Serial Angin Bercerita : Mencari Untung dengan Menguntungkan Orang Lain

Other

by Arif Budi Setyawan

Seorang pemuda tampan dengan wajah berseri mendatangi sebuah showroom motor bekas. Seorang bapak paruh baya pemilik showroom itu menyambutnya dengan ramah. Ia lalu mempersilahkan si Pemuda untuk melihat-lihat mana motor yang menarik hatinya.

Aku berhembus bersama asap polusi dan debu-debu jalanan merasuk ke setiap celah yang ada di ruangan showroom itu. Sebuah kipas angin menyala untuk sekedar membuatku bisa bersikulasi dengan baik dan bergerak untuk menciptakan sedikit rasa nyaman di ruangan itu.

Si Pemuda nampak meneliti dengan seksama sebuah motor bebek berwarna hitam dengan stripping merah. Ia lalu menanyakan perihal kondisi motor itu kepada bapak pemilik showroom.

Bapak pemilik showroom lalu menjelaskan kondisi motor itu sedetail mungkin termasuk beberapa kekurangan dan kelemahan motor itu. Si Pemuda tampak mengangguk-angguk tanda cukup mengerti.

“ Berapa pak harga motor ini ? Kok di sini semua motornya  nggak ada tulisan harganya seperti di showroom yang lain ?”, tanya si Pemuda dengan nada sedikit heran.

“ Kalau adik berminat untuk membeli motor ini, mari saya tunjukkan harganya”, kata bapak itu sambil mengajak si pemuda ke sebuah meja yang ada di sudut ruangan itu. Bapakitu lalu mengeluarkan sebuah kwitansi dan menyodorkannya kepada pemuda itu.

Pemuda itu agak terkejut dan sedikit bingung. Tanya harga kok disodori kwitansi. Buru-buru ia memeriksa kwitansi tersebut. Ternyata itu adalah kwitansi pembelian motor itu dari pemilik asalnya. Si Pemuda tampak bingung.

“ Ini maksudnya apa pak ? Saya tanya harga jual motor ini tapi bapak kasih saya kwitansi pembeliannya ?”, tanya si pemuda.

Bapak itu tersenyum bijak lalu menjelaskan maksudnya.

“ Memang begitulah cara kerja saya dik. Jika ada yang berminat membeli motor saya, saya akan menunjukkan harga saya membelinya dan mempersilahkan si pembeli untuk memberikan keuntungan seikhlasnya kepada saya”. Kembali bapak itu tersenyum sambil menatap si pemuda yang masih terpana.

“ Wah, saya baru kali ini menemui pedagang yang menjual dengan cara seperti ini. Apa bapak tidak takut nantinya hanya dapat keuntungan sedikit ?”, tanya si Pemuda gusar.

Lagi-lagi bapak itu tersenyum sebelum menjawab pertanyaan itu.

“ Justru sebaliknya dik, saya merasa mendapat keuntungan yang sangat besar bila menjual dengan cara itu. Karena prinsip saya adalah mencari untung dengan menguntungkan orang lain. Dan keuntungan yang sebenarnya adalah yang ada di sisi Allah Ta’ala.

Jadi, dengan membuat pembeli bebas memberikan keuntungan semampunya, saya ingin bersedekah kepada si pembeli yang tidak selalu memiliki uang berlebih ketika membeli motor. Dan berapa pun keuntungan yang diberikan pembeli dengan ikhlas itu in sya Allah akan lebih berkah bagi saya.

Itulah mengapa saya tidak mencantumkan harga di setiap motor yang saya jual. Dan pada beberapa kesempatan, alhamdulillah pendapatan saya justru melebihi pendapatan pemilik showroom yang lebih besar dari punya saya ini”, pungkas bapak itu yang diakhiri dengan senyuman.

Si Pemuda masih terpana dan tersenyum mengangguk-angguk.

“ Luar biasa pak. Sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Semoga bapak bisa terus istiqamah seperti ini. Baiklah pak, saya beli motor ini dan saya berikan keuntungan buat bapak sebesar satu juta rupiah”, ujar si pemuda seraya mengeluarkan amplop berisi uang dari dalam tas selempangnya lalu menghitungnya sejumlah yang akan ia bayarkan.

Bapak itu lalu bangkit memeluk si pemuda setelah transaksi selesai. Keduanya tampak sama-sama tersenyum bahagia. Si pemuda tampak senang dan puas dengan pelayanan dan pelajaran dari bapak pemilik showroom itu, dan bapak itu senang bertemu dengan pemuda yang baik hati.

“Mencari untung dengan menguntungkan orang lain…”. Sebuah ungkapan yang baru kudengar tetapi membuatku sangat terkesan. Orang seperti bapak pemilik showroom itu memang langka di saat banyak pedagang yang lain yang suka mark-up harga sangat tinggi ditambah ketidakjujuran dalam menjelaskan kondisi barang yang dijualnya.

Semoga aku bisa membawa semangat kejujuran dan jiwa dermawan bapak itu ke berbagai tempat lain di seluruh penjuru bumi.

Komentar

Tulis Komentar