Tragedi Bom Mapolresta Surakarta: 500 KM untuk Kemaafan (II)

Analisa

by Munir Kartono

Rabu, 3 November 2021

Mas, ke bawah, yuk. Kita sarapan,” pesan seorang kru ruangobrol.id yang menempati kamar berbeda. Saya pun turun bersama anak saya untuk sarapan.

Tak lama, datang juga kru ruangobrol.id lainnya, termasuk kru yang datang dari Yogyakarta dan Semarang. Sambil sarapan, kami saling berkenalan karena banyak di antara kami yang belum bertatap muka secara langsung.

Lalu muncul pesan dari Bapak FX. Andi Sutrisno, seorang ASN di Pemerintah Kota Surakarta, menanyakan kondisi saya dan beberapa hal lainnya. Pak Andi-biasa saya menyapanya- seorang yang baik hati. Beliau juga sangat berjasa membantu saya untuk memenuhi janji ini. Beliau bukan hanya yang menginisiasi dan memfasilitasi, tapi beliaulah yang rajin berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk membantu saya.

Dan akhirnya pagi itu saya dan tim dari ruangobrol.id bertemu dengan seorang perwira dari Idensos Densus 88 AT/Polri yang kemarin disampaikan oleh Pak Shodiq, beserta timnya. Namanya, Tri Hadi, tugasnya membawahi wilayah Solo Raya.

Kami berdiskusi tentang rencana hari itu untuk bertemu dengan Pak Bambang, polisi yang menjadi korban pada peristiwa bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta tahun 2016 silam.

Dada saya kembali berdegup kencang. Pertanyaan-pertanyaan yang semalam muncul di kepala saya kembali. Saya kembali merenung, antara mengutuk masa lalu dan takdir sambil mendongkrak nyali yang mendadak ciut. Saat itu Mas Tri mendekati saya. Seolah bisa memahami isi kepala saya, dia berkata,

“Mas, kami sudah bertemu dengan Pak Bambang.  Insya Allah semuanya akan baik-baik saja.”

Tim ruangobrol.id dan beberapa orang yang hadir juga menyemangati saya.

Stadion Manahan

Waktu yang saya tunggu-tunggu akhirnya tiba. Inilah hari di mana saya akan menemui Pak Bambang dan memenuhi janji saya untuk meminta maaf kepada beliau. Degup jantung saya belum juga mereda dan pertanyaan-pertanyaan itu masih lekat di kepala saya. Langit Surakarta hari itu sejuk, seolah pemilik-Nya ingin memberikan kelapangan bagi saya untuk memenuhi hajat saya.

Dan akhirnya mobil yang mengantarkan saya berhenti di pelataran parkir Stadion Manahan. Mas Eka, salah satu kru ruangobrol.id menghampiri saya sesaat turun dari mobil dan mengajak saya ke sebuah tempat, di tengah jalan kemudian menunjuk seseorang yang tengah duduk sendirian.

“Mas, itu Pak Bambang,” ujarnya.

Dan selanjutnya bukanlah epik yang sering terlihat di film India. Ini spontanitas dan nyata. Saya bergegas agak berlari menghampirinya dan Pak Bambang berdiri. Saya langsung memeluknya dan mengucapkan kata demi kata yang sudah beberapa tahun tertahan. Saya menghaturkan permohonan maaf padanya dan saat itu air mata saya benar-benar tak terbendung.

Sesal diri membuat saya tidak ingin melepaskan pelukan saya. Saya benar-benar merasa bersalah dan menyesali apa yang telah saya lakukan. Sejenak saya memang melihat tetesan air mata yang menetes dari mata Pak Bambang. Tapi Beliau kuat, bahkan Beliau juga menguatkan saya. Setelah itu kami pun duduk bersisian dan saling bertukar bercerita seputar kejadian pada tahun 2016 silam, efek setelahnya dan apa saja yang telah kami alami.

Saat itu saya juga bilang pada Pak Bambang, jika Beliau menginginkan membalas saya dan ingin supaya saya merasakan juga luka yang sama seperti apa yang pernah Beliau alami, saya ikhlas. Namun, saya berterimakasih dan menghargai kebesaran jiwa yang beliau tunjukkan.

Dan pada waktu itu sebenarnya saya sangat ingin bertemu dengan istri dan anak-anak Pak Bambang. Karena saya sadar, saya bukan hanya telah melukai tubuh Pak Bambang melainkan saya juga telah menyayat hati dan perasaan keluarga beliau. Saya harus meminta maaf juga pada keluarganya atas segala duka yang mereka alami. Namun, karena entah mengapa, saya tidak bisa menemui mereka. Saya hanya bisa berharap semoga mereka juga sudi memaafkan saya.

Menjelang sore pertemuan itu pun berakhir meninggalkan isak tangis yang belum reda dan sesal yang belum hilang. Bahkan saya belum bisa memaafkan diri saya sendiri.

Malam setelah pertemuan itu, kru dari ruangobrol.id dan tim Idensos Densus 88 mengajak saya ke sebuah tempat yang sebetulnya sangat sederhana namun unik dan menarik, namanya Wedangan Cangkir Blirik. Dari tempat ini seolah mereka ingin memperkenalkan kepada saya “This is the real Solo, Bro!” Tapi malam itu saya justru merasa bernostalgia dengan suasana Pulau Belakang Padang, sebuah pulau kecil di utara Batam - Kepulauan Riau yang hanya berjarak selepas mata memandang dari Singapura, pada medio 2015-2016 di mana saya pernah di sana.

Pulau Belakang Padang adalah Pulau Kecil yang konon katanya mobil pun hanya ada 1 di sana, yaitu ambulans. Meskipun kecil, pulau ini ditempati oleh warga dari berbagai etnis. Ada perantauan Jawa, ada etnis Tionghoa, melengkapi mayoritas penduduk dari Suku melayu. Yang menarik, sepanjang jalan dari dermaga, kita bisa menjumpai deretan rumah makan dan minum yang dari pagi hingga malam dipenuhi oleh para pengunjung dari berbagai etnis tersebut. Mereka tak hanya makan dan minum, mereka pun masyuk berbincang, bersenda gurau dan saling tersenyum.

Suasana ini pula yang saya dapat di Wedangan Cangkir Blirik. Suasana urban-Javanese yang disuguhkan berpadu dengan penganan dan jajanan tradisional yang ditawarkan. Para pengunjung pun terlihat persis seperti di Belakang Padang, datang dari berbagai etnis, berkumpul, berbincang, bersenda gurau, penuh keakraban.

Saya menjadi paham, ini bukan cuma karakter Belakang Padang atau Solo, ini bukan karakter etnis Jawa, Tionghoa atau Melayu. Tapi inilah karakter orang Indonesia yang sebenarnya yang harus tetap lestari. Rukun, damai  dan penuh keakraban, tak mengenal perbedaan casing warna kulit, etnis bahkan agama dan keyakinan. Dan musyawarah/mufakat masih menjadi penengah dan jalan keluar dari tiap permasalahan. Bukan dengan kekerasan, pemaksaan kehendak apalagi teror berdarah.

... (bersambung)

FOTO: RUANGOBROL.ID/EKA SETIAWAN

Munir Kartono (kaus krem) ketika menemui Ipda Bambang Adi Cahyanto (baju motif kotak-kotak), polisi yang jadi korban Bom Mapolresta Surakarta. Pertemuan ini terjadi pada Rabu 3 November 2021 di komplek Stadion Manahan.

Komentar

Tulis Komentar