Pendekatan Humanis Efektif Ubah Pola Pikir Pelaku Teror

News

by Arif Budi Setyawan

Akibat terorisme, keluarga jadi terlantar hingga membuat stigma negatif di masyarakat. Selain itu, citra Islam juga jadi tercoreng akibat ulah mereka yang tidak humanis. Hal ini tak bisa dihindari, sebab aksi-aksi teror yang muncul dari mereka ini di Indonesia kerap membawa simbol-simbol keyakinan itu. Hal-hal itulah di antara sebagian sebab yang membuat beberapa mantan narapidana terorisme (napiter) ini taubat.

Semuanya terangkum dalam sebuah film dokumenter berjudul “Taubatnya Sang Teroris”. Film produksi Satu Shaf Media ini berdurasi sekira 30 menit. Sebuah kisah tentang pertaubatan beberapa mantan napiter, termasuk juga salah satu istri napiter yang suaminya masih di penjara.

Mereka semua memutuskan untuk keluar dari pemahaman kelompok lamanya karena tersentuh nuraninya setelah memikirkan akibat dari pemahaman lama mereka selama ini.

Film ini diputar pada Rabu, 10 November 2021 lalu pada sebuah webinar hybrid bertajuk “Menjaga NKRI dengan Nilai-Nilai Kepahlawanan”. Acara yang bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan itu digarap Yayasan DeBintal Bekasi. Disebut webinar hybrid karena diadakan secara luring di sebuah kafe di bilangan daerah Tebet dan secara daring melalui aplikasi zoom meeting.

Pada sesi diskusi setelah nonton bareng film itu, ada satu kesan dan pesan yang sama dari semua pembicara yang hadir saat itu. Yaitu, mendukung transformasi para mantan napiter yang telah bertobat dan meminta agar militansi para napiter itu tetap dijaga namun dalam bingkai menjaga keutuhan NKRI. Istilahnya mengalihkan energi dan militansi dari berjuang untuk sebuah kelompok kepada berjuang untuk kemaslahatan umat secara umum.

DeBintal


Yayasan DeBintal sendiri merupakan yayasan yang dibentuk oleh para mantan napiter di daerah Bekasi dan sekitarnya. Tujuan dibentuknya yayasan tersebut, salah satunya adalah untuk membantu para mantan napiter dan keluarganya agar bisa hidup normal sebagaimana warga negara Indonesia lainnya.

Ada empat orang mantan napiter yang paling berperan dalam berjalannya upaya-upaya yang dilakukan oleh yayasan DeBintal untuk mencapai tujuannya. Ada Gamal Abdullah Maulidi, seorang pemuda ganteng -yang masih single- yang didapuk sebagai pimpinan. Berdasarkan pantauan ruangobrol.id, ia memang terlihat sangat enerjik dan ramah sepanjang acara berlangsung.

Kemudian ada Hendro Fernando, orang yang tak kalah ganteng dengan Gamal, menjabat sebagai sekretaris jenderal. Hendro ini merupakan sosok yang paling aktif untuk urusan kegiatan lapangan, seperti kegiatan kunjungan dan pendampingan para napiter di beberapa penjara.

Kemudian ada sosok Aznop Priyandi, seorang pemuda yang suka tampil elegan, berperan di bagian dakwah dan media. Pemuda yang juga seorang pengusaha madu asal Riau ini juga seringkali bertindak sebagai humas DeBintal. Orangnya memang ramah dan berwibawa, pas untuk posisi itu.

Ada lagi sosok Babe alias Budiono. Orang tua yang masih terlihat cukup enerjik dan bersemangat. Beliau adalah sosok yang dituakan di DeBintal. Beliau juga orang yang asyik diajak ngobrol dan bisa klop dengan pikiran para anak muda di DeBintal.

Dari obrolan ruangobrol.id dengan keempat orang itu, di samping ungkapan-ungkapan visioner dari Gamal selaku ketua yayasan, yang paling menarik adalah cerita-cerita pengalaman Hendro Fernando menyadarkan banyak ‘napiter merah’ agar mau kembali ke pangkuan NKRI.

Salah satu upaya Hendro dalam menyadarkan para ‘napiter merah’ adalah menggunakan pendekatan humanis. Mendatangi para ‘napiter merah’ dengan menawarkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi si napiter.

Misalnya pada kasus ‘napiter merah’ yang sedang galau ingin tobat tapi takut keluarganya dikucilkan oleh kelompok yang selama ini membantu perekonomian dan pendidikan anak-anaknya. DeBintal kemudian menawarkan akan membantu mengatasi persoalan itu. Dari situlah kemudian si ‘napiter merah’ mulai terbuka pemikirannya sehingga akhirnya mau mengkaji ulang pemahamannya selama ini dan berbuah ikrar setia pada NKRI.

“Kalau kita datang langsung mengajak beradu argumen dalil agama, kita hanya akan membuang-buang waktu untuk baku debat dan bikin hati panas. Tetapi akan lain jika kita datang menanyakan permasalahan mereka dan berupaya menawarkan solusi bagi permasalahannya itu. Itulah yang selama ini cukup berhasil membuat seorang ‘napiter merah’ terbuka pikirannya. Mengubah pemikiran itu lebih mudah melalui pendekatan humanis daripada langsung beradu argumen,” tutur Hendro bersemangat.

Acara di sore hari itu kemudian diakhiri dengan sesi makan malam bersama yang diselingi dengan canda tawa para peserta yang hadir. Dari pantauan ruangobrol.id ada beberapa tamu istimewa yang hadir di acara tersebut. Di antaranya ada dua orang perwakilan dari SKSG UI, beberapa perwira Direktorat Idensos Densus 88/Antiteror Mabes Polri, perwakilan tokoh masyarakat, dan serombongan wartawan.

Sebelum berpamitan, pihak DeBintal menawarkan agar ruangobrol.id berkenan datang ke markas mereka untuk berdiskusi lebih jauh soal kemungkinan kerjasama dan sinergitas antara ruangobrol.id dan DeBintal. Sebuah tawaran yang harus segera ditindaklanjuti, karena DeBintal memiliki banyak kisah inspiratif yang perlu diketahui oleh masyarakat.

Komentar

Tulis Komentar