ISIS dan Catatan Diary Bulan Ramadhan

Other

by Kharis Hadirin

Bulan Ramadhan ini merupakan momentum bagi kita semua untuk lebih meluruskan niat dan lebih fokus dalam menjalankan peran sebagai manusia yang didasari untuk memperoleh ridha dan cinta-Nya melalui puasa.

Puasa tidak semata-mata menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya, tetapi yang terpenting adalah memiliki kesadaran bahwa setiap gerak langkah kita merupakan bagian dari upaya dalam beribadah.

Namun, bulan Ramadhan kali ini juga menyimpan banyak cerita menarik lainnya. Apa sajakah itu?

17 April lalu menjadi pagelaran akbar pesta demokrasi terbesar di dunia yang berjalan hanya sehari saja. Bahkan pemilihan langsung Pilpres dan Pileg tahun ini disebut-sebut sebagai pemilu yang paling melelahkan sejak bergulirnya era reformasi tahun 1998. Selain adanya banyak perselisihan antar masing-masing pendukung, juga banyaknya jatuh korban jiwa selama pagelaran pemilu berlangsung.

Semua mata kini tertuju pada situng (hasil hitung) KPU, menantikan hasil akhir pada 21 Mei atas kandidat mana yang bakal terpilih untuk memimpin bangsa ini 5 tahun ke depan nanti. Dan ini tepat dimana masyarakat kini sedang menyibukkan diri dengan puasa.

Yang juga menarik dari Ramadhan kali ini, adalah merupakan momentum awal tonggak sejarah lahirnya kelompok Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) di Suriah.

Seperti diketahui bersama, Suriah merupakan satu dari beberapa negara di semenanjung Arab yang turut dilanda konflik kemanusiaan parah atau dikenal sebagai Arab Spring atau Musim Semi Arab.

Musim Semi Arab atau disebut juga sebagai Kebangkitan Dunia Arab adalah gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab oleh masyarkat sipil terhadap pemerintah sejak Desember 2010.

Di Suriah sendiri, menjelang medio 2011, orang-orang mulai turun ke jalan menentang pemerintahan rezim dr. Basyar Hafizh Al-Assad atau Basar Assad yang telah berkuasa sejak 17 Juli 2000 atau hampir 11 tahun dengan tangan besi. Perlawanan masyarakat kelas bawah inilah menjadi awal konflik berkepanjangan itu terjadi.

Konflik tidak saja akan menimbulkan kerusakan, tetapi juga melahirkan musuh-musuh baru yang selalu menentang. Hal ini pula yang menandai munculnya kelompok-kelompok oposisi yang siap melakukan perlawanan.

Dan ISIS menjadi salah satu kontestan yang menyatakan sikap perlawanan kepada pemerintah rezim Suriah.

Hingga pada Minggu (29/6/2014) atau bertepatan tanggal 1 Ramadhan 1435 H, kelompok ini mendeklarasikan diri menjadi Khilafah Islamiyah atau Islamic State (IS) dengan menunjuk Abu Bakar Al-Baghdady sebagai amirul mukminin.

Amirul mukminin sendiri merupakan gelar atau jabatan sebagai pemimpin orang-orang beriman (Islam) di seluruh dunia.

Pasca deklarasi dan munculnya seruan untuk berhijrah, terjadi gelombang migrasi secara besar-besaran di seluruh dunia. Masyarakat yang selama ini mendambakan kehidupan di bawah naungan Khilafah, berlomba-lomba menuju Suriah dan bergabung bersama kelompok ini. Tak terkecuali Indonesia.

Di Indonesia, imajinasi tentang Khilafah berhasil menggerakkan ribuan orang untuk menyambut seruan hijrah ke tanah yang dijanjikan (Suriah) tersebut. Nubuwat Nabi tentang tanah Syam yang kelak akan menjadi basis pemerintahan Islam di bawah kepemimpinan Imam Mahdi menjadi narasi tokoh-tokoh agamawan untuk memobilisasi massa.

Berbagai dukungan pun terus mengalir melalui acara-acara deklarasi yang diselenggarakan oleh para simpatisan kelompok ini. Salah satunya yakni aksi damai yang mereka lakukan pada Minggu pagi di kawasan bundara HI Jakarta pada 2014 lalu dengan tajuk ‘Indonesia Support & Solidarity for ISIS’.

Menukil dalam laporan Detik pada Kamis (8/11/2018), Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dalam satu kesempatan menyebut setidaknya terdapat 700 WNI yang bergabung bersama kelompok ISIS di Suriah.

Hal ini tentu tidak termasuk para simpatisannya yang tergabung dalam kelompok Jama’ah Anshorud Daulah (JAD) di Indonesia yang terafiliasi pada jaringan ISIS dan belum bisa diklarifikasi akan jumlah pastinya.

Adanya pergolakan politik yang merusak tenun kebhinnekaan dan bayang-bayang ancaman terorisme, menjadi kumpulan cerita yang tersaji dalam satu paket menu Ramadhan kali ini.

Tentu, kita berharap bahwa Ramadhan kali ini berjalan khidmat dan penuh dengan ketenangan.

Meski berbagai persoalan akan tetap menjadi PR besar, namun kita yakin bahwa segala sesuatunya dapat berjalan selaras tanpa adanya rintangan. Wallahu’alam...

Komentar

Tulis Komentar