You’ll Never Walk Alone : Antara Istanbul 2005 dan Madrid 2019

Other

by Arif Budi Setyawan

Pertandingan Final UEFA Champions League (UCL) di Istanbul 2015 antara AC Milan vs Liverpool telah menjadi salah satu pertandingan sepakbola yang melegenda dalam sejarah sepakbola dunia. Tak ada yang membantah.


Tertinggal 0-3 di babak pertama tapi kemudian di babak kedua dalam waktu kurang dari 10 menit berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3 sehingga penentuan pemenang sampai harus ditentukan melalui adu penalti yang dimenangkan oleh Liverpool. Hampir semua orang menyebutnya sebagai keajaiban. Namun ada pula yang menyebutnya keberuntungan.


Bagi saya keajaiban atau keberuntungan yang terjadi pada saat itu tidak mungkin terjadi tiba-tiba. Tidak mungkin lahir tanpa kerja keras dan dukungan orang-orang di sekitarnya. Kerja keras jelas terlihat dari apa yang dilakukan oleh Seteven Gerrard dkk. Tapi saya kemudian mencoba mencari tahu bagaimana sih para suporter mereka mendukungnya.


Pada saat itulah saya berkenalan pertama kalinya dengan kata-kata : “You’ll Never Walk Alone” yang dibentangkan oleh para suporter Liverpool. Dan saya pun kemudian baru menyadari bahwa kata-kata “You’ll Never Walk Alone” itu juga tercantum di logo klub asal Inggris itu.


Wow. Ini mungkin satu-satunya klub sepakbola yang mencantumkan slogan para suporternya di dalam logo klub mereka. Ini berarti Liverpool sangat menghargai para suporternya. Pantas saja para suporternya sangat militan begitu.


Kata-kata “You’ll Never Walk Alone” itu selalu terasa sangat menyentuh dan sarat emosional baik ketika memenangkan ataupun kalah dalam pertandingan penting. Apapun hasilnya, para pemain masih akan tetap mendapatkan dukungan dari para suporter dan fans dari seluruh dunia.


Pertandingan yang dramatis dan emosional yang setara dengan ‘Miracle of Istanbul’ kembali tersaji pada pertandingan leg kedua semifinal UCL pada 8 Mei 2019 yang lalu, di mana Liverpool berhasil mengalahkan Barcelona 4-0 sehingga berhak melaju ke babak final UCL.


Di babak final, Liverpool berhasil mengalahkan Tottenham Hostpur 2-0 dengan gol yang masing-masing dicetak oleh Mohammed Salah (‘2) dan Divock Origi (‘87). Jalannya pertandingan final tidak terlalu istimewa mengingat Liverpool sering bertemu dengan Tottenham Hostpur di liga domestik. Tetapi karena itu adalah pertandingan final UCL, suasananya tetap terasa lebih menegangkan.


Kemenangan Liverpool atas Tottenham Hostpur kemarin menandai 14 tahun saya menjadi fans The Reds. Sama dengan jarak antara trofi UCL yang diraih Liverpool sebelumnya dengan yang terakhir kemarin. Dalam kurun waktu itu Liverpool telah mengalami banyak drama dan perjuangan untuk bisa kembali meraih trofi UCL.


Dalam kurun waktu itu pula saya mengalami banyak pasang surut kehidupan dan melewati lika-liku kehidupan. Termasuk sempat tergabung dalam kelompok berpemahaman radikal.


Meraih trofi UCL, EPL, dan kompetisi-kompetisi lainnya memang bergengsi. Tetapi bagi saya, menjadi fans adalah untuk menikmati setiap pertandingan dan belajar menghargai proses.


Mau kalah atau menang yang penting adalah prosesnya. Dan itulah yang harus kita hargai dan kita dukung.


Begitu juga dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Baik dan buruknya hasil yang diperoleh seseorang, atau berhasil dan tidaknya seseorang itu adalah untuk kita hargai dan kita dukung atau jika mampu kita bantu agar keadaannya lebih baik lagi.


Betapa banyak orang yang ingin berubah jadi baik tetapi karena justru mendapatkan komentar negatif dan merendahkan dari orang-orang yang ‘sok sempurna’ menjadi mundur kembali. Betapa banyak orang di sekitar kita yang ingin berubah jadi lebih baik tapi karena tidak mendapatkan dukungan ia kemudian mundur kembali.


Seringkali kita kemudian hanya bisa menyalahkan orang tersebut sebagai orang yang kurang kuat tekadnya atau kurang serius usahanya tapi tanpa pernah ikut andil sedikit pun membantu orang tersebut.


Begitulah kita. Lebih sering menyalahkan orang lain daripada memikirkan apa kebaikan yang telah kita perbuat untuk orang tersebut.


Semoga Allah SWT menjaga kita dari sifat tercela dan akhlak yang buruk.

Komentar

Tulis Komentar