Serial Angin Bercerita : Kemerdekaan adalah Amanah

Other

by Arif Budi Setyawan

Di suatu pagi yang dingin, seorang remaja laki-laki terlihat sedang mendampingi kakeknya berjalan-jalan di sebuah taman kota. Di sekitar taman itu telah berkibar banyak bendera dan umbul-umbul berwana merah putih, menandakan peringatan ulang tahun hari kemerdekaan Republik Indonesia telah dekat.
Hawa dingin yang kubawa dari benua Australia di seberang samudera Hindia meniup dedaunan pepohonan rindang di taman itu dan membuat bendera dan umbul-umbul itu berkibar dengan anggun. Sang kakek lalu duduk di bangku taman yang diikuti oleh si remaja.
Sang kakek menatap tak berkedip ke arah bendera merah putih yang berkibar di kejauhan. Matanya menyiratkan bahwa ia sedang memikirkan sesuatu. Lama ia terus seperti itu sampai kemudian ia menoleh sambil tersenyum ke arah cucunya yang sedari tadi memperhatikan sang kakek.
“ Menurutmu apa makna kemerdekaan Indonesia dari penjajahan yang sudah lebih dari tujuh dekade yang lalu ?”, tanya sang kakek pada cucunya.
“ Kemerdekaan itu berarti kita telah lepas dari belenggu penjajahan bangsa asing sehingga kita bisa bebas melakukan apapun untuk kemajuan bangsa kita”, jawab sang cucu singkat.
Sang kakek tersenyum mendengar jawaban cucunya.
“ Itu benar nak. Tetapi ada makna yang lebih dalam dari itu. Sebuah makna yang harusnya disadari oleh semua komponen bangsa ini. Yaitu, bahwa sebenarnya kemerdekaan yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita itu adalah sebuah amanah. Amanah dari para pejuang pendahulu kita agar kita melanjutkan perjuangan mereka untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Kamu tahu kan apa arti amanah ?”, tanya si kakek di ujung kalimat.
Sang cucu mengangguk. Lalu sang kakek kembali melanjutkan perkataannya.
“ Artinya kita harus mengisi kemerdekaan itu dengan selalu melakukan perbuatan positif dalam kerangka berbangsa dan bernegara serta sebagai warga dunia. Jika seseorang yang dipercaya menangani urusan masyarakat dan negara lalu dia malah sibuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya saja, maka dia telah mengkhianati amanah itu. Jika kita telah sepakat atas sebuah konsensus bersama, lalu kita melanggarnya maka itu juga berkhianat”.
“ Berarti jika kita melakukan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan umum itu juga termasuk perilaku tidak amanah ya kek ?”, tanya sang cucu menyela.
“ Ya, begitulah. Jika ingin kemerdekaan yang kita peroleh itu menjadi semakin berarti, maka kita harus mengisinya dengan perbuatan positif yang berguna bagi umat. Dengan begitu, berarti kita telah menunaikan amanah dan menambahkan pahala jariyah bagi para pejuang kemerdekaan yang telah tiada.
Namun jika kita melakukan yang sebaliknya, maka kemerdekaan itu akan semakin tidak berarti dan para pejuang yang telah tiada juga kehilangan atau berkurang pahala jariyahnya. Bukankah begitu ?”, pungkas sang kakek sambil tersenyum dan menatap ke arah cucunya.
Sang cucu tersenyum dan mengangguk. Sebuah senyuman yang menyiratkan semangat dan rasa optimis.
“ Oh iya kek, bagaimana kalau hari Ahad yang akan datang kita ziarah ke makam kakek buyut di taman makam pahlawan ?”, ujar sang cucu riang.
“ Oh, iya. Bagus itu. Agar kita bisa lebih mengingat mati dan mengenang jasa kebaikan para pendahulu kita sehingga kita bisa lebih bersemangat lagi mengisi hari esok yang lebih baik. Sekarang mari kita pulang, kakek sudah lapar”, pungkas sang kakek sembari bangkit dari duduknya yang dibantu oleh cucu kesayangannya itu.
Mereka berdua lalu melangkah santai menuju rumah mereka sambil terus berbincang dan sesekali menyapa orang-orang yang mereka temui. Matahari semakin tinggi dan hawa hangat mulai mengalahkan hawa dingin yang kubawa semenjak dini hari. Perlahan-lahan udara mulai dikotori oleh asap kendaraan dan mesin-mesin industri yang menyebar seiring dengan arah hembusanku.

Komentar

Tulis Komentar