Kembalinya Hagia Sophia Menjadi Masjid: Euforia Kebangkitan Islam di Tengah Pandemi dan Krisis

Other

by Arif Budi Setyawan

Keputusan pemerintah Turki mengubah status Hagia Shopia dari museum menjadi masjid mengundang reaksi dari berbagai kalangan. Dari para netizen yang ingin terlihat keren dan benar sampai para pejabat pemerintahan dari berbagai negara. Tak ketinggalan para pengamat dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan juga ikut mengungkapkan pendapat-pendapatnya. Bahkan pemimpin tinggi Katolik di Vatikan juga sampai mengungkapkan ‘kekecewaan’ terkait hal tersebut.


Bagi mayoritas umat Islam di seluruh dunia yang mengetahui hal itu menyambutnya dengan sukacita. Mirip seperti para fans Liverpool yang menyambut gembira kembalinya trofi Liga Inggris ke Anfield setelah 30 tahun menantinya. Bedanya, proses Hagia Sophia kembali menjadi masjid lebih karena pengaruh politik dan kekuasaan yang sedang berlaku di Turki. Sedangkan trofi Liga Inggris adalah hasil jerih payah para pemain Liverpool di bawah asuhan pelatih Juergen Klopp.


Tapi apapun itu prosesnya, kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid memang patut menjadi kebanggaan bagi muslim. Status terakhir sebelum diubah menjadi museum di tahun 1930-an oleh tokoh sekulerisme Turki Kemal Ataturk memanglah sebuah masjid kebanggaan umat Islam di Eropa. Sehingga ketika kembali menjadi masjid wajar jika umat Islam merasa senang dan bangga.


Banyak kalangan umat Islam terutama di kalangan aktivisnya yang menganggap kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid adalah sebuah tonggak penting dalam proses kebangkitan Islam di masa depan. Keberanian Tayyip Erdogan disebut-sebut sebagai sebuah tindakan pembelaan terhadap Islam terbaik di abad 21 sejauh ini. Dia dan pemerintahannya berani dengan kokoh menentang pendapat negara-negara maju yang menentang keputusannya itu.


Di tengah keterpurukan umat Islam akibat kebodohan, perang dan konflik berkepanjangan, dan perseteruan elit politik yang di banyak negara yang hanya menjadikan umat Islam sebagai alat meraih kekuasaan, kembalinya Hagia Sophia ke umat Islam seakan menjadi sebuah oase di tengah gurun pasir yang penuh fatamorgana.


Sejenak umat Islam --terutama di kalangan aktivisnya -- dilanda euforia semangat kebangkitan Islam di tengah situasi pandemi dan krisis seperti saat ini. Dan itu sangat wajar. Sudah terlalu banyak kepedihan yang dialami umat Islam pada hari ini. Sudah terlalu banyak luka di tubuh umat Islam. Termasuk luka karena fitnah terorisme di mana saya pernah terlibat – dan saya memohon ampun atas kesalahan itu – di dalamnya. Sehingga ketika ada sebuah perubahan besar yang menguntungkan umat Islam, sudah sewajarnya jika mereka senang.


Meskipun tak dipungkiri, ada juga sebagian umat Islam yang ikut mengkritisi kembalinya Hagia Sophia kepada umat Islam. Seakan tidak senang dan malah membenci keputusan pemerintah Turki terkait status Hagia Sophia itu. Tapi biarlah hal itu menjadi salah satu dinamika yang mewarnai sejarah umat Islam.


Kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid umat Islam setidaknya bisa menjadi sedikit pelipur lara bagi umat Islam atas hilangnya ratusan masjid di wilayah Eropa dan di berbagai penjuru dunia dalam beberapa abad terakhir yang kemudian beralih fungsi menjadi gereja, gudang, komplek pertokoan, dan lain-lain.


Selamat datang kembali Hagia Sophia! Apapun kata dunia, You’ill Never Stand Alone (again)!



ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar