Belajar Membumi ala Buya Syafii

Other

by Kharis Hadirin

Siapa yang tidak mengenal dengan sosok Ahmad Syafi’i Ma’arif? Lelaki yang akrab disapa Buya Syafii ini pernah menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah ini, bahkan dirinya juga disebut-sebut sebagai pemikir dan cendekiawan Muslim paling berpengaruh di abad modern saat ini.

Dan baru-baru ini, namanya mendadak menjadi perbincangan hangat di jagat dunia maya. Hal ini bermula ketika seorang pengguna Twitter dengan akun @budhihermanto mengunggah sebuah video yang memperlihatkan seorang lelaki tua sedang mengayuh sepeda di jalanan. Nampak biasa-biasa saja, bahkan tak ada satu pun kemewahan yang melekat di badannya. Sepeda yang dikayuhnya pun terlihat murah, bukan sepeda mahal yang biasa dipakai para sultan Ibu Kota.

“Saya gak berani menyalip pengendara sepeda bertopi merah ini, ketemu di kompleks perumahan nogotirto, semoga beliau selalu diberi kesehatan, berkah,” tulis Budhi Hermanto dalam tweetnya.

Video yang dibagikan pada Senin (30/8) tersebut pun langsung dibanjiri komentar. Banyak publik bertanya-tanya soal siapa lelaki sepuh yang berhasil membuat ciut nyali pengendara mobil ini.

“Iya beliau Buya Ahmad Syafii Maarif, tadi ada teman-teman yang nanya. Terimakasih atas doanya kawan-kawan, semoga Buya Maarif senantiasa sehat, diberi umur panjang oleh-Nya. Sebagai lentera untuk kita, pun bangsa ini. Amiiin,” lanjutnya.

Mengetahui jika lelaki tersebut merupakan Buya Syafi’i, banyak netizen yang merasa takjub akan kesederhanaannya dan mendoakan untuknya agar tetap terus panjang umur bagi lelaki sepuh yang kini sudah menginjak usia 86 tahun.

Tentu tidaklah berlebihan, mengingat Buya merupakan sosok yang begitu disegani di Republik ini. Dedikasinya pada negara tak perlu diragukan lagi. Bahkan dirinya pernah diminta langsung oleh Presiden sebagai anggota Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden). Akan tetapi, dirinya tidak pernah sungkan untuk melepas nama besarnya dan memilih untuk menjadi rakyat biasa tanpa ada pengawalan spesial sama sekali. Sesuatu hal istimewa yang harusnya bisa ia peroleh dengan begitu mudah tentunya.

Bukan kali ini saja kesederhanaan Buya Syafi’i menjadi perbincangan. Pada pertengahan 2017 lalu, Buya kedapatan sedang menaiki KRL dan harus rela berdesak-desakan dengan penumpang lain. Padahal itu terjadi saat Buya hendak pergi menuju Istana Bogor bertemu dengan Presiden guna untuk membahas persoalan bangsa.

Bahkan suatu saat, Buya pernah menderita sakit yang mengharuskan dirinya untuk dirawat secara intensif di RS PKU Yogyakarta. Mengetahui salah satu pasiennya adalah Buya, pihak rumah sakit lantas menolak untuk dibayar dan menggratiskan seluruh biaya pengobatan. Termasuk istrinya yang juga pernah dirawat di rumah sakit tersebut. Namun, apa yang dilakukan oleh Buya sungguh di luar dugaan. Ia justru menyumbangkan sebagian hartanya untuk pembangunan gedung PKU.

Tentu keteladanan dan kesederhanaan seperti yang ditunjukkan oleh Buya ini menjadi barang langka bagi para pejabat dan petinggi negeri ini. Tetap membumi meski pernah mengenyam jabatan yang tinggi. Sebab seyogyanya, jabatan yang diraih tidak lantas membuat manusia lupa diri dan selalu merasa jumawa kepada orang lain yang kedudukannya jauh lebih rendah.

Tentu kita berharap semoga kesederhanaan dan kedermawanan yang ditampilkan oleh Buya Syafi’i ini bisa menjadi teladan bagi generasi selanjutnya di tengah bangsa yang mulai kehilangan jati diri.

Panjang umur dan sehat selalu, Buya! Darimu, para generasi penerus bangsa patut bersyukur pernah memiliki sosok negarawan yang tetap rendah hati dan tidak pernah gengsi untuk hidup sederhana.

 

Komentar

Tulis Komentar