Seorang anggota polisi dari Polsek Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan (Kalsel) tewas pada 1 Juni 2020 lalu. Pelaku yang merupakan pendukung ISIS membacoknya dengan pedang samurai. Selain, itu satu orang polisi juga mengalami luka-luka.
Sementara pelakunya Abdul Rahman tewas ditembak Polisi. Di tangan pelaku ditemukan surat wasiat. Isinya, “Jihad ini tak akan pernah henti sampai kiamat sekalipun. Maka bangun dan sadarlah dari tidur yang panjang ini”.
Kenapa polisi yang diserang?
Bagi ISIS, polisi adalah taghut yang merupakan musuh yang wajib dibenci maupun diperangi. Di Indonesia sendiri, serangan terhadap polisi sudah sangat sering terjadi. Baik menggunakan bom, senjata api, maupun dengan menggunakan senjata tajam.
Serangan dengan senjata api misalnya yang menewaskan dua orang Polisi di Pondok Aren, Tangerang Selata pada 16 Agustus 2013 lalu. Korbannya adalah Aiptu Kus Hendratno dan Bripka Ahmad Maulana, anggota Bimas Polsek Pondok Aren. Pelakunya adalah kelompok Abu Roban.
Serangan dengan Bom misalnya pada kejadian Bom di jalan MH Thamrin Jakarta Pusat pada 14 Januari 2016 lalu. Pelakunya adalah Muhammad Ali, Sugito (42), Dian Juni (25), Afif alias Sunakin, dan Ahmad Muhazan (25) yang berasal dari kelompok JAD Pimpinan Aman Abdurahman.
Sementara dengan menggunakan senjata tajam baik itu berupa pisau maupun pedang misalnya pernah dilancarkan oleh pendukung ISIS Sultan Azianzah. Peristiwa penyerangan Pos Polantas di Kawasan Pendidikan, Cikokol, Tangerang, terjadi pada Kamis 20 Oktober 2016. Akibatnya, Kapolsek CikokolTangerang dan dua polisi lainnya yang sedang berada di sana mengalami luka tusuk dan dilarikan ke rumah sakit.
Serangan menggunakan pisau terhadap polisi selanjutnya adalah serangan terhadap polisi di Markas Polda Sumatera Utara di Jalan Sisingamangaraja, (25/6/2017). Pelakunya adalah Returnee ISIS Syawaluddin Pakpahan dan Ardi Ramadan. Sementara anggota polisi yang ditikam meninggal dunia. Insiden serupa terjadi pada 30 Juni 2017). Dua anggota polisi yang sedang menunaikan ibadah di Masjid Falatehan ditusuk oleh seorang pria.
Tentunya yang paling heboh adalah penusukan yang dilakukan oleh Syahrial Alamsyah alias Abu Rara terhadap Menkopolhukam Wiranto di Pandeglang, provinsi Banten (10/10/2019) lalu. Akibat penusukan tersebut Wiranto langsung dilarikan ke rumah sakit RSPAD Jakarta.
Terinspirasi seruan ISIS
Serangan terhadap polisi di Daha Selatan tersebut kemungkinan besar terinspirasi seruan dari Khalifah ISIS Abu Ibrahim Al Quraisyi serta Juru Bicara ISIS Abu Hamzah Al Quraisyi minggu lalu. Dalam seruan tersebut Abu Ibrahim menyerukan agar kepada semua Junud-nya (tentara) agar memanfaatkan Pandemi Covid 19 semaksimal mungkin. Abu Ibrahim meminta kepada pendukungnya untuk membalas dendam serta membebaskan tahahan ISIS yang di penjara-penjara.
Apalagi melihat serangan menggunakan senjata tajam itu ditambah dengan melakukan pembakaran mobil polisi itu merupakan cara yang biasa dilakukan oleh ISIS. Bahkan panduannya sudah banyak beredar di media sosial. Sumbernya berasal dari Majalah Rumiyah yang sudah didesain ulang dan kemudian disebarkan oleh Penyebarberita.net.
Operasi ini dalam Majalah terbitan Rumiyah edisi kedua biasa disebut “Just Teror Operration”. Just di sini maksudnya adalah justice. Dalam panduan ini disebutkan bahwa menjadi seorang mujahid tidak perlu menjadi seorang ahli militer atau master seni bela diri. Atau bahkan harus memiliki pistol dan senapan untuk melaksanakan amaliyah. Namun Sebuah tekad yang kuat, beberapa perencanaan dasar, dan doa kepada Allah SWT sduah cukup bagi seorang mujahid untuk memberikan penderitaan yang tak terhitung kepada musuh-musuhnya.
