Apakah Orang Berpuasa Harus Minta dihormati?

Other

by Eka Setiawan

Tulisan ini dibuat di hari ke-4 Ramadan, dini hari jelang hari ke-5 Ramadan. (Saya menuliskan Ramadan tanpa h, biar sesuai kaidah Bahasa Indonesia gituuu hehehe).

Tulisan ini juga sengaja dibuat ketika orang-orang lagi pada molor, biar bisa ngetak-ngetik sambil menuhin asbak dan nyeruput teh dingin tanpa dipandang sinis hahaha!

Lho kok? Iya, soalnya kadang masih ada sih orang-orang yang memandang sinis pada orang yang nggak puasa. Misalnya, ketika makan dan minum di siang bolong, di tempat terbuka, di bulan Ramadan ini. Hihhh nggak menghormati orang berpuasa....

Hmmmm...kalau dipikir-pikir, gimana ya fenomena begitu. Apa iya, orang yang berpuasa lalu minta dihormati? Minta agar orang lain yang nggak puasa, segera menyingkir darinya! Apalagi kalau makan dan minum di dekatnya. Pokoknya jauh-jauh dehhh, aku lagi puasa.

Kalau demikian, lantas di mana puasanya? Bukankah puasa itu ibadah yang (seharusnya) paling rahasia? Karena urusan dia sama Tuhannya aja. Biar Tuhan yang tahu.

Hemat saya, masih banyak yang salah kaprah soal toleransi. Ini dalam konteks berpuasa yaa. Buktinya? Masih ada regulasi-regulasi dadakan yang misalnya; mengatur soal warung. Kalau puasa, nggak boleh buka warungnya; kalau puasa boleh buka tapi ditutup gorden, biar enggak kelihatan dari luar.

Kalau warung ditutup gorden, ya yang susah yang jual toh. Dia kan jualan biar dilihat banyak orang, biar banyak yang makan, biar jadi penghasilan. Masa iya, jualan malah ditutup-tutupi. Emangnya jualan narkoba apa!

Dan yang paling penting, kembali ke masing-masing individu ya. Kalau berpuasa, ya berpuasa saja, nggak usah ngatur-ngatur warung harus tutup, nggak boleh makan dan minum di dekatnya.

Kalau masih terbukanya warung dan godaan lain, membuat orang jadi nggak pede kuat apa enggak nahan makan dan minum sampai bedug Magrib, sama aja nggak ada ujiannya kan.

Rasa-rasanya nggak seru kalau sebuah perjalanan tanpa ujian. Sebuah perjalanan kecil, menuju Magrib, menunggu saatnya menyantap makanan dan minuman.

Terus gimana dong? Masa iya berpuasa terus yang lain enggak? Ya biarin ajalah. Ini bukan soal “seni untuk bersikap bodo amat” ya. Wong orang hidup kan dengan caranya masing-masing.

Paling penting adalah, bagaimana masing-masing bisa hidup dengan bebas tanpa paksaan dari pihak luar. Putih jangan dipaksa jadi hitam, pun sebaliknya. Biarin aja dunia ini penuh warna.

Yang mau puasa silakan puasa, yang mau enggak puasa silakan enggak puasa. Yang nggak boleh adalah memaksa orang lain ikut-ikutan puasa demi keinginan kita sendiri. Keinginan agar orang lain sependeritaan dengan kita.

Toh, masing-masing orang pasti punya cara sendiri-sendiri untuk mencapai bahagia. Entah bahagia sementara atau selamanya.

Selamat Ramadan!

 

FOTO EKA SETIAWAN

Anak-anak berpawai di Kota Semarang menyambut datangnya bulan Ramadan

Komentar

Tulis Komentar