November Rain: Kenangan yang Berkesan (2-habis)

Other

by Arif Budi Setyawan

Sabtu 2 November 2019.


Masih dalam nuansa November Rain yang semalam kembali mengguyur bumi tempat saya tinggal. Mari kita lanjut cerita tentang persepsi baru saya pada Al Qaeda di masa lalu setelah membaca Majalah INSPIRE edisi ke-3.


Pertama: Al Qaeda itu sangat jenius dan terus berkembang.


Bagi yang belum tahu saya jelaskan dulu secara ringkas operasi penjatuhan pesawat kargo UPS pada September 2010 itu. AQAP mengggunakan sebuah printer laser jet sebagai casing bom dan menyelundupkannya sebagai salah satu paket yang dibawa oleh pesawat tersebut dan kemudian meledakkannya secara remote dari jauh ketika pesawatnya lepas landas dari bandara Dubai.


Dalam majalah INSPIRE edisi ke-3 itu dijelaskan secara rinci penemuan celah keamanan bandara, bahan peledak yang digunakan, dan tujuan dari operasi yang mereka lakukan itu. Lengkap dengan gambar printer dan rangkaian elektronik yang memicu bom tersebut.


Menemukan celah keamanan bahwa x-ray bandara tidak mampu membedakan mana jenis bahan peledak yang mereka gunakan dengan toner printer laser jet dan mampu menyamarkan rangkaian elektronik pemicu bom sebagai bagian dari rangkaian elektronik printer membuktikan kejeniusan dan upaya yang super serius dari mereka untuk terus berkembang.


Kedua: Al Qaeda lebih berhati-hati pada jatuhnya korban


Modus menjatuhkan pesawat kargo yang minim penumpang melahirkan kesan bahwa Al Qaeda tidak lagi serampangan memilih korbannya. Meledakkan pesawat di udara juga semakin memperkuat kesan ini. Bukankah jika mereka mau bisa saja meledakkannya ketika pesawat masih berada di bandara sehingga lebih banyak pesawat yang terdampak serangan itu?


Kehati-hatian ini menjawab kritikan beberapa ulama jihadi tentang korban sampingan dari setiap amaliyah yang dilakukan Al Qaeda sebelumnya.


Ketiga: Menjelaskan kepada dunia hakikat perang gerilya yang sedang mereka lakukan


Hal ini terungkap dari penjelasan tentang tujuan dari operasi tersebut yaitu menimbulkan “hemorrhage” atau “pendarahan”. Yang mereka maksud dengan “pendarahan” dalam operasi itu adalah terkurasnya milyaran dollar untuk mengatasi celah keamanan bandara yang berhasil mereka tembus itu.


Konon setelah adanya operasi itu sampai saat ini setiap printer laser jet yang dikirim melalui pesawat harus mencantumkan berat bersih dan harus ditimbang dulu. Jika melebihi beberapa gram saja printer itu dipastikan tidak akan bisa dikirim melalui pesawat. Hal ini tentu saja membutuhkan semakin banyak SDM dan pembiayaan.


Pendarahan yang terus menerus akan semakin memperlemah musuh. Begitu mungkin yang mereka inginkan. Dan itulah yang disebut perang gerilya. Menyerang untuk melemahkan musuh dan menunjukkan eksistensi.


Strategi gerilya seperti itu di satu sisi memang cukup merepotkan musuh (Amerika dan sekutunya). Tetapi di sisi lain juga masih menimbulkan efek samping yang berpeluang menjadikan musuh semakin keras memerangi terorisme. Yang dengan kata lain secara tidak langsung akan semakin menyusahkan umat Islam. Apalagi pihak musuh menguasai media massa yang bisa menggiring opini dan persepsi masyarakat dunia.


Mungkin hal itu pula yang menyebabkan strategi gerilya Al Qaeda seperti itu tidak mereka lanjutkan. Selain tentunya ada sebab-sebab lain seperti terbunuhnya Usamah bin Ladin pada Mei 2011 dan beberapa tokoh penting AQAP setelahnya.


Saya melihat Al Qaeda kemudian lebih fokus untuk membenahi internal mereka. Termasuk memperbarui kebijakan dan beberapa strategi jangka panjang mereka. Belum sepenuhnya selesai membenahi internal, muncul konflik Syiria yang menguras perhatian mereka. Lalu fenomena deklarasi khilafah versi ISIS turut memperburuk keadaan hingga hari ini.


Terakhir, sebagai orang yang pernah mengagumi Al Qaeda di masa lalu saya ingin mengingatkan bahwa Al Qaeda akan terus berkembang dan belajar dari kesalahan mereka di masa lalu dan akan terus berusaha meraih simpati umat Islam dengan cara mereka.



sumber ilustrasi: Pixabay,com

Komentar

Tulis Komentar