Ledakan dahsyat telah terjadi di Beirut pada 4 agustus 2020 (waktu Lebanon). Berdasarkan yang saya baca dari beberapa media dan juga pemberitaan seorang wartawan Lebanon, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyebut 2.750 metrik ton amonium nitrat, yang biasanya digunakan untuk pupuk, telah disimpan di gudang pelabuhan selama enam tahun tanpa protokol keamanan, menurut pernyataan pemerintah seperti dilaporkan CNN, 5 Agustus 2020.
Pertama kali mengetahui berita ini tuh, berawal dari teman saya yang menanyakan ke saya tentang apa yang terjadi di Lebanon. Saya bingung, karena tiba-tiba ditanya seperti itu. Apalagi waktu itu sudah dini hari. Kemudian, saya melihat teman saya yang lain menulis kalimat "pray for beirut" di status medsosnya. Bukannya tidur, malah buka Twitter untuk cari tahu. Jadi kepo banget deh. Ternyata kata Beirut telah masuk ke daftar trending topic Twitter. Saya benar-benar kaget sekaligus khawatir ketika membaca berita dan menonton beberapa video amatir.
Saya langsung ingat dengan orang-orang Lebanon yang pernah saya kenal dan temui. Seorang wartawati Lebanon (Jenan Moussa) yang pernah bertemu dengan saya di kamp pengungsian, dan seorang perempuan yang merupakan Kepala Kantor urusan internasional mantan Perdana Menteri, Saad Hariri, Lebanon. Saya pernah bertemu dengannya di sebuah Konfrensi di kota Munich beberapa bulan yang lalu. Selain dari Jenna, saya juga mengikuti berita dari beberapa rekannya yang berada di TKP.
Sebagai seseorang yang tidak di TKP, saya hanya mantengin berita dari beberapa jurnalis di sana. Apalagi waktu itu kabar ini baru banget terjadi. Mereka yang mengetahui kondisi di sana seperti apa, lebih pantas untuk bersuara. Jangan sampai saya yang jaraknya belasan ribu kilometer udah buat kabar atau asumsi-asumsi terkait penyebab ledakan tersebut. Saya pun mewanti-wanti adanya penyebaran berita-berita ngaco.
Sedikit membahas tentang teman saya yang di Lebanon, saya langsung cek akun medsosnya. Kok beliau belum update berita apa pun, ya? Saya benar-benar khawatir. Oh, iya, berdasarkan time zone, Indonesia dan Lebanon bedanya 4 jam. Beliau adalah sesorang yang sangat aktif menyebarkan hal-hal positif di akun medsosnya, dan pada hari itu beliau belum ngasih kabar apa-apa, Makanya saya jadi tambah khawatir. Akhirnya, sore hari pada tanggal 5 agustus, beliau memberi kabar tentang kondisi di Beirut. Alhamdulillah beliau dan keluarganya dalam keadaan sehat dan selamat.
Apa yang saya wanti-wanti akhirnya kejadian. Saya menemukan akun yang menyebarkan video kartun The Simpsons yang katanya telah memprediksi ledakan di Beirut. Artinya, ledakan di Beirut memang disengaja atau telah lama direncanakan. Saya segera melihat kolom komentar untuk mencari tahu tentang kebenaran film/video ini, dan ada netizen yang memberikan penjelasan bahwa video tersebut telah dicampur-aduk sambil menujukkan video asli kartun The Simpsons. Jadi, bukan seperti itu. Sedihnya, masih banyak yang percaya dengan mudah video tersebut. Saya pun tak tinggal diam. Ikut berkomentar sedikit, syukur-syukur bisa dibaca orang-orang. Saya hanya mengatakan, agar si penyebar video melakukan cek dan ricek terlebih dahulu, apakah alur cerita dari video tersebut benar demikian.
Dari sini saya belajar beberapa hal agar tidak membiasakan diri untuk cepat bersuara terhadap sesuatu yang jauh dari kita. Apalagi jika kabarnya baru banget terjadi. Lebih baik kita menunggu kabar dari orang-orang kredibel yang berada di wilayah tersebut. Terus ingat untuk selalu cek dan ricek. Kemudian, tanyalah pada ahlinya.
Dari Ledakan Beirut, Kita Belajar Menyaring Informasi
Analisaby nurdhania 13 Agustus 2020 7:20 WIB
Komentar