Warga Etnis Tionghoa Juga Ada Yang Jadi Pelaku Teror

News

by Akhmad Kusairi

Direktur Ekesekutif Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR) Moh Adhe Bakti menyampaikan jika di tengah Pandemi Covid 19 Warga Etnis Tionghoa dan Warga Negara China menjadi target serangan terorisme. Namun menurut catatan Kang Adhe, begitu dia biasa disapa, warga etnis Tionghoa tidak hanya menjadi target serangan melainkan juga menjadi pelaku dalam beberapa kali serangan teror.

Menurut Adhe, warga Tionghoa yang terlibat aksi terorisme di antaranya adalah Anwar Effendi alias Alung alias Bagus. Menurutnya, Anwar terlibat dalam jaringan teroris Abu Tholut. “Alung ini keterlibatannya adalah membantu Abu Tolut memindahkan dan menyemubunyikan senjata api bekas pelatihan Jalin Janto Aceh. Mungkin Ustad Sofyan tahu dengan Alung ini,” Kata Adhe dalam diskusi Ancaman Terorisme terhadap Pemerintah, Warga China dan Etnis Tionghoa di Indonesia yang dilaksanakan PAKAR pada Selasa (1/6/2020).

Lebih lanjut Adhe menjelaskan Warga Etnis Tionghoa yang lain adalah Nangkung alias Ridwan alias Iwan Rizi alias Iwan Cina alias Ismail. Menurut Adhe Nangkung terlibat dalam perampokan atau Fai Bank CIMB Niaga Medan. Selain itu ada juga Warga Uiggur yang terlibat dalam jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Pimpinan Ali Kalora saat ini.
Sedikitnya menurut Adhe ada empat orang yang tertangkap menjadi pelaku. Semuanya saat ini sedang menjalani hukuman pidanan di Penjara. “Ada juga Ali dari Etnis Uighur yang terlibat katibah Gengong Rebus yang hendak menyerang Singapura.” jelasnya

Lebih lanjut Adhe menegaskan di tengah Pandemi Covid 19 Warga Etnis Tionghoa dan Warga Negara China menjadi target ancaman. Hal ini menurutnya dipicu oleh perbedaan perlakuaan terhadap Warga Negara China dengan warga Negara Indonesia. Misalnya Pelajar maupun pekerja dari luar negeri dilakukan karantina oleh Pemerintah. Sementara Warga
Negara China ketika datang ke Indonesia tidak dilakukan karantina. “Hal ini kalau tidak diantisipasi akan menyebabkan instabilitas keamanan di Indonesia,” imbuhnya

Selain itu, kepada aparat keamananan dan Pemerintah Adhe merekomendasikan agar bisa mengantisipasi ancaman sekecil apa pun terhadap Warga Negara Cina dan etnis Tionghoa yang ada di Indonesia. Ancaman penculikan sangat mungkin terjadi terhadap para tenaga kerja asing China terutama yang di Morowali. Apalagi kelompok MIT juga berporasi di tempat yang sama. Kejadian penculikan warga negara China di Aceh menjadi pengingat bahwa mereka sangat serius dalam melakukan aksinya.

Sementara itu tidak banyak yang disampaikan oleh Sofyan Tsauri lantaran ada masalah di komunikasi. Sofyan menyarankan ke depannya warga China lebih membuka diri agar tidak dijadikan target serangan. Pasalnya faktor kecemburuan sosial dan ekonomi menjadi salah satu alasan mereka dijadikan target serangan. Menurut Sofyan meski secara kuantitas warga Tioghoa hanya sekitar 2,5 persen aka ntetapi secara ekonomi mereka menguasai hampir 75 perekonomian di Indonesia.

“Ke depannya Warga Tionghoa saya sarankan untuk lebih membuka diri. Misalnya memberikan bantuan kepada umat Muslim melalui CSR. Bantuan itu sebaiknya diumumkan kepada publik. Hal itu diperlukan untuk mengurangi sentimen negatif terhadap mereka,” tegasnya

Komentar

Tulis Komentar