikan dengan melakukan hal itu karena bisa membuatnya menjadi sosok yang penting dan dihormati dalam model perjuangan kelompok yg baru diikutinya di mana ia merasa cocok dan nyaman
|
Duo Siska (Siska Nur Azizah dan Dita Siska Millenia) pelaku percobaan penusukan anggota POLRI di Mako Brimob
|
Latar belakang :
Mengapa mereka mau melakukannya ?
-
Doktrinasi yang telah mengakar kuat
-
Merasa signifikan dengan melakukan hal itu karena bisa membuatnya menjadi sosok yang penting dan dihormati dalam model perjuangan kelompok yg baru diikutinya di mana ia merasa cocok dan nyaman
|
Para perempuan pelaku Bom Surabaya
|
Latar belakang :
-
Para ibu rumah tangga yang sangat taat pada suami, sampai mengikuti kelompok pengajian yg diikuti suami mereka
-
Mengaji (belajar agama) pada kelompok yang kemudian menjadi pendukung ISIS
Mengapa mereka mau melakukannya ?
-
Doktrinasi yang telah mengakar kuat
-
Mengikuti rencana suami (sepakat)
-
Merasa signifikan dengan melakukan hal itu karena bisa membuatnya menjadi sosok yang penting dan dihormati dalam model perjuangan kelompok yg baru diikutinya di mana ia merasa cocok dan nyaman
|
Istri terduga teroris di Sibolga dan Sri Lanka yang meledakkan diri bersama anak-anaknya
|
Latar belakang :
-
Para ibu rumah tangga yang sangat taat pada suami, sampai mengikuti kelompok pengajian yg diikuti suami mereka
-
Mengaji (belajar agama) pada kelompok yang kemudian menjadi pendukung ISIS
Mengapa mereka mau melakukannya ?
-
Doktrinasi yang telah mengakar kuat
-
Mengikuti rencana suami (sepakat)
-
Suami mereka sudah tertangkap atau mati, sehingga berpikir : sudah tidak ada lagi yang akan melindungi dan mencari nafkah, malu karena masyarakat jadi tahu dirinya menjadi pendukung terorisme, dan lebih baik mati daripada tertangkap dan dipenjara(hasil dari doktrinasi yg diterimanya selama ini)
-
Merasa signifikan dengan melakukan hal itu karena bisa membuatnya menjadi sosok yang penting dan dihormati dalam model perjuangan kelompok yg baru diikutinya di mana ia merasa cocok dan nyaman
|