Muslim Asia Tenggara Diminta Berkontribusi Bagi Peradaban dan Kemanusiaan
Otherby Akhmad Kusairi 21 November 2020 8:03 WIB
Hadir dalam peringatan Maulud ini, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, Ahli Tafsir Indonesia Prof. Dr. KH Quraish Shihab sekaligus sebagai penceramah, dan Kepala Bidang Penyelenggaran Peribadatan Masjid Istiqlal KH Bukhori Sail Attahiri. Gelaran maulid Nabi ini mengusung tema “Memperkokoh Silaturahmi dan Ukhuwah Islamiyah antar Bangsa".
Menteri Agama RI Fachrul Razi mengapresiasi pelaksanaan acara Maulud Nabi Muhammad tersebut. Selain itu dia juga dalam sambutannya mengajak semua umat muslim agar terus memperkokoh silaturahim dan ukhuwah atau persaudaraan antar bangsa.
“Selaku Menteri Agama Republik Indonesia dan ketua badan pengelola masjid Istiqlal, saya menyambut baik dan memberikan apresiasi atas inisiatif penyelenggaraan maulid Nabi Muhammad Saw dalam upaya memperkokoh silaturrahim dan ukhuwah Islamiyah antar bangsa, khususnya melalui masjid utama negara Asia Tenggara serumpun,” kata Fachrul Razi di Jakarta, Kamis (12/11)
Lebih lanjut Fachrul Razi menambahkan pentingnya kontribusi Muslim di kawasan Asia Tenggara bagi kebangkitan peradaban Islam dan kemanusiaan. Menurut Fachrul Razi model keberislaman di Asia Tenggara, dapat menjadi model bagi kehidupan keagamaan yang damai, toleran, dan menghargai keragaman.
“Di sini, relasi agama dan budaya lokal terjalin dengan baik, tanpa pertentangan apa pun,” kata Fachrul Razi
Selain itu Fachrul Razi dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa semangat merajut silaturrahim dan ukhuwah melalui peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw tahun ini menemukan momentumnya. Karena berlangsung di tengah kegaduhan dunia Islam dalam menyikapi kontroversi gambar karikatur Nabi Muhammad Saw.
Menurut Fachrul Razi Umat Islam harus mengambil langkah bersama yang strategis dan terukur. Agar penistaan terhadap simbol-simbol keagamaan dapat dihentikan. Namun jika itu terjadi karena ketidaktahuan tentang sosok Nabi Muhammad Saw, maka harus dikenalkan dengan segala kemuliaan akhlaknya, melalui berbagai media dan saluran.
“Kesalahpahaman mereka, boleh jadi, juga karena ketidakmampuan kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw dalam menampilkan akhlak dan kepribadian sesuai ajarannya. Oleh karenanya, mari kita tegakkan akhlakul karimah di segala bidang kehidupan,” ajak Menag.
Menurut Fachrul Razi Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai hak asasi manusia, termasuk dalam kebebasan berekspresi. Tetapi, dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara bertanggungjawab. Tidak dengan melanggar hak asasi orang lain, apalagi sampai melukai perasaan umat beragama.
Karena itu dia berharap sinergi antara masjid utama negara Asia Tenggara serumpun dapat terus lebih ditingkatkan. Khususnya melalui program nyata dalam meningkatkan kemampuan di bidang pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan ekonomi umat.
Sementara itu Imam besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, menyampaikan bahwa masjid bukan hanya sebagai tempat peribadatan umat muslim. Namun bisa menjadi pemersatu dalam mewujudkan umat yang toleran.
Kemudian Mantan Wakil Menteri Agama itu menceritakan bahwa masjid dimasa Rasulullah Saw layak dijadikan sebagai contoh. Menurutnya, masjid jaman Rasulullah berfungsi bukan hanya sebagai tempat peribadatan, namun juga sebagai pusat pemberdayaan umat. Di masa Rasulullah, masjid bisa menjadi rumah sakit, penjara atau tawanan perang. Masjid juga bisa menjadi kantor pengadilan, rumah pendidikan, keterampilan, dan kelas-kelas pengkajian.
“Momentum Maulid Nabi tahun ini, kiranya kita dapat mengambil hikmah, bagaimana meneledani Nabi Muhammad Saw yang menyeimbangkan potensi menager dan juga sebagai leaders,” pungkas Nasaruddin.
Komentar