Denmark Punya Cara Reintegrasi Simpatisan ISIS

Other

by Rosyid Nurul Hakiim

Denmark, negara yang nyempil di utara Jerman ini tentu sudah tidak asing bagi penggemar bulutangkis. Pemain dari negara Scandinavia ini kerap memberikan perlawanan hebat untuk pebulutangkis Asia, termasuk Indonesia.

Tapi kita bukan membicarakan soal bulutangkis.

Salah satu kota di Denmark, Aarhus, ternyata punya cerita menarik soal program reintegrasi orang-orang yang dulunya pernah mendukung ISIS. Bahkan orang-orang itu sempat meninggalkan Denmark untuk hidup di Suriah atau Irak. Sesuai dengan nama kota tempat program itu dikembangkan, dunia mengenal salah satu model reintegrasi ini sebagai Aarhus Model.

Aarhus Model sebenarnya bukan hal yang baru. Pendekatan atau strategi ini sudah muncul sejak tiga atau empat tahun yang lalu. Sebagai respon pemerintah Denmark terhadap munculnya ancaman dari mobilisasi warga negaranya ke Suriah. Mobilisasi itu terjadi bahkan sejak tahun 2013. Data menunjukkan, hingga tahun 2018, ada sekitar 150 orang warga negara Denmark yang berada di Suriah.

Berbicara soal ancaman, mari kita tengok sebentar hubungan antara Denmark dan kekerasan dari ekstrimisme . Kasus yang paling menarik perhatian di Denmark adalah di sekitar tahun 2007-an, yaitu munculnya kartun nyleneh soal Nabi Muhammad. Kontan, Denmark menjadi salah satu target serangan Al Qaeda kala itu. Bahkan kartun tersebut juga menjadi alasan serangan pada Februari 2015.

Denmark juga menjadi bagian dari pasukan koalisi yang memukul mundur ISIS. Keterlibatan militer Denmark dalam memerangi ISIS inilah yang kemudian memunculkan ancaman dari salah satu prajurit ISIS asal Denmark dalam sebuah wawancara dengan media dari negara itu. Dia menyebutkan bahwa Denmark adalah target selanjutnya.

Serangan-serangan dari para ekstrimis terjadi hampir setiap tahun dari 2015, 2016, 2017, hingga 2018 di Denmark. Sebagian serangan memiliki hubungan yang erat dengan ISIS dan hampir semua dilakukan oleh lone wolf atau penyerang tunggal.

Lalu bagaimana Denmark mencoba mengatasi dan mengurangi resiko serangan-serangan dari kelompok ekstrim itu?

Aarhus Model menjadi salah satu jawabannya, disamping pendekatan lain yang lebih pada sisi keamanana dan kebijakan. Program ini lebih menekankan pada sisi personal, dibandingkan menyerang secara langsung ideologi. Melalui program ini, mereka yang pernah menjadi bagian dari ISIS itu diajak untuk menjadi warga negara yang aktif berkontribusi positif. Inklusi adalah kata kuncinya. Menemukan kembali sense of belonging dari orang-orang yang ingin di reintegrasi (atau kita sebut saja klien) itu melalui beragam kegiatan di masyarakat. Para returnee atau klien ini, bahkan diberikan peluang dari sisi pekerjaan, sekolah, konseling psikologi, dan kesehatan.

Pada program ini, disiapkan mentor yang juga pernah mengalami kondisi yang sama untuk bisa menjadi teman bagi para klien. Kepercayaan akan sulit muncul di awal. Namun, para mentor ini punya senjata ampuh. Mereka tidak serta merta berbicara soal pemahaman yang justru berujung pada respon bertahan dari klien. Mentor justru bertugas untuk terus menerus menemani dan menjadi solusi dari berbagai persoalan personal klien. Lama-kelamaan, klien pun terbuka.

Keberhasilan dari program ini tidak hanya ditentukan oleh para mentor tersebut. Tetapi juga kolaborasi dari banyak sektor, bahkan oleh masyarakat Denmark itu sendiri. Permasalahan yang terjadi di negara tersebut, sehingga beberapa orang justru memilih ISIS, salah satunya karena problematika sosial. Di beberapa kasus yang terjadi para remaja disana, ketika mereka menjadi semakin dekat dengan agamanya, teman-temannya justru mendorong mereka keluar dari kelompok. Hal inilah yang membuat remaja itu menjadi marah dan merasa tidak diterima di masyarakat. Hasilnya, mereka memilih propaganda ISIS.

Karena kondisi tersebut, maka, pelibatan masyarakat di Aarhus Model menjadi sangat penting. Karena pada akhirnya, mereka lah yang akan hidup bersama dengan para returnee itu dan membantu mereka untuk bisa lebih positif berkontribusi untuk negara.

 

 

 

 

Komentar

Tulis Komentar