TAEKWONDO Anak-Anak Ini  Juga Sedang Berjuang Mengharumkan Nama Bangsa

Other

by Eka Setiawan

Meski asalnya dari Korea, seni bela diri Taekwondo ternyata mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.  Ini ketika Defia Rosmaniar, taekwondoin asal Kabupaten Bogor berhasil menyumbangkan emas di Asian Games 2018 yang sedang berlangsung sekarang.

Bangga? Pastinya!  Wanita berkerudung itu sampai menitikkan air mata saat mengangkat bendera Merah Putih usai mengalahkan taekwondoin asal Iran di partai final di nomor individu putri.

Tapi pastinya bukan hanya Defia yang berbangga.  Hampir semua warga Indonesia yang terfokus pada gelaran itu juga.  Dan lebih besar lagi, pastinya negara ini, negara yang Bhinneka Tunggal Ika tentunya sangat bangga. Defia berhasil membuat Indonesia Raya berkumandang gagah. Ini adalah emas pertama yang disumbang buat Indonesia di gelaran olahraga empat tahunan bangsa-bangsa Asia ini.

Tapi di sisi lain, di saat hampir bersamaan, ada juga atlet-atlet bangsa ini yang sedang berjuang untuk mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Olahraganya sama dengan Defia: Taekwondo.

Mereka ini berjumlah 11 atlet, yang semuanya adalah anak-anak. Masing-masing; Muhammad Fayiz Adesyifa, Muhammad Farras Geysar, Ibrahim Maulana Pasthyka, Hilza Aidasyifara, Mohammad Zidan Fahmi, Najwa Alya Putri Rahmadhani, Bertram Edria Arkana, Gayatri Shalsabila Widia Putri, Ghani Ayang Arjuna, Belinda Ayu Widia Putri, dan Afita Ardian Kusnanda. Mereka dari Dojang Great Taekwondo Community (GTC) Banyumanik Semarang yang berada di bawah Universal Taekwondo Indonesia Profesional  (UTI Pro).

Para atlet ini semuanya sudah menyabet juara nasional. Bahkan nama terakhir, yakni Afita Ardian Kusnanda adalah the best player Kejuaraan Internasional Taekwondo Paku Alam Cup yang digelar pada 23 – 24 September 2017 lalu di Yogyakarta. Ardian Kusnanda saat ini masih tercatat sebagai siswi kelas 3 SMP 1 Ungaran, Kabupaten Semarang.

Mereka ini akan bertanding di kancah internasional di turnamen CK12th Classic International Open Taekwondo Championship di Malaysia mulai 24 hingga 26 Agustus 2018 ini. Mungkin agak asing karena tak terkespos besar-besaran oleh media, bahkan mungkin minim perhatian pemerintah.

Anak-anak yang akan tanding berjuang mengharumkan nama bangsa ini semuanya berangkat dengan biaya sendiri. Ya, biaya sendiri! Karena memang mereka berangkat diutus oleh klub tempatnya bernaung, bukan utusan negara.

Tapi apapun itu, mereka ini adalah anak-anak bangsa juga yang mau mengharumkan nama bangsa.  Ini tidak main-main perjuangannya. Dengan semangat membara, mereka berlatih. Bersungguh-sungguh untuk bertanding. Meski tak ada dukungan finansial sedikitpun dari pemerintah.

Ketua UTI Pro Jawa Tengah, Yosep Parera, menyayangkan negara yang masih lalai ikut andil memperhatikan anak bangsanya. Termasuk yang terjadi di UTI Pro, sebagai organisasi profesional yang seharusnya mandiri, tetapi tidak ada bantuan finansial dari negara.

“Atlet-atlet Taekwondo di Indonesia luar biasa. Yang jadi masalah adalah bahwa regulasi-regulasi yang dikeluarkan pemerintah saat ini sangat menghambat UTI Pro di dalam mengembangkan atletnya untuk ikut bertarung dan mengembangkan prestasi, ” kata Yosep kepada ruangobrol.id di Dojang GTC Banyumanik Semarang, Selasa (21/8/2018) petang kemarin.

Yosep yang juga pendiri Rumah Pancasila dan Klinik Hukum di Kota Semarang, secara pribadi memberikan sumbangan uang kepada mereka-mereka ini yang akan tanding di Malaysia. Tidak dilihat nominalnya, tapi itu adalah sebuah bentuk penghargaan mereka mau berjuang di negeri orang sekaligus  memberikan semangat kepada mereka.  Kepada anak-anak yang mau berkompetisi.

“ Sebab, dengan biaya pribadi mereka mau berjuang untuk bisa mengibarkan bendera Merah Putih di kancah internasional.  Itu luar biasa untuk bangsa dan negara. Rumah Pancasila ini bentuk penghargaan kita kepada masyarakat yang tidak mampu, masyarakat yang berprestasi yang tidak dilihat oleh pemerintah” sambungnya.

Pelatih di GTC Banyumanik, Sabeum Rahmat, mengatakan pihaknya sudah melakukan persiapan selama 3 bulan terakhir. Latihan intensif dilakukan setiap hari, pagi mulai pukul 05.00 hingga 06.00 sore hari mulai pukul 18.30 hingga pukul 21.00.

“Untuk kejuaraan di Malaysia kita baru awal, pertama kali,” kata Sabeum Rahmat.

Apapun hasilnya nanti, apresiasi tentu harus diberikan kepada mereka. Kepada anak-anak itu. Toh, kalau pulang bawa medali, yang ikut bangga juga bangsa ini bukan? Selamat bertanding! 

FOTO EKA SETIAWAN

Anak-anak atlet Taekwondo dari Dojang Great Taekwondo Community (GTC) Banyumanik berfoto bersama, Selasa (21/8/2018). Sebelas di antara mereka kini sedang berjuang di Malaysia untuk mengikuti kompetisi Taekwondo internasional.

 

Komentar

Tulis Komentar