Kembali Ke Keluarga (3)

Other

by Arif Budi Setyawan

Dua minggu setelah saya berada di rumah, sayamenerima kunjungan Bapak Kapolres Tuban beserta rombongannya. Turuthadir mendampingi ada rombongan ikhwan-ikhwan dari Yayasan LingkarPerdamaian Lamongan yang dipimpin oleh Pak Ali Fauzi “Manzi”.


Kunjungan Kapolres itu tentu saja melibatkanbanyak anggota kepolisian yang hadir di rumah kami. Ada tim pendahuludari SAT-Intelkam Polres Tuban dan Polsek setempat. Ada tim dariSabhara dan juga dari SAT-Lantas Polsek. Masih ditambah lagi dengankehadiran Kapolsek Setempat dan satu Kapolsek dari kecamatan sebelahyang ikut hadir menyambut kedatangan Kapolres.


Rumah kami mendadak ramai seperti sedangmenyelenggrakan acara besar. Banyaknya anggota polisi yang hadir baikyang berseragam maupun tidak, ditambah mobil yang berjejer di halamandan tepi jalan di depan rumah membuat rumah kami menarik perhatianpara pengguna jalan.


Bapak AKBP Sutrisno HR selaku Kapolres Tuban padapertemuan dan dialog itu menyampaikan bahwa kedatangannya adalahdalam rangka silaturahmi dan perkenalan dengan jajarannya di daerahsekaligus melakukan giat pembinaan terhadap eks napiter. Kebetulanbeliau pada saat itu memang baru kurang lebih sebulan bertugas diPolres Tuban.


Selain itu, kunjungan itu juga merupakan salahsatu strategi beliau dalam menjaga dan membina eks napiter. Beliauberharap, dengan adanya kunjungan beliau beserta jajarannya itumasyarakat akan mempunyai persepsi bahwa saya telah berubah dan dapatditerima dengan baik oleh aparat negara. Hal itu dinilainya pentinguntuk mengembalikan nama baik dan kepercayaan diri seorang eksnapiter ketika kembali ke masyarakat.


Pada pertemuan itu beliau juga menanyakan aparencana saya ke depan terkait usaha ekonomi maupun kegiatan sosialkemasyarakatan. Saat itu saya menjawab untuk usaha ekonomi sayamungkin akan mengembangkan ternak burung Murai Batu milik bapak saya.Sedangkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan saya hanya inginkembali menjadi diri saya yang senang membantu orang lain. Artinyasaya membuka diri kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan saya,apa pun itu asalkan bisa saya lakukan akan saya bantu dengan senanghati. Karena di dalam penjara pun saya bisa terus teguh karena bisamembantu orang lain.


Sebelum berpamitan, Bapak Kapolres menyampaikanbahwa beliau siap membantu terkait keinginan saya itu dan memintasaya agar jika sudah ada yang perlu dibantu harap menghadap beliau diruang kerjanya. Namun harus ada pemberitahuan sebelumnya agar diaturoleh protokoler mengingat tugas beliau yang cukup padat. Untuk itubeliau kemudian bertukar nomor HP dengan saya.


Setelah acara itu bubar, para tetangga danmasyarakat sekitar jadi pada heboh membicarakan hal itu. Merekakemudian bertanya kepada saya tentang apa yang sebenarnya terjadi.Saya lalu menjelaskan dengan singkat bahwa ketika saya merantaubekerja di Jakarta, partner kerja saya terlibat kasus terorisme dansaya dianggap membantunya. Jadi saya pun ikut ditangkap dan diadili.


Para tetangga langsung memaklumi dan tidak banyaktanya lagi. Bagi mereka yang penting saya telah kembali denganselamat dan selama ini keluarga saya juga tidak pernah menimbulkanmasalah di kampung. Mereka bahkan tidak menyangka kalau saya lamatidak pulang adalah karena dipenjara. Mereka pikir karena sakingsibuknya mengurus bisnis. (Ini salah satu keuntungan saya tidakditangkap di rumah, saya ditangkap di Jakarta)


Memang sejak usia SMP saya sudah merantau untukbelajar sampai dengan menikah dan bekerja semuanya di perantauansehingga jarang ada di rumah. Hanya berkunjung sesekali. Jadi paratetangga itu biasanya hanya akan ingat saya kalau pas lebaran doang.


“Eh Arif kok nggak pulang Bu/Mbak/Pak ?”,begitu pertanyaan mereka kepada keluarga pas lebaran. Selebihnyamereka akan melupakan saya karena sejak kecil sudah biasa diperantauan.


Bahkan mereka juga kemudian melupakan bahwa sayaadalah eks napiter. Mereka baru ingat ketika ada aksi terorisme yangmenghebohkan terjadi seperti pada kasus rusuh di Mako Brimob danrangkaian bom di Surabaya beberapa waktu yang lalu.


Pada waktu terjadi rangkaian teror dari Rutan MakoBrimob yang berlanjut dengan rangkaian bom di Surabaya, para tetanggalalu ramai menanyai saya tentang Rutan Mako Brimob dan apa pendapatsaya tentang aksi-aksi itu. Sampai kurang lebih sepekan saya setiapketemu dengan orang-orang masih ditanyai tentang hal itu.


Saya pun menjawab dan menjelaskannya dengan senanghati. Karena dengan begitu saya telah membantu mereka agar lebihmemahami tentang radikalisme dan terorisme sekaligus memberitahukankepada mereka tentang sikap dan pemikiran saya saat ini.

Komentar

Tulis Komentar