Catatan Perjalanan : Hiburan di Tengah Perjalanan dari Para Seniman Jalanan

Other

by Arif Budi Setyawan

Keberadaan para musisi atau seniman jalanan yang ditemui dalam perjalanan sudah merupakan sebuah keniscayaan. Kehadiran mereka terkadang mengganggu bagi sebagian orang tapi juga menghibur bagi sebagian yang lain.


Di tengah hiburan berbentuk digital yang membanjiri smartphone masyarakat zaman now, mereka tetap saja bisa eksis dan memiliki para simpatisan setia.


Di antara mereka ada yang penampilannya biasa-biasa saja dan cenderung membosankan. Ada yang benar-benar nekat dengan peralatan dan suara seadanya, tapi justru banyak yang bersimpati. Ada juga yang kreatif dengan membentuk sebuah grup dengan alat musik sederhana.


Atau ada yang sangat kreatif dan bertalenta seperti yang memainkan musik dari alat musik yang tidak biasa seperti dari bekas botol galon air mineral dan susunan pipa paralon yang dibentuk sedemikian rupa.


Atau membentuk sebuah grup musik yang memainkan musik yang tidak biasa, seperti yang saya lihat di kawasan Malioboro Yogyakarta yaitu sebuah grup musik yang memainkan angklung yang dipadukan dengan gebukan drum dan gendang yang rancak dan menghentak. Menghasilkan sebuah musik yang unik tapi asyik dan berhasil mengundang banyak penonton.


Karton bekas air mineral yang diletakkan di hadapan mereka pun penuh dengan lembaran-lembaran rupiah, dari yang recehan sampai yang ratusan ribu.


Saya pun melakukan investigasi singkat tentang grup itu kepada para pedagang souvenir yang ada di dekat situ. Nama grup itu adalah Angklung New Carehal (silahkan cari di Youtube video-video aksi mereka). Mereka manggung di tempat itu setiap sore hari. Uniknya mereka seringkali menggunakan kaos seragam yang berbeda-beda setiap harinya tergantung siapa pihak sponsor yang meng-endorse mereka.


Wah, berarti sudah ngeksis banget dong mereka sampai ada yang meng-endorse begitu. Luar biasa. Mungkin sebentar lagi mereka bisa diundang masuk TV.


Ada yang menarik ketika saya menonton aksi mereka, yaitu ketika tiba-tiba turun hujan. Meskipun hanya hujan gerimis tapi cukup untuk membuat mereka menghentikan aksinya dan... hebatnya mereka dengan sigap bisa merapikan dan menutupi alat-alat musik mereka dengan kover yang telah mereka siapkan di dekat masing-masing alat musik. Sehingga hanya butuh waktu kurang dari satu menit untuk menutupi semuanya. Setelah itu mereka pun segera berteduh di emperan toko terdekat bersama para wisatawan yang juga berteduh.


Sehari sebelumnya saya juga menemui sebuah kelompok musisi yang menamai grupnya dengan “Jombang Ringin Contong Country (JRCC)”(Anda bisa cari video aksi mereka di Youtube dengan keyword tersebut). Mereka memiliki panggung tetap di salah satu sudut di ruang tunggu Stasiun Kereta Api Jombang.


Meskipun mereka memainkan musik country, tetapi bisa juga memainkan lagu-lagu keroncong perjuangan, pop, maupun lagu-lagu daerah di Indonesia. Waktu itu saya sangat terkesan dengan lagu daerah asal Deli yang berjudul “Selayang Pandang” yang dimainkan dengan sangat epik versi arransement mereka sendiri.


Meskipun penampilan mereka harus terhenti atau terpotong ketika ada pengumuman tentang kedatangan keret, mereka cukup menghibur para calon penumpang. Buktinya kotak karton tempat menampung ‘uang simpati’ atau ‘uang apresiasi’ atas karya mereka cukup banyak yang mengisinya.


Mungkin saya dan banyak orang tidak familiar dengan musik mereka. Tetapi justru karena itu yang membuatnya menarik. Sesuatu yang berbeda yang lahir dari kreativitas.


Bicara soal kreativitas, saya pun sedang belajar untuk meneksplorasi lebih jauh daya kreativitas saya yang sudah mulai saya lakukan sejak dari dalam penjara.


Saya banyak belajar dan terinspirasi dari kreativitas para seniman jalanan yang saya temui di hampir setiap perjalanan saya. Dari yang bermodal pas-pasan sampai yang sudah punya grup dan panggung.


Mereka adalah potret orang yang menemukan jalan untuk bisa eksis dan dihargai di jalanan, sementara banyak juga orang yang justru tersesat di jalanan. Para pencopet, maling motor, begal, pengedar narkoba, dsb, adalah potret orang yang tersesat di jalanan.

Komentar

Tulis Komentar