Aksi Terorisme Selalu Menyisakan Luka

Other

by Kharis Hadirin

Pasca peristiwa bom Bali dan berlanjut pada teror bom lainnya seperti bom Kuningan depan Kedubes Australia di Jakarta, peledakan Hotel JWMarriot 1 dan 2 serta Hotel Ritz Carlton Jakarta, menimbulkan goncangan yangluar biasa terhadap ekstabilitas perekonomian negara, baik di bidang investasimaupun pariwisata.


Hal ini cukup jelas terlihat denganmenurunnya jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia, terutama Balidisebabkan karena adanya travel warningdari sejumlah negara seperti Australia, Amerika dan sejumlah negara di Eropa.


Pada saat perekonomian mengalami kelambatandalam proses pemulihan, peristiwa pemboman di Bali merupakan pukulan berat bagikelanjutan proses recovery perekonomian nasional.


Peristiwa ini tidak hanya berdampak padasektor pariwisata, tapi jugaberdampak pada seluruh sektor dalam perekonomian Indonesia.


Dalam sebuah kajian yangdilakukan oleh LESPER SSI (Lembaga Studi Pertahanan dan Studi StrategisIndonesia) yang dirilis pada Minggu (14/1/2008) menjelaskan bahwa sektor pariwisata Indonesia khususnya untuktujuan Bali, telah menurunkan devisa pariwisata sebesar 1,0 - 1,25 milyar dollar AS, sehingga target penerimaan devisa sebesar15 milyar dollar AS pertahunnya dari sektor pariwisata tidak tercapai.


Sementara itu, kegiatan ekonomi kecil danmenengah di Bali juga terpukul karena kegiatan usaha itu bergantung pada aktivitas turisme, seperti usaha kerajinan tangan dan sebagainya.


Pemerintah telah kehilangan devisa sedikitnyaUS$ 850 juta sepanjang 2002 dari sektor pariwisata akibat tragedi Bali. Angkatersebut belum termasuk kerugian yang diderita masyarakat sebagai dampak efekberantai peristiwa tersebut.


Hilangnya devisa tersebut akibatdiberlakukannya travel ban oleh 3negara, yaitu Amerika Serikat, Australia dan Inggris. Wisatawan dari ketiganegara tersebut mencapai 17 persen dari total wisatawan mancanegara yangberkunjung di Indonesia jika situasinya sama dengan 2001.


Dampak lain yang juga sangat signifikan yaitubanyaknya pelarian modal yang keluar Indonesia. Hal ini disebabkan karenakekhawatiran kalangan pengusaha akan adanya insiden serupa di tempat-tempatlain.


Sebagai dampak dari tragedi Bali,pemerintah terpaksa melakukan perubahan terhadap beberapa asumsi makroekonomidalam RAPBN. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kondisi perekonomianIndonesia pasca ledakan Bali.


Lalu siapa yang akan diuntungkan? Jelastidak ada.


Baik pelaku maupun korban,masing-masing mengalami kerugian besar. Para korban harus rela kehilanganorang-orang yang dikasihinya. Sementara mereka yang selamat, mengalami cacat fisikpermanen yang akan ditanggung seumur hidup.


Kerugian materiil yang harusditanggung pemerintah jelas tidak sedikit. Upaya restorasi bukanlah soal bimsalabim, namun juga upaya untuk menatakembali harga diri bangsa di mata dunia sebagai negara yang dikenal akankeramahan masyarakatnya dalam memberikan keamanan dan kenyamanan bagi wargaasing.


Pun demikian para pelaku, terpaksaharus hidup terpisah meninggalkan sanak keluarga. Mempertanggung jawabkan atasapa yang telah dibuatnya.


Anak-anak yang harusnya mendapat kasih sayang dan perhatian seorang bapak, dipaksa hidup menjadi ‘yatim’. Belum lagi beban moral yang akan ditanggungnya sebagai anak seorang teroris.


Para istri pun terpaksa harus hidup menjanda. Tak sedikit dari mereka yang kemudian menggantungkan hidup dari belas kasih orang lain, sebuah tanggung jawab yang harusnya menjadi kewajiban bagi seorang suami selaku kepala rumah tangga.



Link foto: https://www.pesona.travel/keajaiban/2392/5-panggung-pertunjukan-eksotis-tari-kecak-bali


Komentar

Tulis Komentar