Perjumpaan Awal dengan Pak Huda (Bagian 1)

Other

by Administrator

oleh: Hadi Masykur

Senin 17 Oktober 2022, sekira sebulan setelah saya berkumpul kembali dengan keluarga, seorang teman dari Unit Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri memberi kabar kalau Pak Huda (Noor Huda Ismail) mau bertemu.

Bagi saya, ini surprise sekali! Mendapat undangan dari seseorang yang sudah lama saya dengar namanya.

Walaupun sudah lama dengar namanya, namun, saya sendiri belum pernah berjumpa dengannya. Apalagi sudah lama, nama Pak Huda terarsipkan dalam catatan saya, meskipun dengan informasi yang kurang mengenakkan. Sehingga, kesempatan bertemu ini akan saya gunakan untuk tabayyun kepada beliau terkait informasi yang sempat terarsipkan sebelumnya.

Ditambah lagi, beberapa saat sebelum saya ditangkap, ada seorang ikhwan yakni Mas Yusuf (almarhum) yang memberikan hadiah sebuah buku kepada saya. Mas Yusuf yang ketika itu memberikan buku berjudul “300 Hari di Bumi Syam”. Isi buku salah satunya menceritakan usaha Pak Huda dalam rangka memulangkan keluarga Febri Ramdani dari Suriah.

Senin pagi, 17 Oktober 2022, saya dijemput teman Idensos di warung tempat saya membantu ibu berjualan. Kami menuju lokasi pertemuan. Tak lama, sampailah kami dan bertemulah dengan Pak Huda.

Lokasi pertemuannya sangat nyaman, di Kota Semarang, dalam suasana sarapan pagi yang begitu hangat. Beliau memperkenalkan dirinya, yang ternyata senior saya di pesantren meskipun kami tidak pernah bertemu.

Setelah Pak Huda menanyakan tentang kabar dan kesiapan untuk berbincang-bincang dengan ditemani secangkir kopi dan beberapa kudapan, mengalirlah beberapa penggal cerita dari episode kehidupan yang pernah saya alami. Termasuk klarifikasi atau tabayyun, di mana saya mendapatkan jawaban langsung dari si Empunya cerita. Hal itu menjadi titik balik pandangan saya terkait Pak Nur Huda.

Kami mengobrol sekira 1 jam. Hangat sekali. Obrolan kami mulai dari pesantren di mana kami sempat sama-sama nyantri hingga obrolan-obrolan lain.

Ketika kami akan berpisah, Pak Huda menyampaikan kalau beliau akan menjadi salah satu narasumber di acara Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) di Jepara. Spontan, saya menyampaikan keinginan untuk ikut serta dalam acara itu.

(baca juga: Ribuan Ulama Perempuan Bertemu Perjuangkan Hak Keadilan Perempuan)

Pandangan saya, ini merupakan sebuah hal menarik. Bertemunya ulama-ulama perempuan Indonesia dalam satu waktu untuk membahas berbagai permasalahan umat.

Ternyata, beliau memberikan respon positif dengan memberikan kesempatan kepada saya untuk ikut acara tersebut.

Tak terasa, perjumpaan pagi itu harus selesai. Saya kembali pulang diantar teman dari Idensos tadi. Perjumpaan itu singkat, namun bagi saya membawa kesan yang cukup mendalam.

Pak Huda juga menyampaikan kalau beliau ingin bertemu dengan ibu dan keluarga saya setelah mendengarkan sekelumit cerita yang saya alami. (bersambung)

Komentar

Tulis Komentar