Andai Aku Menjadi Pribumi

Other

by Internship

Pribumi itu siapa? Saya lahir di Indonesia. Saya besar di Indonesia. Apa karena bukan mayoritas, lalu saya bukan pribumi?

“Tuhan kok telanjang?”

“Eh, kamu pasti masuk neraka nanti!.”

“Ih, kamu-kan Kristen ngapain disini? “

“Jangan main sama dia, dia Kristen!”

Kalimat-kalimat yang terpaksa saya harus dengar sejak Sekolah Dasar. Si kecil berbaju putih merah tak tahu harus jawab apa. Paling cuma bertanya dalam hati, salah saya apa?

Saya lahir dari keluarga super minoritas. Agamaku bukan mayoritas di negeri ini. Mataku sipit, ras Mongoloid katanya. Seluruh keluarga kami berkulit putih padahal tinggal di daerah panas di ujung Bogor. Mereka bilang, "Hey cina!".

Setiap tingkatan sekolah selalu mempelajari makna toleransi. Beberapa aktivis juga bilang anti diskriminasi. Kepala Sekolah bilang untuk tidak mem-bully. Tapi apa itu? Bagiku itu lebih mirip Trigonometri di Matematika. Tak perlu kita pikir dimana bisa ditemukan di kehidupan nyata. Kita cukup hafal dan bisa mengerjakan saat ujian. Beres. Kita tak sempat bertanya seperti apa genologi terciptanya rumus tersebut. Saya juga ingin tahu perspektif sang ahli sehingga bisa mencipta rumus demikian.

Lagian, apa sih pentingnya korban diskriminasi? Paling dapat belasungkawa dari orang sekitar. Trauma, tekanan, keresahan, sakit hati dan rasa kesengsaraan lainnya yang susah disembuhkan, tak ada yang dianggap penting.

Semakin besar, saya sepertinya semakin kuat. Saya masuk sekolah menengah atas negeri di kota. Teman saya semakin banyak meskipun ejekan tak pernah berkurang banyaknya. Entah dapat ilham darimana, telinga semakin pengertian dengan bully. Saya diam. "Ah mungkin memang orangnya kayak gitu," pikir saya. Namun betapa mujarabnya diam? Dari diam justru aku belajar bagaimana cara Respect.

Terpinggirkan sedari kecil memang terdengar watir. Tapi saya belajar bagaimana menghadapi hinaan dengan penghormatan. Setidaknya belajar untuk tidak dendam, tetap menggapai impian. Jadi apa saya nanti, saya yang tentukan. Kalau gak gini, gimana saya bisa belajar?

Pribumi atau bukan, itu urusan mereka. Tapi saya bagian dari Indonesia. Tempaan ini biar jadi modal saya untuk lebih maju. Minoritas dan mayoritas punya kesempatan yang sama. Semakin ditekan, semakin kuat. Banyak minoritas di seluruh dunia yang membuktikan bahwa ejekan tak meruntuhkan mimpinya.

Komentar

Tulis Komentar