Serial Angin Bercerita : Pelajar Miskin, Internet, dan Kisah Sehelai Baju Bekas

Other

by Arif Budi Setyawan

Seorang remaja pelajar SMU berpakaian lusuh sedang asyik menatap layar komputer di sebuah bilik warnet. Sebuah tas sekolah yang sudah ketinggalan zaman tergeletak di sampingnya. Dia sedang membaca sebuah kisah yang tampaknya menarik baginya.
Kisah yang ia baca menceritakan tentang seorang anak berkulit hitam,yang lahir di daerah kumuh Brooklyn, New York. Ia melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin dan penuh diskriminasi. Suatu hari ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya.
“Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?” tanya ayahnya.
Ia menjawab, “Mungkin 1 USD”
“Bisakah dijual seharga 2 USD? Jika berhasil, berarti engkau telah membantu ayah dan ibumu,” ujar Ayahnya.
“Saya akan mencobanya,” tanggap sang anak.
Lalu dia membawa pakaian itu ke stasiun kereta bawah tanah dan menjual selama lebih dari enam jam, akhirnya ia berhasil menjual 2 USD dan berlari pulang.
Kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, “Coba sekarang kau jual seharga 20 USD?”
“Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling hanya 2 USD,” sahutnya kepada sang Ayah.
Ayahnya berkata, “Mengapa engkau tidak mencobanya dulu?”
Akhirnya, ia mendapatkan ide. Ia meminta bantuan sepupunya untuk menggambarkan seekor Donald Duck yang lucu dan seekor Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Ia lalu menjualnya di sekolah anak orang kaya, dan terjual 25 USD.
Ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya,“Apakah engkau mampu menjualnya dengan harga 200 USD ?”
Kali ini ia menerima tanpa keraguan sedikit pun, kebetulan aktris film populer “Charlie Angels”, Farrah Fawcett berada di New York, sehabis konferensi pers, ia pun menerobos penjagaan pihak keamanan dan meminta Farrah Fawcett membubuhkan tanda tangan di pakaian bekasnya. Kemudian terjual USD 1500.
Malamnya, ayahnya bertanya, “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian ini, apa yang engkau pahami?”
Ia menjawab “Selama kita mau berpikir pasti ada caranya.”
Ayahnya menggelengkan kepala, “Engkau tidak salah, tapi bukan itu maksud ayah, ayah hanya ingin memberitahukanmu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar saja bisa ditingkatkan nilainya. Apalagi kita sebagai manusia? Mungkin kita berkulit gelap dan miskin, tapi apa bedanya?” ujar sang ayah.
Sejak itu, ia belajar dengan lebih giat dan menjalani latihan lebih keras, dua puluh tahun kemudian, namanya terkenal di seluruh dunia. Dia adalah Michael Jordan, pebasket profesional yang tersohor karena kehebatan prestasinya.
Setelah membaca cerita itu, remaja pelajar SMU itu tersenyum penuh arti. Sorot matanya menyiratkan sebuah optimisme baru. Dia lalu bergegas kembali ke rumahnya yang sederhana di pinggiran kota dengan membawa semangat baru. Raut mukanya penuh semangat ketika membayar uang sewa warnet kepada operator. Ia seakan melupakan perjuangannya menahan diri untuk tidak jajan di sekolah hari itu demi bisa mencari inspirasi di internet.
Kisah yang dibacanya barusan rupanya sangat menginspirasi dirinya yang sedang kebingungan bagaimana caranya agar bisa terus sekolah dan melanjutkan ke jenjang kuliah setelah kematian ayahnya karena kecelakaan beberapa waktu yang lalu, sementara ibunya hanya bisa berjualan keliling kue-kue buatannya. Ia ingin bisa meringankan beban ibunya dan menyekolahkan kedua adiknya.
Bagi anak ini internet bisa menjadi sumber inspirasi yang bisa jadi akan mengubah kehidupannya di masa depan, tetapi bagi sebagian anak muda seusaianya yang lain, internet bisa menjadi sebab kemunduran dirinya karena kecanduan konten pornografi atau atau konten-konten bermuatan radikalisme.

Inspired from World Wide Web
Source Image : www.google.com


Komentar

Tulis Komentar