Reformasi Gerakan Jihad Menuju Era Keterbukaan

Analisa

by Kharis Hadirin

Menjelang akhir 70-an, terjadi krisis politik yang melanda Indonesia, terutama pasca G/30/S/PKI. Pemerintah masih terseok-seok memperbaiki keadaan yang masih carut marut akibat tragedi ini.

Rupanya, di saat yang sama juga terjadi pergolakan besar yang melanda negara Afghanistan atas invansi militer Uni Soviet.

Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir (ABB) lantas memanfaatkan jaringan globalnya dengan mengirimkan para anggotanya untuk terlibat dalam kancah jihad internasional di bawah payung tandzim jihad “Al Ittihad Al Islamiyah” pimpinan Abdul Rabi Rasul Sayyaf, salah satu tokoh gerakan Islam yang cukup berpengaruh di Afghanistan.

Hingga awal tahun 1992, menjadi tonggak perpecahan dari gerakan jihad Negara Islam Indonesia (NII) di tanah air dan hal ini juga menjadi cikal bakal lahirnya gerakan jihad  beru bernama Jama’ah Islamiyah (JI) di bawah kepemimpinan Abdullah Sungkar dan menjadikan ABB sebagai wakilnya.

Sebagaimana diakui oleh Nasir Abbas melalui bukunya “Membongkar Jaringan Jama’ah Islamiyah”, keberangkatan mujahidin Indonesia ke Afghanistan adalah representasi dari NII.

Oleh karenanya, futuh (kemenangan) Afghanistan pada tahun 1989 adalah bagian dari partisipasi politik kaum jihadis dari Darul Islam (NII) di pentas global.

Pasca perpecahan tahun 1992, JI kemudian berjalan sendiri karena merasa bahwa NII telah dibajak melalui sikap ashobiyah (fanatisme) para puak tradisional di Jawa Barat. Dan dalam perkembangan selanjutnya, JI menjadi mitra politik tunggal Al Qaedah di Indonesia, bahkan Asia Tenggara.

Terpaan terorisme telah menjadikan JI sebagai organisasi tertutup dan terpaksa menyelam ke dalam samudra harakah (gerakan) jihad yang tersembunyi. Namun setelah tertangkapnya beberapa tokoh JI dalam peristiwa bom Bali 2002, berhasil membongkar kedok yang selama ini tertutup rapat dalam gerakan jihad bawah tanah. Peristiwa ini menjadikan JI seolah mati suri.

Sementara itu, pengakuan ABB yang menolak kesaksian Faiz Bafana di persidangan dalam kasus bom Bali menjadi titik didih perpecahan korporasi jihad JI yang sudah dibangun lama di negeri pengasingan, Malaysia.

Korporasi jihad ini kemudian dilanjutkan kembali Dr. Azhari dan Noordin M. Top dengan biduk yang berbeda dan bertahan dalam situasi yang tidak menentu.

Tahun 2000, muncullah kelompok baru bernama Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). MMI adalah organisasi yang mencoba memberikan nafas baru bagi JI yang telah mati suri akibat adanya perselisihan di kalangan para elit kelompok. ABB kemudian didaulat menjadi pimpinan tertinggi organisasi ini.

Selama satu dekade berada di atas biduk baru dengan semilir angin dakwah yang penuh era keterbukaan dan reformasi, ABB tetap muncul sebagai sosok yang konsisten pada perjuangan jihadnya, yakni menggantikan sistem sekuler yang telah mengakar kuat sebagai falsafah perundangan negeri ini dengan syari’at Islam.

Di tengah percaturan politik Islam di bawah organisasi MMI ini, rupanya tidak menjadikan ABB puas dan justru kecewa. Ia menuding bahwa MMI dianggap tidak lagi sejalan dengan arah perjuangannya dan hal itu memaksanya untuk hengkang dari organisasi tersebut pada 2008.

Keluarnya ABB dari MMI, memaksanya untuk mengatur strategi baru dalam percaturan gerakan jihad di Indonesia.

Ia mengumpulkan kembali anggota-anggota JI maupun para loyalisnya untuk mereformasi gerakan jihad dalam peta dakwah di Indonesia dengan membentuk gerbong baru bernama Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) pada 2008 atau tidak lama pasca hengkangnya ABB dari MMI.

Seperti halnya MMI, JAT juga  menjadi organisasi dakwah yang cukup terbuka. Terbukti dengan adanya berbagai kegiatan keagamaan yang diadakan oleh organisasi ini di berbagai wilayah di Indonesia.

Lantas, apakah peta percaturan gerakan kelompok jihad ini berakhir sampai disini? Rupanya tidak demikian. Belakangan muncul nama-nama kelompok baru yang mencoba untuk mengadopsi kembali semangat jihad seperti yang pernah digaungkan pada masa awal pembentukan JI.

Kelompok-kelompok baru inilah yang kelak akan meramaikan negeri ini dengan berbagai aksi serangan dan teror.

Gambar ilustrasi: https://www.istockphoto.com/photos/business?sort=mostpopular&mediatype=photography&phrase=business

Komentar

Tulis Komentar