Bom Bali Yang Menggemparkan (2)

Other

by Arif Budi Setyawan

Jawaban dari semua pertanyaan itu mulai sedikit terkuak ketika mulai terjadi penangkapan terhadap Amrozy di Tenggulun Solokuro Lamongan sebulan pasca terjadinya bom Bali. Berita ditangkapnya Amrozy sangat mengejutkan seluruh masyarakat Indonesia, terlebih lagi saya. Mengapa ? Karena saya tahu siapa beliau. Beliau adalah salah satu dari keluarga pendiri pesantren saya yaitu Pesantren Al Islam Tenggulun Solokuro.

Hal itu membuat saya mulai menerka-nerka bahwa pelaku bom Bali terkait dengan jihad Ambon. Hal ini kemudian diperkuat dengan ditemukannya berbagai senjata api dan ribuan amunisi di hutan Dadapan tak jauh dari pesantren Al Islam seminggu kemudian. Dan yang lebih mengejutkan lagi ada beberapa kakak senior saya di pesantren dulu yang menjadi tersangka dalam kasus penimbunan senjata dan amunisi itu.

Setelah itu berturut-turut kemudian terjadi penangkapan terhadap para tersangka pelaku lainnya termasuk para tokoh utamanya yaitu :Imam Samudra dan kelompoknya di Banten, Ustadz Muhklas di Klaten, dan pak Ali Imron di Kalimantan Timur.

Dengan ditangkapnya Pak Ali Imron berarti ada tiga bersaudara dari Tenggulun yang terlibat bom Bali. Sesuatu yang sangat mengejutkan dan menggemparkan dunia. Bagaimana bisa sebuah desa terpencil nan gersang melahirkan para pelaku utama bom Bali yang sangat dahsyat ? Banyak orang yang masih belum percaya bahwa bom sedahsyat itu adalah buatan orang Indonesia.

Pada saat itu sejak mulai kuliah saya sudah tidak aktif lagi mengikuti kajian ‘jaringan pesantren saya’ yang ada di sekitar kota karena ustadz pengajarnya pergi merantau dan masih belum ada penggantinya sampai saat terjadinya bom Bali itu. Tetapi saya masih sesekali mendatangi salah satu ustadz yang dianggap paling senior yang tinggal agak jauh dari kota untuk berdiskusi dan menanyakan kabar perkembangan dakwah di daerahnya.

Kalau tidak salah di akhir bulan Januari 2003 kepolisian merilis pernyataan bahwa para pelaku bom Bali yang sudah tertangkap merupakan anggota kelompok yang mereka sebut sebagai Jamaah Islamiyah dan menuding organisasi Jamaah Islamiyah sebagai pihak yang bertanggungjawab atas serangan bom Bali itu.

Nama Jamaah Islamiyah (JI) sebelumnya sudah pernah dimunculkan pada waktu penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di bulan Oktober 2002 yang konon menurut informasi intelijen adalah ketua JI yang memiliki afiliasi dengan Al Qaidah. Artinya bom Bali ini ada hubungannya dengan Al Qaidah yang merupakan tertuduh pelaku serangan WTC 11 September 2001. Begitulah menurut kepolisian.

Nama Jamaah Islamiyah pada waktu itu awalnya saya anggap sebagai nama rekaan polisi untuk menyebut jaringan pelaku bom Bali. Tetapi saya penasaran dengan Jamaah Islamiyah ini. Saya kemudian mencoba mencari tahu dengan menanyakannya kepada ‘ustadz paling senior’ yang biasa saya datangi untuk berdiskusi dan menanyakan kabar perkembangan dakwah di daerahnya.

Setelah membuat janji melalui telepon sebelumnya, pada suatu pagi di hari libur kuliah saya berangkat ke rumah ‘ustadz paling senior’ itu. Sejak terjadinya bom Bali saya belum pernah menemui beliau lagi. pada waktu itu saya benar-benar sibuk di perkuliahan dan belajar bisnis jual beli remukan sarang walet yang mengharuskan saya sering keluar berkeliling bersama mentor bisnis saya.

Sewaktu kuliah itu saya memang lagi getol-getolnya belajar bisnis karena saya bercita-cita jadi pengusaha. Saya belajar jadi agen Telepon Selular Rumah dan wartel berbasis seluler untuk daerah yang tidak terjangkau jaringan telepon kabel, jadi agen herbal HPA, jualan kaos sablonan sendiri, dll.

(Bersambung, In sya Allah)

Komentar

Tulis Komentar