Mengenal Tim “Tali Hijau” dari Pegalangan Kidul

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Dalam menghadapi keluarga narapidana teroris (napiter), banyak orang yang mengira bahwa mereka akan selalu resisten terhadap orang di luar kelompoknya. Mereka tidak mau menerima bantuan dari pemerintah. Tidak mau menerima kehadiran aparat pemerintah. Dan seterusnya. Padahal tidaklah selalu demikian.

Semua itu tergantung bagaimana cara mendekatinya. Prinsip dasarnya adalah: manusia selalu membutuhkan orang lain untuk menopang kehidupannya. Ketika mereka enggan menerima, itu pasti karena mereka punya pilihan lain. Ada sekelompok manusia lain yang lebih mereka pilih. Atau ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi penolakan tersebut. Termasuk kenapa mereka bisa terus menutup diri namun bisa bertahan hidup.

Masalahnya adalah: Seringkali kita tidak mencoba mencari tahu apa yang menyebabkan mereka cenderung menutup diri itu.

Nah, di Desa Pegalangan Kidul Kec. Maron Kabupaten Probolinggo ada sebuah keluarga napiter yang cenderung menutup diri dan secara ekonomi mengalami kesulitan, namun bisa bertahan hidup tanpa bantuan tetangganya. Bahkan sempat beberapa kali menjenguk suami/ayahnya yang menjalani pidana di salah satu lembaga pemasyarakatan (lapas) di Jakarta.

Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat di sekitarnya soal darimana mereka bisa dapat uang untuk besuk ke penjara yang pasti butuh banyak biaya itu? Sementara kehidupan sehari-hari mereka bisa dibilang sangat pas-pasan.

Berangkat dari rasa penasaran dan ketidaknyamanan serta kasihan pada keluarga napiter yang ada di desanya, sebuah tim yang terdiri dari lima orang ibu-ibu mencoba mencari tahu apa permasalahan yang dihadapi oleh keluarga napiter tersebut, sekaligus memetakan harapan-harapan mereka ke depannya.

Tim itu oleh Pak Kades diberi nama ‘Tim Tali Hijau’ yang secara singkat memiliki makna filosofis menjadi tali yang menghubungkan. Tali secara fisiologi dideskripsikan sebagai akumulasi dari serat-serat yang mempunyai kekuatan ikatan untuk menarik benda tertentu dalam upaya pengentasan dari satu tempat ke tempat yang lain secara fleksibel.

Sedangkan kata ‘Hijau’ menurut Pak Kades memiliki makna :

Ibarat pohon maka keluarga napiter itu adalah pohon yang sudah layu dalam pandangan karena mereka tercampakkan dalam kehidupan masyarakat akibat sikap dari pemahaman agama yang salah dan mereka menganggap salah yang di luar pemahaman mereka.

Layunya mereka itu disebabkan oleh panas energi matahari tidak mampu di gunakan untuk menumbuhkan klorofil hijau daun yang seharusnya dapat melebatkan pohon. Di mana hijau daunnya dapat memberikan sebuah image bahwa pohon itu subur.

Jadi, Tim ‘Tali Hijau’ memiliki arti dan fungsi sebagai tali yang bisa menjadi sarana bagi keluarga napiter itu untuk kembali hijau sebagaimana mestinya.

Hal itu dapat diwujudkan dengan langkah kerja yang telah dicanangkan oleh Kades Pegalangan Kidul sebagai berikut :

Pertama, menyiram pohon tersebut supaya kebutuhannya akan zat mineral air bisa diserap dengan baik. Jadi tugas tim adalah memenuhi harapan mereka agar pekatnya haus di tenggorokan akan terobati dengan adanya air tersebut, sehingga gejolak dan keresahan yang ada dalam keluarga napiter akan reda.

Kedua, jika mereka tak tahan dengan sinar panas terik matahari maka pindahkan mereka ketempat yang teduh, karena keteduhan memberikan perlindungan pada pohon layu untuk bisa survive dan pada akhirnya mampu beradaptasi dengan panasnya sinar matahari. Tujuannya yaitu tim mampu menjadi jembatan emas bagi mereka berinteraksi dengan masyarakat kembali. Masyarakat adalah tempat berteduh itu.

Ketiga, berikan mereka pupuk yang menyuburkan. Pupuk yang dimaksud adalah nasehat- nasehat yang baik yang di sampaikan melalui kelemahlembutan komunikasi dengan pandangan– pandangan solidaritas yang memahami dan menguatkan kehidupan mereka. Sehingga pada akhirnya tim menjadi sosok yang memberikan pertolongan pada mereka dan membawa pada perbaikan dan perubahan .

Bagaimana kiprah Tim ‘Tali Hijau’ sejauh ini? Bagaimana usaha mereka agar bisa menjadi jembatan antara pemerintah dengan keluarga napiter? Nantikan pada tulisan-tulisan mendatang.

(Sumber Foto : Dokumentasi KPP)

Komentar

Tulis Komentar