Bertemu Hamsatu Allamin, “Mama” Boko Haram

Other

by nurdhania

Pertemuan pertama dengan seorang wanita asal Nigeria ini mengalihkan duniaku, #eaaak. Tak ada yang menyangka bahwa dirinya adalah generasi baby boomers. Kenapa begitu? Karena cara ia bekerja, semangatnya, bagaikan anak-anak muda, generasi millenial. Usianya telah menginjak 62 tahun, tapi dia masih mendedikasikan hidupnya untuk perdamaian, keamanan, hak asasi manusia, dan hak wanita di negaranya dengan terjun langsung ke lapangan, mendatangi kelompok pemberontak bernama Boko Haram. Dia adalah Hamsatu Allamin.

Setelah berbincang-bincang dengan Azadeh Moaveni, kami mendatangi Hamsatu yang saat itu juga sedang di lobi hotel. kami diminta Katie (seorang perwakilan Kedutaan Inggris di Berlin) untuk berkumpul di lobi hotel sebelum makan malam. Setelah perkenalan, masuklah kami ke perbincangan kerja-kerja Hamsatu Allamin selama ini. Saya cukup kaget ketika ia bercerita bahwa dia bersinggungan dengan sebuah kelompok yang kita kenal sebagai organisasi militan dan teroris yang bermarkas di Nigeria.

Hamsatu merupakan anggota dari Aliansi Perempuan global untuk Kepemimpinan dan Keamanan (Women's Alliance for Security Leadership atau WASL) dan Federasi Perempuan Muslim di Nigeria serta pendiri Yayasan Allamin untuk Perdamaian dan Pembangunan. Benar-benar tak menyangka, seorang ibu 8 anak ini masih aktif di kegiatan atau isu-isu seperti ini, dan kerja seperti ini cukup mempertaruhkan nyawa. Semua ini didasarkan kepeduliannya terhadap negaranya. Dia melihat melihat banyak anak muda dan perempuan yang terlibat Boko Haram dan ia ingin menyelamatkan mereka. Dia ingin tahu, apa sih yang menyebabkan mereka mau bergabung ke kelompok-kelompok militan seperti Boko Haram. Hal ini mengingatkan saya akan Surat Al-Maidah ayat 32. Tentang menyelamatkan satu manusia, seperti menyelamatkan seluruh manusia.

Mendengar kisahnya yang luar biasa dan anti mainstream, saya langsung meminta saran dan masukan darinya. Karena hal ini sangat baik dan bermanfaat ketika nanti menghadapi orang-orang yang terlibat ke organisasi kekerasan atau militan. Sebenarnya, hal ini sama dengan kita memperlakukan teman atau saudara kita yang mengambil jalan pelarian ke arah yang “keliru”.

Hamsatu Allamin berpesan, kita hanya perlu menjadi seorang pendengar yang baik, dan mencoba untuk memahamai atau mengerti apa dan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Itulah yang biasa dilakukan oleh Hamsatu. Dia ingin tahu, apa yang menyebabkan orang-orang bergabung ke Boko Haram.

Berikut ini adalah beberapa cerita yang saya kumpulkan dari paparan Hamsatu Allamin ketika makan siang bersama di rumah Konsulat Jendral Inggris, ketika di acara MSC 2020, dan ketika sarapan pagi sebelum saya bertolak kembali ke Indonesia.

Boko Haram memiliki arti “Pendidikan Barat yang haram atau dilarang”. Meski demikian, orang-orang di Boko Haram sendiri tidak suka dengan sebutan itu, itu hanyalah panggilan dari media dan masyarakat. Nama kelompok mereka sebenarnya adalah Jamaat Ahlu Sunnah li Da’wah wal Jihad.

Hamsatu Allamin memanggil mereka dengan sebutan “brothers” atau “sons”. Kerja yang dilakukan Hamsatu adalah seperti yang saya sebutkan di atas. Menjadi pendengar yang baik untuk membangun kepercayaan dan memahami mereka. Karena Hamsatu telah menjalin hubungan yang cukup lama dengan kelompok ini, sehingga mereka memanggil Hamsatu dengan sebutan "Mama". Jadi, mereka sangat dekat dan saling percaya seperti teman curhat.

Dari situlah akhirnya Hamsatu Allamin mengerti. Mereka bergabung ke Boko Haram karena adanya ketidakadilan, ketidaksetaraan, banyak korupsi. Sehingga beberapa pemuda mulai gelisah dan menyuarakan keluhan mereka terhadap ketidaksetaraan dan ketidakadilan di masyarakat melalui ideologi ekstremis. Mereka menganjurkan untuk kembali ke "Syariah", Sistem Hukum dan Sosial Islam sebagai alternatif yang menawarkan keadilan, moralitas, dan kebebasan dari korupsi, mereka pun mengutuk segala sesuatu tentang Barat dan melarangnya.

Selain itu, lebih baik kita mengajak mereka untuk berpikir atau merenung daripada memberi tahu suatu hal secara langsung atau to the point. “Saya pernah mengajak mereka ngobrol, terus mereka menundukan kepala (merenung atau berfikir),” kata Hamsatu. Semua itu bertahap dan pastinya harus sabar. Butuh waktu yang lama, lho. Kata-kata “keep listening” selalu diulang-ulang oleh Hamsatu.

Hamsatu juga mengajak beberapa ulama untuk mengajarkan mereka bahwa sejatinya Islam menghalalkan pendidikan dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim pria, wanita, dan anak-anak. Mengajarkan tentang Hak Asasi Manusia, hidup bersama nonmuslim, pendidikan, hak perempuan, negosiasi. Beliau menyarankan agar mereka melakukan penelitian atau mencari tau lagi di Quran dan hadits, apa yang sebenarnya di katakan Quran tentang pendidikan, hak perempuan, dll. Dengan hal ini, beliau pun menginisiasi sebutan dari "Boko Haram" menjadi "Boko Halal".

Saya bersyukur dapat dipertemukan dengan wanita seperti dirinya. Ketulusannya, dan terutama semangatnya yang tak pernah padam meskipun dia pernah dipenjara oleh pemerintahnya. Dia terus bekerja, dan bersuara. Saya beberapa kali diingatkan untuk dapat mencontoh semangatnya yang begitu besar.

Pesan Hamsatu Allamin yang terakhir untuk saya adalah membekali diri dengan pengetahuan atau pendidikan dan skill yang cukup. Salah satunya dengan banyak membaca. Selain itu, belajar untuk berpikir dan berpikir, hal apa yang harus dilakukan ketika terjadi suatu hal. Karena treatment tiap orang atau kelompok itu bisa berbeda. Jangan lupa untuk konsultasi ke orang yang lebih mengetahui. (Bersambung ….)

Komentar

Tulis Komentar