Salah satunya dengan menggunakan senjata tajam seperti pisau, sangkur ataupun Pedang. Pasalnya senjata tajam sangat mudah ditemukan. Setiap negeri bahkan setiap rumah ada benda kecil ini. Selain itu secara fungsi senjata tajam memiliki fungsi yang sangat besar, bahkan hingga mencabut nyawa manusia. Terutama di tangan seseorang yang tahu bagaimana cara menggunakannya secara efektif. Demikian juga karena aksesibilitasnya, seseorang yang melakukan aksinya dengan serangan senjata tajam dapat dengan mudah menyembunyikan bahkan membuangnya ketika sudah tidak diperlukan. Selain itu di dalam Rumiyah tersebut dijelaskan cara melakukan serangan dengan senjata tajam. Di situ juga dijelaskan juga soal targetnya. Misalnya kalau targetnya satu orang untuk memperpanjang kampanye teror. Kalau kerumunan kecil untuk teror kejutan. Sedangkan target dengan kerumunan besar tidak dianjurkan oleh ISIS.
Di dalam Rumiyah tersebut tidak disarankan menggunakan pisau dapur karena struktur dasarnya tidak dirancang untuk menangani berbagai jenis aplikasi yang kuat seperti yang biasa digunakan untuk membunuh atau menyembelih. Tidak semua orang mampu dan berani melakukan serangan penusukan dengan pisau. Namun ketidaksukaan tersebut bukan menjadi alasan untuk meninggalkan jihad.
Sementara soal pelaku yang juga membakar Mobil Patroli Polisi, hal itu juga terdapat di majalah terbitan ISIS Rumiyah edisi kelima yang merupakan bagian dari seri “Just Teror Operation”. Menurut RumiyahSerangan pembakaran salah satu metode yang paling aman dan mudah dilakukan untuk melakukan penyerangan. Serangan pembakaran sulit dicegah aparat kepolisian karena menggunakan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari. Tidak ada pidana yang bisa digunakan untuk menjerat pengguna bensin, minyak tanah, dan korek api.
Membuatnya pun cukup mudah hanya tinggal dimasukan bensin ke dalam botol kosong kemudian ditambah dengan memasukkan kain dengan posisi sebagian kain menjuntai ke luar, lalu ditutup rapat botolnya dengan kencang. Kain yang menjuntai berfungsi sebagai sumbu yang bisa dinyalakan dengan api.
Karena itu Kemungkinan besar pelaku sebelumnya sudah menyiapkan bom molotov untuk membakar mobil Patroli Polisi. Bahkan mungkin saja pelaku berniat membakar Mapolsek Daha Selatan. Hal itu bertujuan untuk mengalihkan perhatian agar menjadi lengah. Setelah mobil terbakar barulah Pelaku melancarkan serangan terhadap Polisi.
Serangan dengan pembakaran ini sebelumnya pernah terjadi pada Polres Dharmasraya, Sumatera Barat (12/11/2017) lalu. Selain itu Pelakunya juga membakar mobil dinas Kapolres Dharmasraya. Dua orang Pelakunya ditembak mati oleh polisi. Keduanya merupakan anggota JAD Pekanbaru Riau. (Merdeka.com, 12 November 2017).
Karena itu berdasarkan temuan tersebut, Pelaku melaksanakan dalam melakukan serangan menggunakan dua metode serangan. Sebagaimana yang sudah diajarkan oleh ISIS melalui majalah Rumiyah. Yaitu, pertama dengan melakukan pembakaran dan kedua dengan serangan senjata tajam. Selain kedua metode itu ada lagi dua metode serangan yaitu dengan menabrakkan kendaraan dan melakukan penyanderaan.
Kepada Aparat keamanan sebaiknya meningkatkan kewaspaannya dalam mengantisipasi serangan teror pada masa mendatang. Apalagi Amir ISIS dan Jubirnya baru-baru sudah menyerukan agar melakukan pembalasan terhadap musuh-musuh mereka. Karena bukan tidak mungkin para Pendukungnya di Indonesia akan menyiapkan serangan selanjutnya. Semoga saja tidak terjadi.
Komentar