Jamaah Islamiyah: Target Jangka Panjang Operasi Anti-teror di Indonesia (1)

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Pekan kedua Agustus lalu, setidaknya ada dua topik berita yang cukup menyita perhatian, selain perkembangan Covid-19. Adalah tentang penangkapan puluhan terduga teroris yang didominasi dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI) dan keberhasilan Taliban menguasai kembali Afghanistan.

Dari penangkapan para terduga teroris kelompok JI, terungkap bahwa Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri telah menemukan fakta bahwa kelompok teroris JI, dalam mencari pendanaan menggunakan cara-cara yang cerdik seperti menggunakan kotak amal. Bahkan disinyalir dalam menyamarkan gerakannya, mereka ikut berpolitik di tatanan sosial masyarakat.

Mengutip dari artikel berita di Kompas.com yang berjudul "Densus 88: Organisasi Teroris JI Lihai Menyusup ke Masyarakat, Misalnya Ikut Berpolitik", Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar mengatakan, anggota organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI) sangat pandai menyesuaikan diri dengan kondisi terkini.

Polri menduga, organisasi JI menyusup ke masyarakat dengan cara ikut berpolitik hingga menggunakan cara-cara yang terlihat damai.

“Mungkin ikut berpolitik juga menyusup ke dalam masyarakat kemudian menggunakan cara-cara yang terlihat damai, seperti menggunakan kotak amal, menggunakan tabligh untuk kumpulkan dana dan sebagainya,” kata Aswin dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (20/8/2021).

Selain itu, masih dari sumber yang sama, diperoleh data bahwa penangkapan yang dilakukan terhadap teroris JI sejak tahun 2019 hingga 2021 sangat banyak. Setiap tahunnya, ada penambahan jumlah anggota JI yang diamankan. “Di tahun 2019 ada 25 orang, tahun 2020 ada 64 orang, dan sekarang (2021) sampai dengan Agustus saja sudah 123 orang,” kata Aswin.

Di Balik Tren Penangkapan Anggota JI  

Banyak pengamat terorisme berpendapat bahwa kelompok JI ini lebih cerdik, lebih terstruktur, dan lebih taktis dalam bergerak. Tapi sejauh ini belum ada yang menjelaskan seperti apa pola gerakan JI, sehingga dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun tertangkap 212 orang. Ini bukan jumlah yang sedikit.

Sebagai orang yang pernah merasakan sistem pembinaan di dalam JI (1995-2008), dan sampai saat ini masih menjadi pemerhati gerakan JI, saya akan mencoba menjelaskan sedikit tentang pola gerakan JI.

Hari ini orang-orang bertanya-tanya bagaimana mereka bisa menjalankan sebuah organisasi tanpa terdeteksi oleh masyarakat dan bahkan oleh aparat keamanan negara? Dari wilayah operasional penyebaran kotak infak yang terungkap itu bisa diketahui betapa luasnya jaringan mereka.

Menguraikan apa itu JI dan bagaimana pola gerakannya serta kiprahnya hingga hari ini mungkin satu atau dua buku tidak cukup untuk menjelaskannya. Tapi secara ringkas saya akan menyederhanakannya untuk Anda.

Narasi di kelompok JI dibangun atas kesadaran bersama bahwa mereka belum pada tahapan menegakkan syariat Islam dalam lingkup negara. Masih merintis jalan menuju ke sana. Itulah mengapa JI terkesan tidak konfrontatif dan malah terlihat sangat membaur dengan masyarakat.

Menegakkan syariat Islam melalui dakwah dan jihad adalah ruh perjuangan JI. Untuk itu aktivitas JI terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian dakwah dan bagian militer (jihad). Bagian dakwah adalah bagian yang terbuka, legal, dan bersentuhan langsung dengan umat Islam pada umumnya. Sedangkan bagian militer adalah bagian sirri (yang dirahasiakan) yang bahkan mayoritas anggota –apalagi simpatisannya-- tidak mengetahuinya.

Jihad bisa ditunda sampai umat membutuhkan jihad, namun tidak dengan dakwah dan aktivitas sosial membangun umat. Aktivitas dakwah dan membangun umat inilah yang akan terus mereka gencarkan. Tak peduli dengan adanya aktivitas di sayap militernya.

Tetapi yang jadi masalah adalah aktifitas di bagian askari (militer). Apakah gerangan yang menjadi masalah itu?

(Bersambung)

Komentar

Tulis Komentar