Bom Bali Yang Menggemparkan (4)
Otherby Arif Budi Setyawan 13 Oktober 2018 5:00 WIB
“ Itu Human error terkait target yang mereka pilih”, jawab beliau singkat lalu matanya terlihat menerawang untuk beberapa saat lamanya. Beliau seperti sedang berpikir jauh dan ada sedikit raut kekecewaan di wajahnya.
“ Tetapi secara tujuan dari amaliyah itu aku bisa memakluminya”, gumamnya lirih. Kembali mata beliau menerawang jauh. Untuk beberapa saat kami sama-sama terdiam.
Saya lalu membandingkan dengan ketika beliau menjelaskan tentang korban serangan WTC yang menyebutkan bahwa korban serangan itu adalah sebuah keniscayaan dari sebuah aksi seperti itu, dan seandainya ada muslim yang menjadi korban maka itu adalah korban ketidaksengajaan karena targetnya adalah warga Amerika yang pasti mayoritas di tempat itu. Selain itu disebutkan pula bahwa warga sipil Amerika boleh menjadi target serangan sebagaimana Amerika menjadikan warga sipil sebagai target serangan seperti pada peristiwa Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki, atau ratusan ribu anak-anak Iraq dan Aghanistan yang mati karena embargo Amerika.
Kala itu beliau tampak lebih antusias ketika menjelaskannya, tidak seperti barusan yang terkesan ada gurat kekecewaan dan kesedihan.
“… dan sepertinya bom Bali ini berhubungan dengan Al Qaidah karena pada pertengahan November yang lalu beredar rekaman suara Syaikh Usamah bin Ladin yang memuji aksi bom Bali itu. Dan hal itu sangat mungkin karena Ustadz Mukhlas adalah alumni jihad Afghan”,tambahnya lagi.
Aku terhenyak kaget mendengarnya. Bom Bali terkait dengan Al Qaidah ? Wow…hebat sekali para pelakunya. Benar-benar keren. Saya takjub membayangkan bagaimana hubungan di antara mereka bisa terjadi, padahal Al Qaidah sudah ditetapkan sebagai organisai paling berbahaya di dunia.
“ Lalu bagaimana kita harus menyikapi kemungkinan bahwa JI akan diacak-acak oleh aparat keamanan ustadz sebagaimana perkataan antum tadi ?”, tanya saya lagi yang mulai gusar dengan terungkapnya semua itu.
Sang Ustadz kembali menarik nafas panjang.
“ Untuk sementara kita akan menghentikan kegiatan pengajian yang tidak memiliki kover yang bagus, yaitu yang belum lazim memiliki dukungan dari masyarakat sekitar sambil menunggu perkembangan situasi dan kondisi. Untuk wilayahku di sini alhamdulillah sudah memiliki tempat yang bagus dan mendapat dukungan dari masyarakat, jadi tak perlu dihentikan.
Untuk dirimu aku berpesan agar kamu berhati-hati dan menjaga dirimu jangan sampai teridentifikasi sebagai kader JI. Khawatirnya akan menimbulkan banyak pertanyaan dari orang awam atau tidak menutup kemungkinan bisa ditanyai aparat intelijen”, jelasnya.
“ Baik ustadz, saya akan lebih berhati-hati”, sahut saya.
Sepulang dari pertemuan itu perasaan saya sedikit bergejolak. Ada rasa bangga karena para pelakunya punya hubungan dengan Al Qaidah (Syaikh Usamah) sekaligus penasaran tentang bagaimana cara mereka berhubungan dan bekerjasama. Selain itu saya juga jadi penasaran dengan Jamaah Islamiyah (JI). Apa sebenarnya program perjuangan JI itu ?
Hal ini membuat saya bukannya menjauh dari lingkungan JI tetapi sebaliknya saya semakin ingin tahu apa itu JI. Saya tidak peduli bahwa JI telah ditetapkan sebagai organisasi yang bertanggungjawab atas peristiwa bom malam Natal 2000 dan bom Bali. Justru ini menambah daya tarik dari JI yang sebenarnya tanpa saya sadari saya adalah salah satu kader JI. Kok bisa saya tidak tahu bahwa saya adalah kader JI ? Saya harus mencari tahu lebih jauh.
Rasa penasaran yang besar ini mungkin sedikit banyak dipengaruhi oleh kegemaran saya membaca komik dan novel detektif. Saya memang penggemar komik Detektif Conan dan novel Sherlock Holmes. Jadi, jika anak muda kebanyakan suka memacu adrenalin dengan olahraga ekstrim, balap motor, dll, maka saya cukup memacu adrenalin dengan mencari tahu lebih jauh tentang JI.
(Bersambung, In sya Allah)
Komentar