Konspirasi Satu Tahun Corona?

Analisa

by Febri Ramdani

Lebih dari satu tahun wabah Covid-19 menyelimuti dunia. Namun, masih saja muncul polemik soal kebenaran virus itu atau asal usulnya. Hal ini semakin menanamkan kegelisahan yang mendalam bagi masyarakat. Simpang siur informasi di berbagai media, baik dari media konvensional atau dari 'liputan' seseorang dari sosial medianya, membuat orang-orang semakin bingung menyikapi rumitnya wabah multidimensi ini. Apakah pandemi ini hasil konspirasi atau musibah?

Beberapa pihak pernah menyebutkan bahwa Covid-19 adalah konspirasi. Mungkin kita pernah mendengar soal hubungan virus ini dengan penanaman microchip melalui vaksinasi oleh Bill Gates atau soal kebocoran laboratorium biologi di China yang disengaja. Bahkan ada yang mengatakan bahwa beberapa pihak sengaja mentransmisikan teknologi 5G lewat virus corona.

Meskipun demikian, menurut saya, skema konspirasi itu tidak benar. Contoh soal teori konspirasi yang menjelaskan bahwa pendemi ini disebabkan karena kebocoran laboratorium biologi di China. Melalui sebuah artikel di media nasional, Kompas pada 2 Maret 2021 lalu, teroi tersebut dibantah. Artikel itu menyebutkan bahwa penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Medicine pada 17 Maret 2020, telah menunjukkan bukti spesifik yang menyangkal teori konspirasi yang merebak. Virus Corona, SARS-CoV-2 tidak direkayasa di laboratorium di China.

Gembar-gembornya soal konspirasi ini, secara tidak sadar telah membuat kita teralihkan dari permasahalan utamanya. Musibah Covid-19 semakin memburuk, tetapi orang-orang masih saja memperdebatkan masalah isu konspirasi yang masih tidak jelas ujungnya. Tsunami Covid-19 di India seharusnya bisa membuka mata kita. Lonjakan kasus infeksi virus corona disana menjadi yang paling tajam di dunia. Glorifikasi penurunan kasus sejak September 2020 dan vaksinasi Covid-19 membuat mereka lengah. Sehingga kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa pun mulai di kendorkan.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Selandia Baru, efeknya cenderung berbeda. Diberitakan bahwa ada sekitar 50 ribu penonton konser merayakan bebas covid-19 dengan hadir tanpa masker dan berdesak-desakan. Namun, sejauh ini angka kematian di negara tersebut terbilang sangatlah rendah, yakni hanya 26 orang. Hal ini bisa tercipta dari kepercayaan serta sinergitas yang baik antara pihak pemerintah dan warga negaranya. Mereka tidak memusingkan bahwa virus covid-19 adalah sebuah konspirasi dan justru fokus menganggap bahwa pandemi ini adalah musibah yang harus dicari solusinya.

Melihat poin-poin diatas, bisa saya simpulkan bahwa banyaknya kesimpangsiuran berita mengenai konspirasi wabah Covid-19 justru memiliki dampak negatif. Sangat penting bagi kita untuk fokus mencari solusi bersama terhadap pandemi ini, sebab data statistik Google sudah menunjukkan jutaan orang telah meninggal dunia karena virus ini. Oleh karena itu, mari kita tetap mematuhi protokol kesehatan dengan benar sesuai anjuran pemerintah demi terciptanya suasana nyaman dan kondusif di muka bumi ini.

Komentar

Tulis Komentar