Serial Angin Bercerita : Kekurangan yang Berharga
Otherby Arif Budi Setyawan 26 Juli 2018 3:39 WIB
Di sebuah Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) aku menjumpai seorang pemuda yang sangat taat dan memiliki pemahaman ilmu agama yang bagus. Dia masuk penjara bukan karena melakukan kejahatan, tetapi karena sebuah tuduhan yang hanya berdasarkan bukti perkataan orang-orang di sekitarnya.
Pemuda ini selalu shalat di masjid dan mengajarkan ilmu agama pada beberapa narapidana yang lain. Dia pun akhirnya dikenal sebagai seorang ustadz di lapas tersebut. Meskipun para napi lainnya menghormatinya sebagai seorang ustadz, dia sama sekali tidak lantas berlaku jaim. Sebaliknya dia justru semakin proaktif dan semakin akrab dengan para napi yang lain.
Para napi itu sangat menyukai si pemuda karena merasa sangat dihargai oleh si pemuda. Meskipun mereka adalah para kriminal, tetapi si pemuda itu sama sekali tidak berusaha menjauhi mereka. Tapi malah sering berbagi makanan, minum kopi bersama, atau mengobrol bersama mereka tentang berbagai hal.
Si pemuda itu memang sosok yang asyik untuk dijadikan teman mengobrol atau curhat. Dia selalu menjadi pendengar yang baik dan berusaha memberikan tanggapan yang positif atas segala yang diceritakan oleh para napi yang lain.
Para napi itu sudah merasa cukup senang manakala ada yang mau mendengarkan kisah dan keluh kesah mereka dan mendapatkan tanggapan yang positif dari seseorang, tak peduli seberapa buruk hal yang mereka ceritakan itu.
Pada suatu sore seorang pejabat Lapas terlihat sedang berbincang akrab dengan si pemuda di beranda masjid seusai shalat Ashar.
“ Saya sungguh heran dengan Anda. Sering saya melihat Anda sangat akrab dengan napi-napi yang benar-benar pelaku kriminal, bukan seperti Anda yang menjadi korban salah persepsi dari sekelompok orang. Dan mereka tampak sangat menyukai kepribadian Anda.
Anda juga sangat berbeda dengan kelompok napi kasus terorisme yang ada di lapas ini, di mana mereka lebih senang menutup diri dan membatasi pergaulan hanya dengan kelompok mereka saja.
Bisa Anda jelaskan apa yang membuat Anda bisa sangat akrab dengan para napi kriminal tanpa terpengaruh oleh kelakuan mereka ? Saya sungguh penasaran”, tanya bapak pejabat Lapas itu pada si pemuda di sampingnya.
Si pemuda tersenyum ringan lalu mulai menjawab pertanyaan bapak pejabat Lapas itu.
“ Sederhana saja pak jawabannya, yaitu di sini saya sedang belajar menghargai kekurangan seseorang. Betapa pun para napi kriminal itu pernah melakukan kesalahan, itu adalah masa lalu mereka. Betapa pun buruknya kisah hidup yang mereka ceritakan kepada saya, itu adalah masa lalu mereka.
Saya hanya berusaha memahami kesalahan mereka itu dan mengambil pelajaran dari kisah mereka lalu menyemangati mereka agar mereka tidak mengulangi kesalahan mereka di masa lalu. Saya tidak pernah mencela dan menjelekkan mereka karena kesalahannya, tetapi saya mendorong agar mereka memperbaiki diri di hari esok. Dan sepertinya mereka menyukai hal itu.
Menurut saya mencela mereka dan menjauhi mereka karena kesalahannya hanya akan semakin membuat mereka merasa tak berarti sehingga kehilangan semangat untuk berubah baik. Mereka ini butuh perhatian pak. Mereka butuh dihargai. Mereka butuh motivasi.
Kalau bicara kesalahan dan kekurangan, kita semua pasti punya kesalahan dan kekurangan. Persoalannya hanya pada bobot dan dampak kesalahan itu bagi orang lain. Jika kita senang dimaafkan dan dimaklumi atas segala kesalahan dan kekurangan kita, maka kita pun harus melakukan hal yang sama pada orang lain.
Di sinilah saya belajar memaklumi kesalahan dan kekurangan orang lain. Suatu hal yang tidak bisa saya lakukan di luar penjara. Di sinilah saya belajar memperlakukan orang lain sesuai kedudukannya. Di sinilah saya belajar menjalin hubungan baik dengan orang lain berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan yang pasti disepakati oleh semua orang.
Dan saya bisa mendapatkan semua hal itu dengan bergaul akrab dengan mereka.
Saya berharap kepada Allah SWT agar berkenan menjadikan apa yang saya lakukan ini sebagai wasilah berubahnya mereka menjadi manusia yang lebih baik di kemudian hari”.
Pemuda itu mengakhiri penjelasannya dengan tersenyum dan wajah yang berseri-seri. Bapak pejabat lapas itu pun tampak tersenyum mengangguk-angguk tanda mengerti. Sebelum beranjak pergi bapak pejabat Lapas itu tampak bersalaman dan memeluk si pemuda.
Beberapa helai daun pohon sawo yang sudah tua gugur terkena hembusanku dan melayang jatuh di kaki pemuda itu tatkala ia sedang memakai sandalnya yang kemudian pergi meninggalkan masjid kembali ke kamarnya.
Komentar