MIT dan Ancaman Keamanan di Indonesia

Analisa

by Akhmad Kusairi

Sisa-sisa Konflik Poso pada awal tahun 2000 lalu hingga kini masih terasa.  Hal itu disebabkan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang berusaha terus melanggengkan suasana konflik tersebut. Bagi MIT semua yang dianggap kafir serta toghut adalah musuh mereka. Ali Kalora cs kerap kali menebar teror dengan membunuh dan menyerang orang yang dianggap musuh mereka di Poso. Terakhir kelompok inimembunuh empat orang Petani pada Mei 2021 lalu. Meski diyakini jumlah anggota kelompok ini tinggal 6 orang saja, terbukti kelompok ini masih menjadi ancaman berbahaya terutama di Poso.

MIT sejatinya berasal dari JAT Poso Pimpinan Sutomo Bin Sudarso alias Ustad Ustad Muhammad Yasin. Sementara Amir Asyakari JAT Poso adalah Santoso alias Abu Wardah . Salah satu program Ayskari poso adalah mengadakan pelatihan militer yang dikomandani langsung oleh Santoso alias Abu Wardah. Pesertanya ketika itu masih dari kalangan ikhwan yang tinggal di Poso. Santoso ketika itu merasa latihan militer yang ia lakukan belum berjalan maksimal karena kurangnya persedian logistic seperti persenjataan dan amunisi.

Karena itu kemudian Santoso mengajak ikhwan orang-orang yang pernah mengikuti latihan militer di Poso untuk mengajak teman-temannya. Di antaranya adalah Daeng Koro yang merupakan Mantan Kopasus TNI AD.  Kemudian pada awal 2013 Daeng Koro bersama dengan Santoso mendeklarasikan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Dengan kelompok ini, mereka bercita-cita ingin membuat Qoidah Aminah di Pegunungan Biru.

Bersamaan dengan itu mereka melakukan serangkaian serangan mematikan terhadap Polisi dan warga. Di antaranya adalah Pembunuhan 2 (dua) orang anggota polri di Tamanjeka Poso pada sekitar Tahun 2012. Kemudian Bom Bunuh diri di Polres Poso Tahun 2013. Selanjutnya pembunuhan warga masyarakat di Padang lembara Poso Tahun 2014

Peledakan Bom Pantango Lemba Poso dan Peledakan Bom Dewua poso pada Tahun 2014. Masih di tahun yang sama Santoso cs kembali melakukan serangan terhadap Mobil Wolf milik anggota Polri. MIT kembali menyerang Polisi di Sausu pada Tahun 2018. Di tahun yang sama mereka membunuh warga sipil di Sausu parigi 2018. Terakhir mereka melakukan Pembunuhan satu Keluarga di salah satu Desa di Kabupaten SIGI pada November 2020.

MIT Dapat Bantuan dari Filipina Selatan


Meski sekarang diyakini hanya tinggal 6 orang saja, kelompok ini ternyata masih sulit ditangkap. Dalam catatan penulis, pada tahun 2021 mereka membunuh empat orang Petani di wilayah Poso. Selain membunuh mereka juga membakar harta benda korban.

Setahun sebelumnya MIT berhasil melakukan beberapa kali aksi teror. Misalnya pada sekitar bulan Maret mereka berhasil mencegat kendaraan logistic polisi. Sebulan berikutnya pada 15 April 2020 mereka kembali melakukan serangan terhadap anggota kepolisian di depan Bank Mandiri Syariah Kota Poso. Serangan tersebut dilakukan oleh dua orang anggota kelompok, Muis Fahron alias Abdullah dan Darwin Gobel alias Ali. Meski sempat membuat luka polisi keduanya tewas ditembak di tempat.

Meski jumlah anggota MIT yang berada di gunung tidak bertambah, upaya untuk merekrut anggota baru terus dilakukan. Buktinya selama tahun 2020 saja Polisi berhasil menangkap 32 orang terkait dengan MIT. Mereka terlibat dalam mengyokong atu membantu dari segi pendanaan. Pendukung MIT tersebut berperan dalam mendukung dana maupun orang-orang yang akan masuk ke wilayah Poso, Sulawesi Tengah. Mereka berasal dari Jakarta, Sumatera, dan wilayah lainnya. Selain itu menurut Polisi MIT juga mendapatkan bantuan dari jaringan teroris yang berada di Filipina Selatan.

Perempuan, Anak-anak Hingga FTF Jadi Anggota MIT


Tidak bisa dipungkiri MIT merupakan magnet sekaligus ladang jihad bagi kelompok teroris.  Dari anak-anak hingga kaum perempuan tertarik ingin bergabung dengan kelompok MIT. Di antara anak-anak yang bergabung dengan MIT adalah Darwin Gobel yang tewas tertembak pada April 2020 lalu. Sementara Perempuan di antaranya adalah Jumiatun alias Umu Delima yang merupakan istri Santoso. Selain itu juga ada dua orang Istri Ali Kalora Tini Susanti Kaduku dan L alias Umusyifa (28). Keduanya saat ini sudah ditangkap oleh Polisi.

Selain itu MIT juga menarik Foreign teroris Fighter atau Pejuang Asing dari luar negeri. Beberapa waktu lalu tercatat ada Warga Etnis Uighur China kedapatan bergabung dengan MIT. Menurut catatan penulis ada enam warga etnis Uighur yang bergabung dengan MIT. Dua di antaranya tewas tertembak. Sementara empat orang lainnya berhasil ditangkap dan diseret ke pengadilan. Berdasarkan dokumen persidangan awal mula datangnya FTF tersebut setelah melihat video propaganda yang dibuat MIT yang dikirimkan ke Abu Jandal.

Dari video tersebutlah yang membuat Ali bersama dua orang temannnya sesama warga Ughur yang sudah berada di Turki akhirnya berubah haluan dan memutuskan pergi ke Indonesia dan ingin bergabung dengan MIT. Mereka ke Indonesia difasilitasi oleh Bahrun Naim dan diarahkan bertemua dengan Arif Hidayatullah di Bekasi.

Kesimpulan


Keberadaan MIT di Sulawesi Tengah akan terus menjadi ancaman keamanan di Tiga Kabupaten seperti Poso, Sigi dan Parigi Muntong. Selama tidak ditangkap kelompok MIT akan terus melakukan teror terhadap musuh-musuhnya, seperti orang kafir, polisi mapun TNI.

Selain itu MIT akan terus menarik magnet pendukung ISIS di Indonesia bahkan dari luar Indonesia untuk datang secara langsung ke MIT maupun memberikan bantuan dalam bentuk sokongan moral maupun finansial. Hal itu dibuktikan sepanjang tahun 2020 saja ada sekira 32 orang yang ditangkap terkait dengan MIT. Salah satunya adalah Kelompok Koswara yang sudah ditangkap beberapa waktu lalu.

Selain itu MIT juga satu-satunya kelompok teroris yang aktif melakukan aksi amaliyah di Indonesia. Dalam kurun waktu 2020 saja, kelompok MIT berhasil beberapa kali melakukan serangan. Pada Maret 2020 mereka berhasil membajak Konvoi kendaraan polisi.

Kemudian pada April kelompok ini melalui tangan Darwin Gobel berhasil menembak seorang petugas Polisi di sebuah Bank Kota Poso.

Karena itu kepada Aparat keamanan terutama Satgas Tinombala agar segera menangkap dan melumpuluhkan kelompok Ali Kalora cs. Selain itu aparat keamanan juga perlu mewaspadai pendukung ISIS yang berada di tiga Kabupeten, yaitu SIGI, Poso maupun Parigi Mountong. Karena dari mereka lah bantuan logistic makanan maupun bahan peledak seperti yang terjadi dalam kasus Imran alias Genda.

Aparat kemaanan juga perlu juga mewaspadai Kelompok ini dijadikan tempat latihan atau I’dad bagi kelompok terror di Indonesia. Kemudian Kepada Masyarakat sipil terutama di Poso agar bersama-sama mencegah masyarakat untuk bergabung dengan MIT.

Selain itu perlunya masyarakat sipil merangkul mantan Napiter yang sudah menjalani masa tahanannya. Kasus Ustad Yasin maupun Imran alias Genda serta Darwin Gobel menunjukkan residivisme kasus teroris dari kelompok MIT juga masih terjadi.

 

Komentar

Tulis Komentar